Mengapa amerika disebut polisi dunia

Mengapa amerika disebut polisi dunia

Warganet menjuluki Presiden AS, Joe Biden sebagai “pengecut” setelah bari-baru ini memilih keluar dari konferensi pers dan menolak menjawab pertanyaan terkait Afghanistan. /REUTERS

PUBLIKTANGGMUS.COM - Pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden memberi sinyal, bahwa AS ingin menarik diri sebagai "polisi dunia" setelah menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan.

Seorang pengajar di Universitas Hukum Marquette, Charles Franklin, melihat gelagat ini setelah melihat Biden menyampaikan pidato mengenai penarikan pasukan itu. Dalam pidato, mengatakan bahwa "Amerika telah kembali."

Dalam pidato tersebut, Joe Biden menegaskan, bahwa pemerintahannya bertekad mengakhiri kehadiran Amerika Serikat tak hanya di Afghanistan, tapi juga negara lain.

Baca Juga: Dinilai Berhasil Tangani Covid-19, Malaysia Coba Belajar dari Indonesia

"Keputusan tentang Afghanistan ini bukan hanya tentang Afghanistan," ujar Biden.

>

"Hak asasi manusia akan menjadi pusat kebijakan luar negeri kami, tetapi cara untuk melakukannya bukanlah melalui pengerahan militer tanpa akhir. Strategi kami harus berubah," tuturnya.

Charles Franklin menilai, arah kebijakan Biden untuk berhenti menjadikan AS sebagai "polisi dunia" ini sebenarnya mirip dengan Trump yang memang ingin fokus ke dalam negeri.

"Ketika Joe Biden mengumumkan bahwa ini saatnya untuk mengakhiri perang selamanya itu bisa dengan mudah dikatakan seperti Trump," ucapnya.

"Saat ini publik memang tidak lagi memiliki minat untuk peran internasional yang besar, tentu saja tidak seperti yang dimainkan AS pada 1950-an-1990-an," sambungnya

Mengapa amerika disebut polisi dunia

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

Pengertian Amerika Serikat sebagai Polisi Dunia

Polisi, dari bahasa Belanda politie yang mengambil dari bahasa Latin politia berasal dari kata Yunani politeia yang berarti warga kota atau pemerintahan kota. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata polisi berarti badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum (menangkap orang yang melanggar UUD). Jadi polisi dunia dapat diartikan sebagai penjaga atau pengatur keamanan dan ketertiban dunia. Dalam hal ini, Amerika Serikat sebagai polisi dunia berarti Amerika Serikat merupakan penjaga dan pengatur keamanan, ketertiban dan keadilan dunia. Selain itu juga dapat dikatakan sebagai penegak supremasi hukum dunia internasional.

Amerika Serikat disebut sebagai polisi dunia dikarenakan adanya tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap negara-negara lain. Tindakan-tindakan Amerika Serikat ini disebut sebagai tindakan polisional. Tindakan polisional tersebut dilakukan terhadap negara-negara yang menurut Amerika Sserikat telah melanggar ketentuan HAM dan kebebasan. Dalam bidang milliter dikenal dengan invasi Amerika Serikat, sedangkan dalam bidang ekonomi disebut dengan embargo Amerika Serikat.Karena tindakan-tindakan polisional yang telah dilakukannya, maka Amerika Serikat dapat disebut sebagai polisi dunia.

Amerika Serikat mempunyai dua dasar untuk selalu membenarkan tindakan-tindakan polisionalnya. Dua dasar tersebut adalah paham Demokrasi-liberal dan pengakuan atas HAM. Dua faktor ini menjadi “alih-alih“ ( antara dasar kebenaran atau alasan atas tindakan Amerika Serikat ). Dasar yang pertama adalah paham Demokrasi-liberal Amerika Serikat. Demokrasi Amerika mengacu pada “ pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, dan semua hal tersebut didasarkan pada 11 prinsip yang telah dikenal dan diyakini sebagai kunci Demokrasi tumbuh dan berkembang di Amerika Serikat . Sebelas prinsip tersebut, antara lain: 1) Pemerintahan berdasarkan konstitusi 2) Pemilihan umum yang demokratis 3) Federasi, pemerintahan negara bagian dan lokal. 4) Pembuatan Undang-Undang. 5) Sistem peradilan yang independen. 6) Kekuasaan lembaga kepresidenan 7) Kebebasan media massa 8) Peran kelompok-kelompok kepentingan 9) Hak masyarakat untuk tahu 10) Kontrol sipil atas militer.

11) Melindungi hak-hak minoritas.

Hal tersebut yang merupakan landasan atas pelaksanaan Demokrasi di Amerika Serikat. Dan sistem ini pula yang mulai dicoba untuk diterapkan di negara-negara dunia. Dasar yang kedua adalah adanya pengakuan dan penegakkan HAM. HAM menyangkut hak-hak yang tidak dapat dicabut oleh siapa pun. Yang termasuk HAM, antara lain: hak kebebasan berbicara, berpendapat dan pers, hak kebebasan beragama, hak kebebasan berkumpul dan berserikat, hak atas perlindungan dan perlakuan yang sama di depan hukum dan hak atas proses sewajarnya dan pengadilan yang jujur.

Demokrasi dan HAM menjadi dasar yang dipakai Amerika Serikat dalam melaksanakan kebijakan luar negeri dan tindakan-tindakan polisionalnya. Demokrasi lebih mengarah kepada penegakkan HAM dan kebebasan, sementara bidang militer hanya digunakan sebagai suatu alat atau sarana yang dapat digunakan sebagai senjata untuk mengadili negara-negara lain yang dianggap melanggar demokrasi serta HAM di Amerika Serikat sendiri.

Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Polisi

*)dikutip dari https://historyvitae.wordpress.com/

Sebagai negara adidaya yang kini dikenal sebagai ‘Polisi Dunia’, tentulah Amerika Serikat telah mengalami perjalanan panjang sebelum akhirnya meraih predikat tersebut. Siapa sangka, justru Amerika Serikat sebelumnya adalah negara yang mengisolasikan dirinya dari pergaulan internasioanl.

Haloo, sobat Zenius, ketemu lagi sama gue, Marcel di Zenius Blog. Setelah banyak bicara soal sejarah Perang Dunia, Jerman, Jepang, Tiongkok, dan Rusia, sekarang gue mau ngomong soal sejarah negara Uwak Sam atau Amerika Serikat. Iya, gue sengaja sebut “Uwak Sam” supaya singkatannya jadi US juga kayak bahasa Inggrisnya! Persisnya gue mau omongin sejarahnya sebagai “Sebuah negara pertapa.”

Loh kok “Pertapa”? Pertapa itukan orang yang menyepi lalu bertapa di gua atau hutan? Uwak Sam ini kan negara yang KATANYA itu kepo, tukang urusin negara-negara lain, kapal-kapal induknya gentayangan di seluruh pelosok lautan, sampai-sampai disindir “Itu sih negara polisi dunia!” Kalo di kalangan ahli-ahli politik dan Hubungan Internasional, ada istilah Pax Americana, yaitu “Kedamaian (ala) Amerika” yaitu hubungan dunia saat ini tidak dilanda perang besar dikarenakan kekuatan politik, militer, dan ekonominya si Uwak Sam ini! Apa pertapanya?

Eits, itu kan di masa kini! Kalo di masa lalu, gak kayak begitu! Nah, gimana ceritanya sih si Uwak ini bisa berubah drastis begini? 

Pembukaan: Amerika Serikat sebagai Negara Pemukim

Salah satu cliche adalah kata-kata “Amerika itu adalah negara imigran”. Masalahnya, ini cuma benar separuh. Betul, rakyat Amerika banyak yang imigran, banyak yang keturunan imigran, tapi itu belum semuanya. Lebih tepat disebut Amerika Serikat itu adalah negara imigran DAN pemukim. Loh, apa bedanya?

Begini, imigran itu adalah orang yang pindah dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya di tempat lain. Pemukim adalah masyarakat yang keluar dari sebuah masyarakat untuk mendirikan masyarakat baru di tempat baru.

Imigran beradaptasi dengan (budayanya) masyarakat baru. Atau mencoba mengubah masyarakat baru agar lebih cocok dengan budaya mereka. Pemukim MENCIPTAKAN masyarakat baru dengan budaya ideal mereka.

Para pendatang pertama di negeri Amerika adalah pemukim, sebab mereka tak berniat menggabungkan diri dengan masyarakat Indian yang ada di tanah Amerika. Mereka tak tinggal di kampung-kampung Indian, mereka mendirikan kota baru dengan peraturan baru, tata kehidupan baru, yang lebih baik bukan cuma dari peraturan dan tata hidup Indian, tapi juga dari peraturan dan tata hidup daerah asal pendatang-pendatang ini yaitu Eropa. 

Mengapa amerika disebut polisi dunia

Pemukim-pemukim ini diikuti oleh para imigran. Pendatang-pendatang berikutnya jadi bisa memilih “Ada pemukiman yg cocok buat gue gak yah?” kalo ada yg cocok, mereka jadi imigran, sebab mereka menetap di pemukiman baru. Kalo gak ada yang cocok ya Tinggal bikin pemukiman baru! Ingat, para pendatang baru ini datang dari berbagai negara di Eropa: Inggris, Perancis, Belanda, dan lain-lain, dengan berbagai latar belakang. Seringkali tidak ada pemukiman “yang pas di hati”.

Apalagi, tanah masih luas, kalo gak suka dengan pemukiman yang sudah ada, tinggal buka pemukiman baru! Apalagi orang Indian jumlahnya sedikit, dan teknologi mereka tertinggal, sehingga bisa dikalahkan (Dan diusir) untuk membuka tempat untuk pemukiman-pemukiman baru ini.

Buat lo yang kritis, mungkin muncul pertanyaan “Ngapain sih orang-orang ini pindah dari Eropa ke tanah kosong bernama Amerika Serikat?”

Sebabnya ada banyak. Namun, buat topik ini, gue bisa highlight dua sebab: untuk menghindari persekusi dan untuk menghindari perang. Di tahun 1600an itu, Eropa secara budaya dan moral jauh sekali dari Eropa di abad 21 ini. Eropa di jaman itu dicabik-cabik oleh perang antar negara dan konflik antar keyakinan. Ratusan ribu orang mengungsi karena tak mau dibully, dipersekusi dan hal-hal tidak menyenangkan lainnya. 

Hal ini menjadi penting untuk diketahui sebagai salah satu alasan kenapa Amerika Serikat memilih untuk jadi negara pertapa, atau istilah lebih inteleknya dalam ilmu politik: negara isolasionis. Isolasionisme sendiri adalah kebijakan suatu negara untuk menghindari keterlibatan baik secara politik ataupun ekonomi dengan negara lain. Salah satu negara yang pernah menerapkan kebijakan ini pada masa lalu adalah Jepang sebelum Restorasi Meiji. 

Kemerdekaan dan Doktrin Monroe

Kebijakan isolasionisme yang diterapkan Amerika Serikat tentunya tidak serta merta muncul begitu saja. Ada alasan di baliknya yang tidak bisa dibilang sederhana. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Amerika Serikat pada abad ke-17 menjadi dunia baru yang menarik kedatangan pada pemukim dari eropa dan membentuk pemukiman di Amerika Serikat. Pemukiman-pemukiman baru tersebut berada di bawah pemerintahan kerajaan Inggris. Setelah konflik dengan kerajaan tentang pajak, rakyat Amerika Serikat memutuskan untuk merdeka (silakan lo baca bagaimana sejarah kemerdekaan Amerika Serikat pada tahun 1776. Sejarahnya panjang banget dan tidak akan muat kalau dibahas di sini).

Ingat, dari awal pemukiman-pemukiman ini berakar dari berbagai daerah dan budaya di Eropa, sehingga mereka tak mau menciptakan negara kesatuan seperti di Indonesia! Dari awal mereka kabur dari Eropa untuk menghindari hukum – hukum yang dibuat oleh negara-negara Eropa! Mereka mau mengurus urusan mereka masing-masing, tak mau dicampuri oleh tetangganya, apalagi oleh pemerintah pusat! Maka, dipilihlah bentuk Federal sebagai bentuk negara Amerika ini.

Nah, sebagai negara baru ini, mentalitas “gue gak mau urusan gue dicampuri oleh orang lain, TERUTAMA oleh orang Eropa!” ini masih kuat banget! Amerika, baik negerinya maupun benuanya, jadi disebut “Dunia Baru” yang hendak dibangun sesuai idealisme para pemukim ini. Kontras dengan Eropa sang “Dunia Lama” yang sudah jenuh dengan persekusi, perang, korupsi, dan 1001 kebejatan lainnya yang sudah mendarah daging, sudah mengakar! 

Mentalitas gak mau berurusan dengan perangnya “Dunia lama” ini diwujudkan di era presiden James Monroe, Presiden Amerika Serikat kelima (1817 – 1825), yang meresmikan Doktrin Monroe di tahun 1823, yang biasanya diringkas dalam bentuk kalimat pendek:

“America for America”

Artinya, Monroe menyatakan benua Amerika adalah urusannya Amerika Serikat. Negara-negara Eropa tak punya hak untuk memperebutkan wilayah di benua baru ini! Di sisi lain, Monroe juga  memproklamirkan urusan Amerika Serikat yah cuma di benua Amerika saja! Gile, berani bener melarang-larang negara-negara Eropa seperti Inggris, Perancis, Belanda, dll, yang waktu itu menguasai samudera!  Padahal Amerika Serikat belum sampai 50 tahun merdeka! Armada tempur dan tentaranya gak ada apa-apanya dibandingin negara-negara Eropa! Mana bisa Amerika Serikat menegakkan doktrin ini? 

Eits, ternyata tidak sesulit itu!

Ternyata, mantan penjajah Amerika Serikat, yaitu Kerajaan Inggris, MENDUKUNG doktrin ini! Buat Inggris sederhana, dia tak punya minat merebut jajahan baru di benua Amerika. Ditegakkannya Doktrin Monroe memastikan saingan-saingan Inggris tak bisa menambah jajahan di benua baru ini! Doktrin Monroe juga secara teoritis membuat Amerika tak mau menyaingi Inggris dalam hal perebutan jajahan di luar benua Amerika! Maka, kerajaan Inggris pun mendukung doktrin ini!

Mengapa amerika disebut polisi dunia

Di benua Amerika sendiri, negara-negara yang ada di Amerika Tengah dan Amerika Latin menjadi waspada. Di satu sisi, mereka senang Amerika Serikat menantang hegemoni negara-negara Eropa. Namun di sisi lain, mereka juga takut hegemoni tersebut cuma diganti dengan hegemoni Amerika Serikat. Banyak juga yang cuek karena mereka yakin Amerika Serikat tak punya kekuatan militer, politik, maupun ekonomi untuk menegakkan doktrin ini.

Kenyataannya, di awal 1800an itu, Amerika Serikat memang tak bisa mendominasi benua Amerika. Perancis misalnya, memblokade Argentina di tahun 1838, dan Amerika Serikat tak bisa melakukan apa-apa untuk menghentikan blokade tersebut. Inggris sendiri biarpun katanya mendukung doktrin Monroe, nyatanya memperluas jajahannya di benua Amerika, misalnya dengan menduduki Belize di tahun 1862. Doktrin ini makin sulit ditegakkan karena pada medio tahun 1861 – 1865, Amerika Serikat sendiri mengalami perang saudara yang memakan ratusan ribu korban jiwa. 

Namun, biarpun sering tak bisa mencegah negara Eropa menyerang benua Amerika, pemerintah Amerika Serikat sendiri di tahun 1800an ini menjadi “Negara Pertapa” karena tak ikut campur dalam perang apapun yang terjadi di benua Eropa atau bersaing memperebutkan jajahan di Asia dan Afrika. Walaupun tak bisa mengatur negara-negara Eropa, Doktrin Monroe kelihatannya berhasil mengatur kebijakan Amerika Serikat sendiri untuk tetap jadi isolasionis. Kalau di jaman Orde Baru Indonesia memiliki kebijakan luar negeri “Bebas Aktif”, Amerika Serikat di tahun 1800an ini menggunakan kebijakan “Bebas PASIF” berkat doktrin Monroe ini.  

Namun, konsep “Amerika sebagai negara pertapa” ini benar-benar kontras dengan satu konsep lagi yg sama pentingnya dengan Doktrin Monroe ini, dan bisa dibilang bertentangan, yaitu Manifest Destiny.

Manifest Destiny

Perhatikan, Amerika cuma mau jadi pertapa “Di kancah dunia di luar benua Amerika”. Di benua Amerika sendiri, tindak-tanduk Amerika Serikat sama sekali tidak isolasionis. 

Di tahun 1812, Amerika Serikat berperang melawan Inggris dan Kanada. Pasukan Kanada bahkan berhasil merebut dan membakar gedung putih di Washington DC walaupun perang pada akhirnya berakhir dengan seimbang tanpa perubahan wilayah.

Di tahun 1846 – 1848, Amerika Serikat berperang melawan Mexico. Perang berakhir dengan kemenangan Amerika Serikat yang berhak mendapatkan Texas, New Mexico, Utah, Arizona, Nevada, California, dan beberapa wilayah lainnya (Ditandai dengan warna putih di peta di bawah.)

Mengapa amerika disebut polisi dunia

Selain itu, peperangan untuk memperluas wilayah Amerika Serikat dengan orang-orang Indian juga berhasil dimenangkan, memperluas negeri Amerika Serikat.

Jadi, biarpun di luar benua Amerika si Uwak Sam ini jadi pertapa, gak mau ribut, gak mau perang, gak macem-macem, kalo di benua Amerika sih, si Uwak garang loh! Wilayah Amerika Serikat jadi tambah luas bukan cuma lewat transaksi dagang (Pembelian Louisiana) tapi juga lewat perang (Dibaca: pembunuhan, pembantaian, pengusiran, dan 1001 hal tak menyenangkan lainnya.) yang disebutkan di atas! Nah, untuk menjelaskan perilaku ini, kita tidak menggunakan Monroe Doctrine tapinya Manifest Destiny.  

Manifest Destiny sendiri tidak diciptakan oleh pejabat resmi Amerika Serikat, tapi oleh seorang kolumnis bernama John L. Sullivan di tahun 1845. Di kolomnya, Sullivan mengomentari sengketa wilayah dengan Inggris di daerah Oregon waktu itu, dia kurang lebih bilang

“Klaim Amerika Serikat atas wilayah itu berdasarkan hak kita yang merupakan manifestasi takdir kita atas benua ini, yang sudah dianugerahkan (oleh Tuhan) pada kita untuk  menyebarkan kebebasan …”

Intinya, Manifest Destiny adalah pernyataan bahwa Amerika Serikat adalah negara yang khusus, istimewa, yang memiliki hak (dari Tuhan) untuk membawa kebudayaan, kebebasan, kepada benua Amerika. Politikus-politikus Amerika yang waktu itu menentang konflik dengan Inggris ini merasa pernyataan ini berlebihan, dan memalukan.

Mereka mengejeknya, menghinanya, tapi para pendukung Sullivan, orang-orang yang ingin memperluas wilayah Amerika Serikat langsung menjadikan 2 kata ini sebagai bahan kampanye. Amerika Serikat adalah negeri istimewa, kota di puncak bukit, uswatun khasanah, teladan, dan pembimbing dunia yang kurang beradab, kurang bebas! Ironisnya, karena ejekan lawan-lawannya inilah istilah Manifest Destiny jadi tersohor sampai sekarang.

Kontradiksi, Perkembangan, Perang Melawan Spanyol

Jadi, pada intinya, ada 2 kontradiksi dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat di tahun 1800an. Di dalam benua Amerika, Uwak Sam adalah negeri pede, yang merasa dirinya sudah ditakdirkan untuk memajukan dunia. Di luar benua Amerika, Uwak Sam bertingkah seperti pertapa dan menolak ikut campur. Di penghujung tahun 1800an, situasi politik, militer, dan ekonomi dunia sudah berubah. Amerika Serikat sudah memiliki armada tempur, pasukan besar, industri raksasa, dan 1001 hal lainnya yang memungkinkan mereka menegakkan Doktrin Monroe. 

Namun, kekuatan yang sama juga bisa digunakan untuk memperluas aplikasi Manifest Destiny.

Akhirnya, di tahun 1898, Amerika berperang melawan salah satu kekuatan Eropa: Spanyol. Waktu itu, Kuba adalah jajahan Spanyol yang turut mengalami instabilitas politik yang dialami pemerintah pusat Spanyol. Di sini, Monroe Doctrine dan Manifest Destiny berjalan beriringan. Kuba adalah bagian dari benua Amerika, yang mengalami masalah. Adalah takdirnya Uwak Sam untuk memerdekakan, menstabilkan, dan memajukan daerah ini! Di sisi lain, mengusir Spanyol dari Kuba juga berarti memerdekakan benua Amerika dari kekuatan Eropa! Namun, bukan berarti perang melawan Spanyol otomatis menjadi keniscayaan. 

Sekali lagi, kita harus ingat mentalitas para pendiri Amerika. Banyak dari mereka melarikan diri dari benua Eropa menghindari perang! Selama ini perang yang dialami negeri Amerika Serikat biasanya adalah perang-perang melawan kekuatan-kekuatan lemah. Cuma perang 1812 dan perang saudara saja yang dahsyat, dan semua masih ingat betapa banyaknya korban timbul. Masyarakat Amerika masih ogah berperang, biarpun perang ini sejalan dengan Doktrin Monroe dan Manifest Destiny.

Di tengah-tengah kontroversi ini, pemerintah Amerika Serikat mengirimkan kapal perang USS Maine ke pelabuhan Havana. Tanggal 15 Februari 1898, USS Maine mendadak meledak! Waktu itu, ada 2 raja media yang sedang bersaing memperebutkan pembaca: Joseph Pulitzer (yang sekarang namanya dikenal sebagai Pulitzer Award, penghargaan bergengsi bagi karya jurnalistik) dan William Randolph Hearst.

Peristiwa meledaknya USS Maine ini dimanfaatkan keduanya dengan menulis berita-berita sensasional yang menuduh pihak Spanyol meledakkan kapal perang Amerika! Publik Amerika pun murka, padahal penyebab ledakan belum diketahui secara pasti! Politikus-politikus Amerika Serikat pun berubah pikiran, dari menentang menjadi mendukung perang! Akhirnya, kapal-kapal perang Amerika Serikat dikirim untuk mengepung Kuba tanggal 21 April 1898. Artinya, perang pun dimulai.

Tanggal 13 Agustus 1898, perang sudah selesai. Spanyol menyerah kalah. Amerika Serikat merebut Kuba, Filipina, dan jajahan-jajahan Spanyol lainnya. Dari perang inilah Amerika Serikat mendapatkan jajahan di daerah Asia Pasifik: Filipina dan Guam. (Bersambung)

Demikianlah untuk pembahasan perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat (bagian 1) yang sebelumnya menerapkan politik isolasionisme menjadi negara yang aktif wira-wiri ke sana ke mari seperti sekarang ini. Awal mula perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat akan dibahas dalam tulisan bagian dua. 


Page 2

Dalam tulisan edisi sebelumnya, dijelaskan bagaimana posisi Amerika Serikat dalam perpolitikan internasional yang terkesan pasif. Di saat beberapa negara masih berupaya memperluas hegemoninya. Namun, semua itu akhirnya berubah saat peradaban memasuki abad ke-20. Mau tahu ceritanya? Simak artikel dari Marcel berikut ini.

. . . Tanggal 13 Agustus 1898, perang sudah selesai. Spanyol menyerah kalah. Amerika Serikat merebut Kuba, Filipina, dan jajahan-jajahan Spanyol lainnya. Dari perang inilah, Amerika mendapatkan jajahan di daerah Asia Pasifik: Filipina dan Guam.

Amerika Serikat saat Perang Dunia I

Tak sampai 20 tahun setelah perang melawan Spanyol, akhirnya Amerika terlibat perang lainnya dengan kekuatan Eropa. Namun, kali ini perang terjadi bukan di benua Amerika, tetapi di benua Eropa. Kita mengenal perang ini saat itu dengan nama “The Great War”. Namun, belakangan perang tersebut lebih dikenal dengan nama “Perang Dunia Pertama”. Apakah ini artinya Amerika akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Doktrin Monroe?

Tidak sesederhana itu. Publik AS terbelah. Rakyat yang keturunan Inggris amat ingin Amerika bergabung membantu Inggris dan Perancis. Sebaliknya, rakyat yang keturunan Jerman, Skandinavia, dan Irlandia cenderung ingin Amerika tetap netral, tidak mencampuri perpolitikan di “Dunia Lama” yang sudah dari dulu memiliki tradisi berperang habis-habisan. Bilyuner Henry Ford misalnya, rela mengeluarkan uang secara jor-joran untuk mendukung gerakan anti-perang. 

Kontroversi ini mulai surut saat Jerman berusaha mendapatkan dukungan Mexico. Menlu Jerman menjanjikan Mexico wilayah lamanya: Texas, New Mexico, dan Arizona seandainya Mexico berkenan membantu Jerman. Blunder besar ini tentu saja membuat publik AS yang masih ragu menjadi anti-Jerman. Sebelumnya, kapal selam Jerman mengkaramkan kapal RMS Lusitania milik Inggris yang membawa 128 warga negara AS. Selain itu, mata-mata Jerman juga menyabot amunisi yang hendak dijual pabrik Amerika Serikat kepada Inggris.

Selain itu, Presiden Woodrow Wilson juga berambisi mendirikan Liga Bangsa-Bangsa. Netralitas Amerika Serikat takkan membuat negara-negara lain mendukung impian dia ini. Akhirnya, 6 April 1917, Amerika Serikat menyatakan perang melawan Jerman, dan mengirim ratusan ribu tentara ke tanah Eropa.

Partisipasi AS ini menurut sejarawan Samuel Eliot Morison “Singkat tapi padat, dan sementara”. Kurang dari dua tahun sejak AS bergabung, Perang Dunia Pertama berakhir dengan kemenangan AS dan sekutu-sekutunya. Tentara Amerika Serikat, setelah Perang Dunia Pertama selesai, langsung meninggalkan Eropa. Tidak ada niat untuk berlama-lama mencampuri urusan politiknya “Dunia Lama” yang ditinggalkan oleh nenek moyangnya orang-orang Amerika.

Perang Dunia Pertama yang begitu hebat, begitu mengerikan, diharapkan menjadi perang besar terakhir yang dialami benua Eropa. Di tahun 1918, cuma beberapa orang, (Misalnya ahli ekonomi Inggris bernama John Maynard Keynes) yang sadar perang dunia pertama ini “Cuma pemanasan” untuk perang yang lebih dahsyat lagi. Pemerintah dan rakyat Amerika Serikat termasuk pihak yang tidak sadar.

Amerika Serikat sebelum Perang Dunia II

Selesai perang dunia pertama, ketidakpuasan muncul. Gue udah tulis bagaimana Jerman dan Jepang tidak puas dengan hasil Perang Dunia Pertama. Liga Bangsa-Bangsa juga gagal meredakan semua ketidakpuasan tersebut. Namun, publik Amerika Serikat tidak menginginkan perang lagi.

Ketika situasi di Eropa dan Asia memanas, rakyat AS sendiri cenderung menginginkan netralitas. Perang Dunia Pertama masih segar di ingatan mereka. Masih segar dalam ingatan mereka kematian, kehancuran, dan penderitaan akibat perang yang membuat nenek moyang mereka meninggalkan Eropa dan pindah ke Amerika. Rakyat Amerika waktu itu tahu betul, perang baru akan berarti wajib militer. Putra-putra serta suami-suami mereka akan dikirim ke medan perang.

Semua itu untuk apa? Untuk membela ‘dunia lama’ yang sudah mereka pertahankan? Untuk mempertahankan jajahan-jajahan negeri-negeri Eropa itu di Asia? Ngapain Amerika Serikat ngabis-ngabisin uang, tenaga, bahkan nyawa buat melakukan itu semua? Karena itu, di tahun 1930an sampai 1940, sentimen anti-perang di AS sangatlah kuat. 

Namun, di sisi lain, Hitler semakin menjadi-jadi di Eropa. Setelah menduduki Polandia, Hitler menaklukkan Norwegia dan Denmark, lalu secara spektakuler menghabisi Perancis. Semuanya dia lakukan kurang dari 2 tahun. Di Asia, berita tentang kekejian tentara Jepang di Tiongkok juga sudah sampai ke telinga publik Amerika Serikat. Tentara Jepang tak segan-segan memperkosa wanita dan membantai anak-anak di kota-kota yang mereka taklukkan. Seruan agar AS bergerak untuk membantu Eropa dan Tiongkok juga muncul.

Biarpun demikian, gerakan anti perang masih amat kuat. Menanggapi seruan agar Amerika Serikat berperang, dibentuklah “America First Committee”. Komite anti perang ini didukung oleh selebritis dan khalayak umum. Pertemuan-pertemuan mereka selalu ramai dipenuhi publik yang antusias menentang perang. Tak heran, pada pemilihan presiden tahun 1940, presiden Roosevelt yang sudah menjabat 2 periode, berjanji “Saya takkan mengirim anak-anak bapak ibu ke medan perang!” sebagai bagian kampanyenya.

Sentimen anti perang dan America First Committee berakhir saat Jepang membom Pearl Harbor pada tanggal 7 Agustus 1941 (8 Agustus menurut kalender Indonesia/Jepang). Perdamaian yang begitu didambakan kini harus dicapai dengan harga yang terlalu mahal. Rakyat Amerika Serikat menolak harga tersebut dan presiden Roosevelt pun menyatakan perang melawan Jepang. 

Amerika Serikat saat Perang Dunia II

Kalau partisipasi Amerika Serikat di Perang Dunia Pertama itu “Singkat tapi padat, dan sementara”, di Perang Dunia Kedua, partisipasi Amerika itu “Lama, padat, dan permanen”. Baik di Eropa maupun Pasifik, Angkatan Bersenjata AS secara aktif dalam jangka waktu lama berpartisipasi mengalahkan Jerman maupun Jepang. Seluruh industri AS dikerahkan untuk memenangkan perang ini. Amerika kini seperti pertapa yang baru turun gunung dan mengerahkan 1001 ilmu pertapaannya untuk menaklukkan dunia! Di artikel sebelumnya, gue udah tulis bagaimana kapasitas industri Amerika ini JAUH melebihi kapasitas industri Jepang tapi biar gue tegaskan: kapasitas industri Amerika Serikat itu masih LEBIH BESAR lagi.

Di saat yang sama, industri Amerika memproduksi kapal-kapal perang untuk melawan Jepang, mereka juga menghasilkan ribuan tank, truk, meriam, pesawat, dll untuk melawan Jerman. Di saat yang sama juga, ribuan uang dikucurkan, ratusan ilmuwan dan insinyur dimobilisasi untuk menciptakan bom atom pertama di dunia. Orang bilang Jerman kalah karena menghadapi perang 2 front: Di Barat melawan Amerika & Inggris, di Timur melawan Uni Soviet. Ironisnya, jarang orang-orang menunjuk fakta bahwa Amerika Serikat menghadapi perang 3 front: Di Eropa melawan Jerman dan Italia, di Pasifik melawan Jepang, dan di dunia ilmu pengetahuan untuk menciptakan bom atom pertama. Hebatnya, Amerika Serikat memenangkan ketiganya.

Epilog: Amerika Serikat sebagai Polisi Dunia

Nah, baru setelah memenangkan Perang Dunia Kedua inilah sentimen publik dan politikus Amerika Serikat tentang campur tangan mereka di dunia luar benua Amerika berubah.

Kemenangan melawan Fasisme Eropa dan Militerisme Jepang tidak hanya berarti kemenangan Amerika saja, sebab Uni Soviet yang Komunis juga turut memenangkan perang ini. Presiden Truman dan rakyat Amerika kini tersadar, mereka tak bisa lagi berdiam diri, menutup diri terhadap perkembangan politik di Eropa dan Asia.

Karena Amerika Serikat adalah negara terkaya di dunia, dengan militer terkuat di dunia, maka merekalah yang harus memimpin negara-negara Eropa, yang masih porak-poranda akibat PD II, untuk menghadapi ancaman terbaru, yaitu Uni Soviet dengan paham Komunismenya. Amerika Serikat buru-buru meminjamkan uang agar negara-negara Eropa bisa memperbaiki infrastruktur dan ekonominya, sebab negeri yang miskin adalah negeri yang amat mungkin dipengaruhi paham Komunis. Amerika Serikat juga memprakarsai berdirinya NATO, organisasi kerja sama militer untuk menghadapi ancaman militer Uni Soviet.

“America in 1939 – 1941 wanted neither world power nor world responsibility, only to be let alone; but world power and world responsibility were forced upon her by the two nations, Germany and Japan, that badly wanted both.”

— Samuel Eliot Morison, The Two-Ocean War:, halaman 45.

Ketika ekonomi negara-negara Komunis akhirnya ambruk di tahun 1990an, dominasi Amerika atas dunia artinya tak terbantahkan. Sampai saat ini, masih banyak negara bergantung secara militer kepada Amerika Serikat. Jepang dan Jerman misalnya. Setelah PD II, sebagai pihak yang kalah, militer mereka praktis “Dikebiri” dan pertahanan negara mereka saat ini didominasi oleh militer Amerika Serikat.

Namun, bukan cuma pihak yang kalah. Perancis, Italia, Norwegia, dan banyak negara lainnya yang menjadi pemenang Perang Dunia Kedua juga pertahanan militer negaranya tergantung pada militer Amerika Serikat, karena mereka menolak menghabiskan anggaran negara mereka untuk melengkapi militer mereka. Gak heran Amerika disebut sebagai “Polisi Dunia” sebab militer merekalah yang diandalkan BANYAK negara!

Nah, ini yang jarang disorot. Media sering menyorot “Ketidaksukaan banyak negara” pada status polisi dunia ini, tanpa menyoroti sebabnya. 

“Action speak louder than words” di mulut mereka mencerca Amerika Serikat terlalu mendominasi, terlalu sok sebagai polisi dunia, tapi kenyataannya, mereka semua ogah meningkatkan anggaran militer mereka. 

“Kami kan cinta damai” 

“Ada jalan lain untuk menyelesaikan masalah selain dengan perang!”

“Anggaran inikan lebih berguna untuk bidang lain!”

Adalah alasan-alasan yang dikeluarkan ketika negara-negara ini ditanya perihal rendahnya anggaran militer mereka. Artinya, para pencerca ini sebetulnya sedang memanfaatkan kekuatan militer Amerika Serikat! Sudah memanfaatkan, masih protes pula! 

Gue harap dengan tulisan gue ini, kita semua jadi lebih bijak memandang politik luar negeri. Bukan cuma politik Amerika Serikat, tapi politik luar negeri dan kebijakan militer secara lebih umum.

DISCLAIMER:

Artikel di atas adalah ringkasan sejarah politik luar negeri Amerika Serikat sejak 1776 sampai hari ini. Pembaca harap maklum kalau banyak hal terlewatkan.

Sumber:
How America Became A Superpower, Explained in 8 Minutes
https://www.vox.com/2016/11/28/13708364/america-superpower-expansion-colony 

Wikipedia
https://en.wikipedia.org/wiki/Monroe_Doctrine
https://en.wikipedia.org/wiki/Manifest_destiny
https://en.wikipedia.org/wiki/Spanish–American_War
https://en.wikipedia.org/wiki/United_States_in_World_War_I

Samuel P. Huntington: Who Are We? America’s Great Debate
Samuel Elliot Morrison: The Two Ocean War

Sumber Peta & Foto:
Wikimedia Commons:
https://en.wikipedia.org/wiki/Treaty_of_Guadalupe_Hidalgo#/media/File:Mexican_Cession_in_Mexican_View.PNG