Manusia-manusia apa yang bertopeng bisa terbang

Susetyo Dwi Prihadi | CNN Indonesia

Jumat, 15 Mei 2015 11:17 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Langit cerah yang menggelayut di gedung ikonik Bruj Khalifa, Dubai, Uni Emirat Arab, mendadak semakin riuh dengan penampakan manusia sedang terbang dengan sayap menempel di punggungnya.

Ya, manusia terbang itu adalah Yves Rossy dan Vince Reffet. Datang dari latar belakang berbeda, keduanya mempunyai mempi yang sama, yakni terbang bebas layaknya burung. Baca juga: Aksi Gila Manusia Terbang

Mimpi mereka pun diwujudkan oleh XDubai Managing Director, Ismaeil Al Hashmi. Ketiganya terlibat sebuah proyek fenomenal yakni membuat jet yang bisa dipakai manusia dan mereka menyebutnya sebagai Jetman. Dua manusia ini bisa terbang layaknya Iron Man, namun armor yang mereka pakai tak sesederhana dipakai oleh Tony Stark dalam Komik Marvel tersebut. Karena nyatanya, 'Jetman' memanggul mesin di punggungnya.Dari kejauhan bentuknya memang seperti paralayang, orang bisa terbang dengan bantuan sayap agar bisa mengudara. Namun bedanya, paralayangnya terbentuk secanggih mungkin.Dikutip dari situs resminya, sayapnya mempunyai lebar sekitar dua meter yang bentuknya meyerupai sayap pesawat terbang. Sayapnya sendiri mempunyai bobot tak kurang dari 55 kilogram.Sayapnya memang berguna untuk bermanuver dan menyeimbangkan di atas awan. Sementara sebagai pendorong tenaganya dipasangkanlah empat mesin jetcat P200 yang dibagi dua di kedua sisinya.

Manusia-manusia apa yang bertopeng bisa terbang

Mesin ini yang berfungsi sebagai tenaga dan mempunyai bobot sekitar 22 kilogram. Sehingga kedua pilot tersebut dipastikan memanggul lebihd ari 77 kilogram baju zirah tersebut.Sementara soal kemampuannya sudah cukup lumayan, karena mampu terbang dengan kecepatan rata-rata 250 kilometer perjam dan mampu terbang antara enam sampai 13 menit di angkasa.Tak seperti pesawat yang bisa lepas landas, untuk bisa mengudara manusia terbang ini membutuhkan pesawat atau helikopter lain untuk terbang. Seperti melakukan terjun payung.Parasut juga digunakan saat dua pilot ini akan menjejakkan kaki di tanah atau mendarat."Terbang merupakan mimpi manusia yang sudah lama, dan kita tidak berhenti hingga bisa mewujudkannya, terbang seperti burung," kata Rossy dalam sebuah video yang diunggah di YouTube. Dan berikut video aksi gilanya.

[Gambas:Youtube]

LIVE REPORT

LIHAT SELENGKAPNYA

Patung Ibnu Firnas, ilmuwan Muslim, yang mencoba untuk terbang. Foto: @Iraqesque.

KELIHAIAN burung menggelitik obsesi manusia untuk bisa terbang. Karena keterbatasan pengetahuan, awalnya obsesi ini baru dituangkan dalam figur-figur fantasi tentang makhluk bersayap: setengah manusia, setengah burung.

Dalam mitologi Yunani Kuno (abad 8-1 SM), sayap terbang kali pertama diciptakan Daidalos, seorang seniman. Dia menciptakan sayap yang terbuat dari bulu unggas dan lilin untuk anaknya, Ikaros, di dalam penjara. Ikaros menerima sayap itu dan menggunakannya untuk kabur dari penjara. Kegirangan terbang, Ikaros lupa pesan ayahnya: jangan terbang dekat dengan matahari. Sayap itu terbakar sinar matahari sehingga Ikaros terjatuh.

Meski tak mungkin mempunyai sayap serupa burung, manusia tak pernah berhenti mewujudkan obsesinya.

Serupa Burung Manyar

Advertising

Advertising

Berbekal alat sederhana berupa jubah sutra dan bulu elang yang dipasang ke seperangkat kayu, Ibnu Firnas meluncur dari sebuah bukit di Cordoba. Mu’min Ibnu Said, seorang penyair yang menyaksikan aksi itu pada sore di musim gugur 852, menulis, “Firnas terbang lebih cepat dari Phoenix ketika dia menggunakan bulu-bulu di badannya, seperti burung manyar.” Lantaran terjatuh, Firnas menderita cidera punggung parah.

Glider

Meski penerbangannya tak begitu sukses, alat yang dipakai Firnas mendapat perhatian luas ilmuwan. Dua abad setelah Firnas, seorang pendeta dari Malmesbury memperbaiki rancangan Firnas. Dengan menambahkan ekor, dia menyebut alat itu sebagai glider. Dari menara lonceng, dia berhasil terbang selama 15 menit dengan jarak tempuh 200 meter. Sekarang, glider sering dipakai untuk olahraga paralayang.

Ornithopter

Leonardo Da Vinci, ilmuwan Italia, mengembangkan temuan itu pada 1488. Konsep itu disebut ornithopter. Istilah itu berasal dari bahasa Yunani, ornithos yang berarti burung dan pteron yang berarti sayap. Konsep alat ini mengambil prinsip kerja sayap burung dan serangga. Da Vinci memandang bobot manusia cukup berat jika hanya ditopang dengan sayap tetap. Karenanya orang perlu sayap yang lebih dinamis untuk terbang lebih lama dan jauh.

Naga Bersayap Empat

Percobaan ornithopter pada 1496 tak memuaskan sejumlah ilmuwan. Selain tak bisa terbang, ornithopter dinilai belum aman. Konsep glider bersayap empat pun diperkenalkan pada 1647. Pengembangnya, seorang Italia bernama Tito Livio Burattini, menjanjikan alat yang disebut “naga bersayap empat” ini mampu meminimalkan cidera saat pendaratan atau kecelakaan.

Kapal Udara

Sebuah tulisan mengenai perhitungan massa benda di udara terbit pada 1670. Penulisnya, Francesco Lana de Terzi, menyimpulkan bahwa sebuah benda dapat lebih ringan ketimbang udara jika menggunakan tembaga besar yang menyimpan ruang gas di dalamnya. Ruang itu digunakan sebagai tenaga pengangkat. Sirkulasi udara harus dijaga sebaik mungkin agar benda tetap bisa terbang. Karya ini mengilhami penemuan kapal udara oleh Barthomeleo Gusmao, seorang Portugis, pada 1709. Inilah penerbangan pertama manusia tanpa sayap. Kelak penemuan ini mengilhami terciptanya Zeppelin.

Balon Udara

Dua bersaudara, Joseph dan Jacques Montgolfier, berhasil menerbangkan benda dengan menggunakan prinsip kapal udara pada 1783. Mereka mengganti material tembaga dengan bola raksasa yang terbuat dari sutera. Pada bagian bawah bola terdapat celah yang digunakan untuk pembakaran jerami. Udara panas itu menjadi sumber tenaga. Sebuah kotak tanpa penutup diikat pada bola tersebut. Mereka masuk ke kotak tersebut. Penerbangan mereka disebut “penerbangan lebih-ringan-daripada-udara”.

Monoplane

Setelah usaha “penerbangan-lebih-ringan-daripada-udara” tanpa sayap, orang mulai kembali berpikir tentang sayap. George Cayley, penjelajah asal Inggris, menggambar sketsa pesawat terbang sederhana beserta prinsip kerjanya pada akhir abad ke-18. Dia dianggap sebagai peletak dasar bentuk pesawat terbang modern. William Samuel Henson dan John Stringfellow, ilmuwan, bekerja sama menyempurnakan penggunaan sayap. Mereka menciptakan mesin terbang tenaga uap sayap tunggal pada 1840. Lebar sayapnya mencapai 45,7 meter. Penerbangan mereka dikenal sebagai “penerbangan-lebih-berat-daripada-udara”.

Zeppelin

Ahli aeronautika (ilmu penerbangan) Jerman, Ferdinanz Adolf Heinrich August von Zeppelin, menciptakan balon udara berbentuk cerutu raksasa yang mudah dikendalikan. Menggunakan prinsip kapal udara, Zeppelin, nama pesawat ini, dapat terbang lebih terarah. Pesawat ini sudah dilengkapi sirip, mesin, dan kemudi. Pada 1900, Zeppelin berhasil melakukan uji terbang pertamanya. Pesawat tanpa sayap ini melayani penerbangan komersial pertama di dunia pada 1909. Ketika perang meletus, fungsi komersialnya ditiadakan lantaran pesawat ini lebih banyak dipakai untuk perang.

DUBAI - Manusia beranggapan bahwa manusia tidak dapat terbang, kecuali mereka menggunakan pesawat. Namun demikian bukan hal mustahil bagi Yves Rossy bisa melayang di udara layaknya seekor burung.

Adalah mantan pilot pesawat tempur Swiss, Yves Rossy yang mewujudkan mimpi besarnya menjadi nyata. Ia membuat mesin jet terbang yang mampu membawanya melayang di udara.

Dalam sebuah video berdurasi satu menit 10 detik, seperti dikutip Yahoo, Sabtu (13/12/2014), pria 55 tahun ini terlihat berputar-putar mengelilingi langit di salah satu padang pasir di Dubai.

Gambar yang diambil oleh tim Rossy, terlihat pria yang akrab disapa Jetman mengenakan jetwing seberat 120 pound dan berputar-putar mengelilingi langit padang pasir di Dubai bersama dengan juara Aerobatik, Veres Zoltán.

Jetwing tersebut menggunakan empat mesin jet kecil untuk mencapai kecepatan maksimun 125 kilometer per jam. Pria yang lahir di Swiss ini menggunakan throttle genggam untuk mengontrol sayap dan parasut saat mendarat.

Ini bukan pertama kalinya Rossy melakukan rodeo udara. Sebelumnya, Rossy pernah melakukan hal yang sama di atas pegunungan Alpen, selat Inggris, Grand Canyon, dan Gunung Fuji.

Manusia-manusia apa yang bertopeng bisa terbang

Manusia-manusia apa yang bertopeng bisa terbang
Lihat Foto

Hublot

Yves Rossy, mantan pilot militer Swiss, terbang menggunakan sayap bermesin jet buatannya di atas Pegunungan Alpen.

JAKARTA, MINGGU - Mimpi manusia untuk terbang bebas seperti burung dengan mengepakkan dua sayapnya mungkin belum terwujud. Namun, terbang dengan sayap menempel di punggung, setidaknya, sudah dapat dilakukan.

Untuk pertama kalinya, Yves Rossy, seorang mantan pilot pesawat terbang dari Swiss, mendemonstrasikan terbang dengan sayap segitiga bermesin jet buatannya. Pria berusia 48 tahun yang mendapat sebuta "Fusion Man" itu melompat dari pesawat dengan sayap segitiga selebar 2,5 meter di punggungnya dan terbang melayang di atas Pegunungan Alpen.

Begitu jatuh bebas dari pesawat yang membawanya, ia langsung mengaktifkan empat mesin jet yang ada di bagian belakang sayapnya. Dalam sejak sejak diaktifkan, dorongan jet membuatnya dapat terbang hingga kecepatan 300 kilometer perjam.

Rossy sempat melakukan manuver, meliuk-liuk, terbang menukik, hingga melakukan putaran 360 derajat pada ketinggian 2300 meter. Setelah lima menit menjajal sayap buatanya di udara, ia mematikan mesinnya dan turun dengan parasut.  

"Saya belum mencoba semuanya," ujarnya usai turun di sebuah landasan pesawat dekat Danau Jenewa, Rabu (14/5) lalu. Sayapnya baru akan dieksplorasi semua kemampuannya oleh seorang stunt man dan disiarkan langsung dalam sebuah acara televisi.  

Namun, Rossy juga telah merencanakan untuk mencoba kembali alat buatannya untuk melintasi Selat Inggris tahun ini. Bahkan ia berharap suatu saat dapat terbang di atas Grand Canyon dengan sayap lebih lebar dan mesin jet lebih besar.

Untuk membuat alat tersebut, Rossy menghabiskan dana 285.000 dollar AS yang disponsori perusahaan jam tangan Swiss Hublot. Sementara untuk baju yang dipakainya tidak perlu didesain khusus karena seperti baju tahan api yang biasa dipakai petugas pemadam kebakaran.

Sampai saat ini, Rossy belum berencana menjual alat buatannya ke pasaran, namun ia yakin alat serupa akan banyak dikembangkan untuk memberikan pengalaman terbang lebih menyenangkan terutama bari pecinta olahraga parasit.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya