Mengapa bangsa eropa senang untuk mencari rempah-rempah di indonesia

Jawaban:

Secara umum, kedatangan bangsa Eropa ke Asia termasuk ke Indonesia dilandasi keinginan mereka untuk berdagang,dan menyebarkan agama. Sebab dan tujuan bangsa Eropa ke dunia Timur sebagai berikut : Mencari kekayaan termasuk berdagang. Menyalurkan jiwa penjelajah

Penjelasan:

Maak kalo salah

semoga membantu

Jadikan jawaban Terbaik ya kk

Koropak.co.id, 28 April 2022 13:01:00

Eris Kuswara

Koropak.co.id - Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta beberapa waktu lalu secara resmi menetapkan enam koleksi museum sebagai Benda Cagar Budaya.

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana, mengatakan bahwa penetapan ini dilakukan setelah melalui proses kajian dari Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Provinsi DKI Jakarta yang kemudian merekomendasikan enam koleksi dari Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Sejarah Jakarta, serta Museum Joang '45.

"Objek yang ditetapkan sebagai benda cagar budaya ini, tentunya merupakan koleksi unggulan dari masing-masing museum yang memiliki nilai penting. Mulai dari segi kesejarahan dan kesenian serta memenuhi kriteria sebagai Benda Cagar Budaya," kata Iwan sebagaimana dilansir dari laman InfoPublik, Kamis 28 April 2022.

Iwan mengungkapkan bahwa keenam objek Benda Cagar Budaya tersebut meliputi Lukisan Bupati Cianjur karya Raden Saleh, Lukisan Pengantin Revolusi karya Hendra Gunawan, Lukisan Prambanan Seko karya S. Sudjojono, Lukisan Dewi karya Agus Djaya, Meriam Si Jagur, dan Mobil Rep-1 yang merupakan kendaraan dinas presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno.

Diketahui, Lukisan Bupati Cianjur karya Raden Saleh Sjarif Boestaman merupakan koleksi Museum Seni Rupa dan Keramik yang ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya melalui Keputusan Gubernur (Kepgub) Nomor 334 Tahun 2022. 

Dilukis di atas kanvas dengan menggunakan media cat minyak, lukisan bergaya realisme romantis Eropa ini juga  merupakan bagian dari khasanah pertama aliran realisme dalam perkembangan seni lukis modern. Pada lukisan ini, tergambar potret Raden Aria Kusumahningrat sebagai Bupati Cianjur ke-9 saat menjabat pada tahun 1834-1862 ini dibuat pada tahun 1852.

Sedangkan untuk Lukisan Pengantin Revolusi karya Hendra Gunawan yang dilukis pada tahun 1955, ditetapkan sebagai benda cagar budaya melalui Kepgub Nomor 333 Tahun 2022. Lukisan tersebut merupakan salah satu karya terbaik Hendra Gunawan yang mengangkat tema revolusi. Hendra Gunawan membuat lukisan ini setelah dirinya terinspirasi dari rekaman peristiwa pernikahan di suatu tempat di Karawang, Jawa Barat yang tidak biasa. 

Alih-alih memakai baju pengantin, pengantin pria justru mengenakan jaket tentara dan mendorong sepeda yang dinaiki pengantin perempuan dengan diikuti arak-arakan sekelompok orang dan pemain tanjidor. Lukisan beraliran realisme ini juga merekam kehidupan sosial dan tradisi yang berkembang di masyarakat pada masa perang revolusi kemerdekaan tahun 1945-1949.

Selain itu, ada juga koleksi lukisan Museum Seni Rupa dan Keramik lainnya yang juga resmi ditetapkan sebagai benda cagar budaya. Ia adalah Lukisan Dewi karya Agus Djaya, yang ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya melalui Kepgub Nomor 366 Tahun 2022. 

Lukisan yang dibuat pada tahun 1962 ini mewakili gaya seni lukis modern Indonesia pada tahun 1960-an yang mengungkapkan tradisi mitologi Jawa. Lukisan Dewi itu juga mengekspresikan sosok Nyi Roro Kidul, sang ratu penguasa pantai selatan dengan aliran impresionisme.


Baca : Pulau Penyengat Akan Dijadikan Pusat Budaya di Kepri

Sedangkan untuk koleksi lukisan lainnya adalah Lukisan Prambanan/Seko karya S. Sudjojono yang ditetapkan melalui Kepgub Nomor 367 Tahun 2022. Lukisan beraliran realisme pada masanya yang dibuat pada tahun 1949 ini merekam suasana setelah agresi militer kedua. 

Dalam Lukisan Prambanan itu, terdapat beberapa baris tulisan tangan penulis di antaranya berbunyi, "Toko-toko tjina terpaksa kita bakar, apa boleh buat, untuk kemenangan, Prambanan, yang pertema menjeberang djalan".

Kepala Unit Pengelola Museum Seni, Sri Kusumawati mengungkapkan kebahagiaannya atas penetapan 4 koleksi lukisan milik Museum Seni Rupa dan Keramik. Sri pun berharap ke depannya, akan ada lebih banyak lagi koleksi UP Museum lainnya yang ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya guna meningkatkan upaya pelestarian terhadap koleksi-koleksi museum itu sendiri.

"Kami tentunya sangat berharap koleksi-koleksi ini selanjutnya akan dapat ditetapkan juga sebagai Benda Cagar Budaya Nasional. Hingga ada lebih banyak lagi koleksi UP Museum Seni lainnya yang ditetapkan baik sebagai Benda Cagar Budaya Daerah maupun Benda Cagar Budaya Nasional," ungkap Sri.

Sementara itu, Kepala UP Museum Kesejarahan Jakarta, Esti Utami juga turut menyampaikan harapannya atas penetapan Meriam si Jagur dan Mobil REP 1 sebagai Benda Cagar Budaya. Ia berharap dengan penetapannya itu,  dapat meningkatkan upaya pelestarian terhadap koleksi-koleksi museum.

"Penetapan status Cagar Budaya ini tentunya akan semakin memacu kami untuk bisa meningkatkan upaya pelestarian, perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan terhadap koleksi museum," ujar Esti.

Perlu diketahui, Pemprov DKI Jakarta juga telah menetapkan Meriam Si Jagur, dari koleksi Museum Sejarah Jakarta yang terletak di Taman Fatahillah sebagai benda cagar budaya melalui Kepgub Nomor 351 Tahun 2022. Meriam yang dibuat pada tahun 1625 ini, berhasil memperoleh rekomendasi dari TACB sesuai Berita Acara Rekomendasi Nomor 171/TACB/Tap/Jakbar/XI/2021 pada 10 November 2021.

Berdasarkan sejarahnya, dahulu meriam ini digunakan sebagai senjata oleh Portugis dan Belanda. Meriam ini mmiliki banyak hiasan khas, utamanya berbentuk kepalan tangan dengan posisi ibu jari yang diapit oleh jari telunjuk dan jari tengah di bagian pangkal meriam. 

Posisi tangan yang dikenal sebagai Mano In Fica ini juga memiliki arti sebagai simbol untuk menangkal kejahatan. Selain itu, pada bagian pergelangan tangan juga terdapat hiasan berupa gelang mutiara dan di bagian penutup pangkal meriam terdapat ukiran tulisan dari bahasa Latin yang berbunyi eX me Ipsa renata sVm yang berarti dari diriku sendiri aku dilahirkan kembali.

Kemudian ada juga Mobil Rep-1 yang merupakan koleksi dari Museum Joang ’45 yang secara resmi ditetapkan sebagai benda cagar budaya melalui Kepgub Nomor 365 Tahun 2022. Mobil yang diproduksi pada tahun 1939 dan memiliki gaya mobil Amerika tahun 1930-an ini memiliki arti khusus bagi sejarah Indonesia. 

Mobil ini diketahui pernah digunakan oleh Ir Soekarno sebagai kendaraan dinas pertamanya ketika menjabat sebagai Presiden. Setelah tidak lagi digunakan oleh Bung Karno, mobil ini pun akhirny disimpan di garasi istana.

Akan tetapi, pada tahun 1979 diserahkan kepada Dewan Harian Nasional oleh pihak istana dan pihak keluarga Bung Karno untuk kemudian diabadikan di Museum Joang ’45 sebagai koleksi museum.*

Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini

SEJARAH KEDATANGAN BANGSA EROPA KE INDONESIA

Hindia Timur atau Indonesia telah lama dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah. Rempah-rempah digunakan untuk mengawet makanan, bumbu masakan, bahkan obat. Karena kegunaannya, rempah-rempah sangat laku di pasaran dan harganya pun mahal. Hal ini mendorong para pedagang Asia Barat datang dan memonopoli perdagangan rempah-rempah. Mereka membeli bahan-bahan ini dari para petani di Indonesia dan menjualnya kepada para pedagang Eropa.

Namun, jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani mengakibatkan pasokan rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini dikarenakan boikot yang dilakukan oleh Turki Utsmani. Situasi ini mendorong orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah yang banyak memiliki bahan rempah-rempah, termasuk kepulauan Nusantara (Indonesia). Dalam perkembangannya, mereka berdagang,dan menguasai sumber rempah-rempah di negara penghasil. Dimulailah era kolonialisasi Barat di Asia.

       Sebab dan Tujuan Kedatangan Bangsa Barat

Secara umum, kedatangan bangsa Eropa ke Asia termasuk ke Indonesia dilandasi keinginan mereka untuk berdagang,dan menyebarkan agama.Sebab dan tujuan bangsa Eropa ke dunia Timur sebagai berikut :

  • Mencari kekayaan termasuk berdagang
  •  Menyalurkan jiwa penjelajah
  • Meyakini Keberadaan Prester John
  • Menyebarkan agama
  • Mencari kemuliaan bangsa

Sejak abad ke -13, rempah-rempah merupakan bahan dagang yang sangat menguntungkan. Hal ini mendorong orang-orang Eropa berusaha mencari harta kekayaan ini sekalipun menjelajah semudera. Bangsa Eropa dikenal sebagai bangsa penjelajah, terutama untuk menemukan daerah-daerah baru. Mereka berlomba-lomba meninggalkan Eropa. Mereka yakin bahwa jika berlayar ke satu arah, maka mereka akan kembali ke tempat semula. Selain itu, orang-orang Eropa terutama Protugis dan Spanyol yakin bahwa di luar Eropa ada Prestor John (kerajaan dan penduduknya beragama Kristen).

Pada awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk membeli rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin meningkatnya kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka mengklaim daerah-daerah yang mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaannya. Di tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan memonopoli perdagangan rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini. Akibatnya, harga bahan-bahan ini pun sangat ditentukan oleh mereka. Untuk memperoleh hak monopoli perdagangan ini, bangsa Eropa tidak jarang melakukan pemaksaan. Penguasaan dilakukan terhadap penguasa setempat melalui suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan bangsa Eropa. Selain itu, mereka selalu turut campur dalam urusan politik suatu daerah. Bangsa Eropa tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok masyarakat dan kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara ini, mereka dengan mudah dapat mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.Hindia Timur atau Indonesia telah lama dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah. Rempah-rempah digunakan untuk mengawet makanan, bumbu masakan, bahkan obat. Karena kegunaannya, rempah-rempah sangat laku di pasaran dan harganya pun mahal. Hal ini mendorong para pedagang Asia Barat datang dan memonopoli perdagangan rempah-rempah. Mereka membeli bahan-bahan ini dari para petani di Indonesia dan menjualnya kepada para pedagang Eropa.

Namun, jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani mengakibatkan pasokan rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini dikarenakan boikot yang dilakukan oleh Turki Utsmani. Situasi ini mendorong orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah yang banyak memiliki bahan rempah-rempah, termasuk kepulauan Nusantara (Indonesia). Dalam perkembangannya, mereka berdagang,dan menguasai sumber rempah-rempah di negara penghasil. Dimulailah era kolonialisasi Barat di Asia.