TAHAPAN PEMBESARAN IKAN Tahapan pembesaran ikan air laut pada prinsipnya sama yaitu mulai dari persiapan wadah dan media pembesaran, seleksi dan penebaran benih, pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air, monitoring pertumbuhan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pascapanen. 7.2.1. Persiapan Wadah dan Media Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan persiapan wadah dan media budidaya sesuai kaidah CBIB yaitu:
Kesesuaian :
Ketidaksesuaian :
Dalam persiapan wadah dan media hanya menggunakan pupuk, probiotik dan bahan kimia yang direkomendasikan. Kesesuaian :
Ketidaksesuaian :
Langkah-langkah persiapan yang dilakukan untuk budidaya ikan air laut dengan menggunakan KJA konvensional adalah sebagai berikut:
Persiapan tambak meliputi :
Pematang harus kedap dengan maksimum kebocoran 10% dalam seminggu. Tambak dapat diisi air sampai kedalaman minimal 1,2 meter. Dasar tambak merupakan wadah penampung kotoran ikan, maka kebersihan dasar tambak pada saat persiapan harus menjadi proritas utama. Lumpur dari dasar tambak berasal dari sisa metabolisme ikan dan plankton yang mati, harus dibuang keluar tambak danjangan ditumpuk di atas pematang. Lumpur bisa kembali ke dalam perairan dan memperburuk kondisi parameter air pada saat hujan apabila lumpur ditumpuk di atas pematang.
Kincir disiapkan untuk membantu penambahan oksigen ke dalam air danmulai digunakan saat mulai tebar hingga panen. Pengaturan posis kincir diatur sedemikian rupa agar kotoran bisa terkumpul dan terbuang keluar pada saat pergantian air. Siapkan pompa untuk menambah ketinggian air tambak. Tempatkan pompa pada lokasi yang dapat menghisap air dengan mudah, terutama pada saat pasang tidak terlalu tinggi. Persiapan Media di Tambak Pengisian air dilakukan pada saat air laut pasang melalui pintu air atau menggunakan pompa, serta warna air tidak keruh. Hindari penggerusan lumpur di saluran yang teraduk dan masuk di tambak. Proses pengisian tambak ini dilakukan selama 4-6 hari (di waktu bulan purnama, yaitu hari ke 13-18 atau waktu bulan mati, yaitu hari ke 28-3). Isi tambak hingga ketinggian air mencapai ketinggian optimal. Dalam melakukan pemasukan air, siapkan sarana penunjang budidaya yaitu: - Tandon, merupakan tempat untuk menampung air yang akan digunakan dalam proses budidaya. Luasan tandon disesuaikan dengan luasan tambak yang akan diisi air, dengan perbandingan 1 tandon untuk 2 tambak. Tandon mempunyai kegunaan untuk pengendapan bahan organik yang dibantu dengan menggunakan plastik atau bambu, sehinga kecepatan arus akan menjadi lambat dan bahan organik mengendap. Kemudian tumbuhkan rumput laut untuk menyerap nutrien atau bahan organik yang masuk. - Saringan air, dipersiapkan untuk pintu monik maupun untuk pemasukan menggunakan pipa (pompa atau gravitasi). Saringan yang digunakan adalah saringan berupa bahan waring hitam (diameter 1 cm). Saringan ditempelkan pada frame atau bingkai dari kayu yang akan dimasukkan ke dalam pintu monik. Kemudian pada pemasukan air yang menggunakan pipa, saringan dibuat berbentuk bulat yang diikat ke pipa atau menggunakan kantong waterfilter.
7.2.2. Seleksi dan penebaran benih Benih yang berkualitas merupakan benih yang berasal dari selektif breeding yang dilakukan oleh instansi yang sudah memiliki kemampuan untuk menghasilkan benih. Benih yang berkualitas memiliki tingkat heterozigotas tinggi, memiliki warna yang cerah, memiliki ukuran yang seragam, tidak cacat, dan mampu bertahan pada lingkungan yang berbeda (Wardana dan Tridjoko, 2015). Kriteria benih ikan yang baik yaitu mempunyai ukuran yang seragam, memiliki warna yang cerah, tidak cacat anggota tubuh, berenang aktif (melawan arus dan bergerombol), responsif terhadap pakan, kejutan dan cahaya, tidak kerdil, memiliki sertifikat bebas virus, lulus stress dengan berbagai media, bukan benih dari hasil tangkapan alam. Penggunaan obat ikan dan bahan kimia selama pembenihan dapat menimbulkan residu dan beresiko pada keamanan pangan. Mutu benih yang buruk dapat pula mengganggu kesehatan selama pembudidayaan dan akan memicu penggunaan obat dan atau bahan kimia. Benih sehat bersertifikat berasal dari hatchery yang bersertifikat dan atau memiliki sertifikat bebas penyakit dan obat ikan. Benih yang baik sesuai CBIB yaitu: Kesesuaian :
Ketidaksesuaian :
Setelah mendapatkan benih yang siap dipelihara, benih-benih tersebut ditebar di wadah budidaya yang telah disediakan. Namun dalam penebaran juga harus diperhatikan salah satu syarat yang tidak kalah pentingnya, yaitu kepadatan awal penebaran. Kepadatan awal merupakan faktor yang paling dominan, karena bila dalam satu wadah terdapat jumlah ikan yang sangat padat, maka akan menjadi salah satu sebab terjadinya kanibalisme. Di samping produksinya akan menjadi rendah. Kepadatan awal untuk budidaya ikan kerapu adalah sebanyak 50 – 60 ekor/m3, dengan ukuran ikan sekitar 20 - 50 g/ekor. Sedangkan selama pemeliharaan, masalah daya dukung perairan (carrying capacity) perlu tetap dijaga, yaitu pada batas 41,7 kg/m3, sehingga karamba tidak mengalami kelebihan beban.
Pembesaran Ikan Bawal Bintang dimulai dengan penebaran benih ukuran 5 cm dengan padat penebaranan 1000 ekor/jaring, dengan ukuran jaring 4x4x3m3 dengan ukuran mata jaring ¾ inchi. Setelah 2 bulan masa pemeliharaan benih sudah berukuran 80 gram kemudian dipindahkan ke jaring ukuran 1 inchi, dengan padat tebar 850 ekor/jaring. Setelah mencapai ukuran 200 gram ikan dipindahkan ke jaring ukuran 1,5 inchi sampai panen ukuran 500 – 600 gram. Tempat pemeliharaan ikan Bawal bintang mengunakan :
7.2.3. Pengelolaan pakan Industri perikanan global telah bertransisi dari perikanan tangkap ke budidaya. Akibatnya, produksi ikan yang dikonsumsi dari hasil budidaya ikan telah mencapai 47% dari total produksi ikan pada tahun 2010. Salah satu teknik yang penting untuk mendukung industri budidaya perikanan adalah dengan produksi benih. DHA, turunan vitamin A, dan taurin, sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan kesehatan dalam produksi massal bibit ikan air laut (Takeuchi, 2014). Nutrisi pada pakan ikan berperan dalam pertumbuhan, reproduksi, ketahanan tubuh dan bergantung pada spesies ikan, ukuran dan umur ikan, serta sistem budidaya yang diterapkan. Pakan dengan nutrisi lengkap dan seimbang sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan dibutuhkan untuk mendapatkan efisiensi pakan serta pertumbuhan kultivan secara optimal. Penggunaan pakan buatan terbukti dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan vitalitas larva pada beberapa species ikan serta mengurangi penggunaan pakan hidup. Cato dan Christopher (2003) menyatakan keadaan kritis budidaya adalah ketersediaan pakan, ketika larva, benih atau ikan muda sangat membutuhkan pakan dari luar. Banyak larva ikan dan ikan muda yang berada pada permukaan memakan rotifera dan udang renik (Artemia sp). Rotifer dan Atermia telah lama digunakan secara luas sebagai pakan hidup ikan budidaya, namun jumlah mereka selalu tidak memungkinkan untuk selalu digunakan. Pakan yang diberikan pada ikan muda yaitu dengan ukuran kurang dari 3mm atau yang memiliki ukuran zooplankton. Nutrisi yang dibutuhkan yaitu omega-3 rantai panjang dan tinggi asam lemak tak jenuh (HUFA) untuk pertumbuhan yang optimal dan stabil. Copepoda laut merupakan salah satu pakan dengan kandungan omega-3 HUFA yang merefleksikan komponen asam lemak dalam pakan. Hal ini merupakan kebutuhan pokok yang baru dan lebih banyak lagi nutrisi esensial yang dibutuhkan pada spesies larva ikan laut. Copepoda memang merupakan makanan pokok namun hal ini sangat tidak memungkinkan karena copepoda sulit dibudidayakan dalam sistem yang ada, dan secara alami keadaannya melimpah dan terdistribusi pada ukuran yang beragam. Menurut Tucker (1998) kriteria pakan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kemungkinan pakan dimakan, hal itu diantaranya kepadatan atau jumlah yang diberikan, penampilan pakan, ukuran dan rasa. Kualitas nutrisi pakan meliputi, jumlah bakteri, daya cerna pakan, dan kestabilan pakan serta kemampuan ikan. Kepedulian extra dibutuhkan ketika memberi pakan ikan pertama kali dan dari proses pemisahan induk yang memiliki tingkat kematian tinggi. Pertama ketika ikan mulai makan, ikan tidak mudah kehabisan energi untuk memperolehnya karena mereka mungkin berenang lebih pelan dan lebih pelan. Pakan yang diberikan harus disertai dengan komposisi nutrisi essensial yang seimbang sehingga dapt dimanfaatkan oleh ikan. Pakan harus tidak kehilangan nutrisi ketika belum sampai mulut ikan atau ketika belum sampai dimakan ikan. Pemanfaatan pakan yang baik membuat benih ikan bertahan hidup dan pertumbuhan akan meningkat. Perhatian berikutnya yaitu ukuran pakan yang diberikan, keseimbangan jumlah asam lemak, keseimbangan jumlah asam amino, dan kepadatan nutrisi danri pakan yang diberikan pada ikan. Pakan merupakan faktor yang memegang peranan penting untuk menunjang keberhasilan budidaya. Mudjiman (2000) menyatakan pakan yang baik harus memenuhi gizi ikan berupa protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin. Menurut Rausin et al. (2001) dan Zainuddin (2010), protein merupakan salah satu nutrien yang diperlukan oleh ikan untuk pertumbuhan. Penggunaan protein untuk pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran, umur, kualitas protein, kandungan energi pakan, keseimbangan gizi dan tingkat pemberian pakan. Menurut Riyanto (2008) dan Giri (1998), kebutuhan energi untuk hidup pokok harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum energi pakan dipakai untuk pertumbuhan. Pakan merupakan salah satu aspek yang memerlukan perhatian cukup besar sehingga harus direncanakan dengan matang yaitu menekan anggaran pengeluaran serendah mungkin, tetapi hasilnya tetap optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemilihan jenis pakan yang tepat namun tetap mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan, dan harga yang murah. Dari hasil uji coba dan penerapan pada skala usaha, tujuan untuk mendapatkan hasil yang baik dengan pengeluaran yang relatif rendah adalah dengan memberikan pakan dari jenis ikan-ikan yang tak laku di pasaran (non-ekonomis), yaitu ikan-ikan yang digolongkan sebagai ikan rucah seperti ikan tembang, rebon, selar dan sejenisnya yang banyak tersebar di perairan Nusantara. Pemilihan pakan ikan yang berasal dari ikan rucah ini, selain harganya murah dan mudah diperoleh, di pasaran. Pakan dari jenis ikan rucah ini tetap harus dijaga kualitasnya, setidaknya kondisinya tetap dipertahankan dalam keadaan segar, misalnya disimpan dalam freezer. Pakan yang tidak segar atau terlalu lama disimpan, akan menyebabkan turunnya kualitas nutrisi (asam lemak essensial yang sangat dibutuhkan oleh ikan), yang hilang karena proses oksidasi. Pemberian pakan yang ideal tergantung pada ukuran ikan yang dipelihara. Pada pemeliharaan ikan kerapu berukuran 20 - 50 g, dapat diberikan pakan sebesar 15% per hari dari bobot biomassa. Selanjutnya persentase diturunkan seiring dengan pertumbuhan ikan. Setelah mencapai ukuran 100 g pakan diberikan sebanyak 10% per hari, dan kemudian dikurangi setiap 1 (satu) bulan pemeliharaan, hingga akhirnya diberikan sebanyak 5% per hari saat ikan telah mencapai ukuran 1 kg. Tabel 11. Persyaratan mutu pakan buatan untuk produksi benih ikan kerapu Sumber : SNI 7814-2013, pakan buatan untuk produksi benih kerapu bebek (Cromileptes altivelis) Fekuensi dan Dosis Pemberian Pakan Pemberian pakan buatan pada usaha pembesaran di KJA harus diperhitungkan secara tepat agar ikan tumbuh dengan baik, mempunyai kelangsungan hidup tinggi serta secara ekonomi menguntungkan. Frekuensi pemberian pakan dan waktu pemberiannya yang tepat perlu diperhatikan agar menghasilkan pertumbuhan dan angka kelangsungan hidup yang baik serta penggunaan pakan yang efisien. Hal ini berhubungan dengan kecepatan pencernaan dan pemakaian energi. Perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan efisiensi pemberian pakan antara lain:
Banyaknya pakan yang diberikan antara 5 – 10%, dengan frekuensi pemberian pakan pada pagi, siang dan sore hari. Pakan ditebar di beberapa titik lokasi budidaya. Pemberian pakan pada pembesaran ikan kakap putih sebanyak 2 kali sehari dengan frekuensi pakan 4-10% berupa pakan alami ataupun pakan buatan seperti pelet. Frekuensi pemberian pakan dapat juga disesuaikan dengan tingkah laku dan kebiasaan makan biota. Biasanya pemberian diberikan 2-3 kali dalam sehari yaitu di waktu pagi sekitar pukul 06.00-08.00, kemudian siang sekitar pukul 12.00-14.00 dan sore sekitar pukul 16.00-18.00. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit agar tidak banyak terbuang, karena pada saat pemberian pakan ikan bergerak aktif berebutan. Pada tahap pembesaran dapat diberikan pula vitamin seperti amolovit dengan dosis 1 g/kg pakan dan probiotik 1-2 cc/kg pakan yang dicampurkan kedalam pakan yang diberikan setiap minggunya. Tabel 12. Dosis dan Frekuensi pemberian pakan untuk ikan kakap putih
Gambar 29. Pemberian pakan (Sumber: kkp.go.id) FCR yaitu konversi pakan yang berarti jumlah pakan yang diberikan untuk menaikkan bobot ikan sebesar 1 kg. Rumus Feed Convertion Rate (Sunyoto, 2000): FCR = Tp Mu Keterangan FCR : Perbandingan jumlah pakan yang diberikan untuk menghasilkan 1 kg daging T p : Total pakan komulatif (kg) M u : Biomassa udang yang dihasilkan (kg) 7.2.4. Pengelolaan kualitas air Untuk menjaga standar mutu air untuk budidaya air laut harus memperhatikan hal sebagai berikut:
Kesesuaian :
Ketidaksesuaian :
- Mengukur suhu air menggunakan thermometer dengan cara mengecek thermometer yang sudah digantung dalam sarana budidaya. - Mengukur pH dengan cara mengkalibrasi pH pen terlebih dahulu kemudian mencelupkan pH pen dan diamkan selama 2 menit atau sampai angka berhenti bergerak - Mengukur DO meter menggunakan sera test dengan cara mengambil 15 ml air sampel kemudian diteteskan dengan sera tes nomer 1 pada air sampel dan dilanjut meneteskan sera tes nomer 2 kemudian air sampel digoyang perlahan dan diamkan selama 2 menit lalu mencocokkan warna air menggunakan indikator warna yang tersedia dalam kemasan sera tes. - Mengukur kandungan amonia, nitrit, nitrat, posphate menggunakan test kit dan dilakukan sesuai buku petunjuk penggunaannya. Pergantian air hanya dilakukan dalam metode budidaya berbasis daratan (land base mariculture) seperti tambak dan bak terkontrol. Pergantian air pada tambak dilakukan dengan membuka pintu outlet yang telah terlebih dahulu dipasang jaring untuk mencegah keluarnya biota. Air dibuang sebagian dan kemudian diganti dengan air baru dengan cara membuka saluran inlet dan mengalirkan air dari tendon. Sedangkan pergantian air pada bak terkontrol dilakukan dengan melakukan penyiponan dan sirkulasi pada bak dengan cara: - Menyiapkan alat sipon berupa pipa yang dirangkai sebagai alat sipon, pipa panjang untuk gagang dan selang untuk mentransfer air dan kotoran - 16 jam sebelum penyiponan bak pemeliharaan ditambah larutan EDTA sebanyak 15 gram - Memasukkan alat sipon ke dalam bak pemeliharaan - Mematikan aerasi - Membuka saluran outlet sebesar 5o - Menyedot selang yang sebelumnya sudah disambungkan dengan alat sipon - Mulai menyipon dengan cara mengarahkan alat sipon pada dasar bak yang kotor - Setelah selesai, outlet dibuka 180o dan menghidupkan aerasi - Resirkulasi dilakukan secara bertahap, setiap hari bertambah hingga ketinggian 50 cm dan setelah ikan ukuran 2,5 cm resirkulasi hingga ketinggian 10 cm. 7.2.5. Monitoring pertumbuhan Setelah dipelihara 2-3 bulan, kakap putih dapat mencapai ukuran berat 60-70 gram per ekor. Sehingga ikan tersebut dapat dipindahkan ke keramba pembesaran. Pada keramba pembesaran, padat penebarannya sebanyak 40-50 ekor per m3. Untuk menganalisis pertmbuhan harian dapat menggunakan rumus berikut: 7.2.6. Pengendalian hama dan penyakit Penyakit merupakan faktor pembatas yang besar pada marikultur ikan komersial dan dapat menjadi sumber keterpurukan. Serangan patogen ikan sedikit terjadi pada sistem budidaya, namun ikan biasanya lebih resisten terkena penyakit ketika terjadi stress yang berlebih. Penyakit baiasanya dihasilkan atau datang dari sistem yang kurang berjalan atau kesalahan operator. Petani biasanya menjauhi atau meminimalisir stres dari berbagai faktor diantarannya malnutrisi (rusaknya nutrisi), kepadatan, penanganan, fluktuasi suhu, racun, bahan kimia dan polutan, kandungan oksigen rendah, dan cahaya yang mengganggu, serta tidak memasukkan patogen didalam sistem budididaya (yang berasal dari telur, air, udara, pakan, tangan, jaring, dll). Memilih spesies atau strain ikan yang tahan terhadap penyakit merupakan salah satu hal yang direkomendasikan. Ikan yang mempunyai kesehatan normal akan secara resisten fakultatif melawan patogen yang ada dalam sistem budidaya dan secara laten juga patogen akan muncul pada sistem, sampai kemudian stress dan dapat membuat ikan lebih mudah terinfeksi penyakit, yaitu pada bagian luka akan mengeluarkan sekresi lendir berlebih. Stres disebabkan hilangnya vitamin yang dapat mengurangi kekuatan ikan melawan penyakit. Cukup dengan menyediakan vitamin pada pakan maka dapat mengatasinya. Dalam keadaan yang sehat ikan telah dapat ditingkatkan keberhasilan budiaya meskipun tidak ada penambahan asama askorbat (vitamin c) dalam pakan. Namun ketika ikan mengalami stres petani membutuhkan lebih dari 200mg asam askorbat dalam 1 kg pakan. Stress dapat mempengaruhi sistem reproduksi dengan cara merubah setingan keseimbangan hormon. Stress dapat menguruangi laju pertumbuhan dan efisiensi pertumbuhan dengan cara mereduksi pakan yang diberikan atau dengan jalan mengalihakan energi pakan untuk kebutuhan aktivitas mengatasi stres. Kepadatan dapat mengurangi pertumbuhan dengan jalan adanya mekanisme berlebih termasuk diantaranya: keaggresifan, perubahan kebutuhan energi, mengurangi kemampuan makan pakan yang diberikan, dan perubahan level tingkat metabolisme hormon. Meningkatnya kortisol plasma, glukosa, dan asam laktat dari stres dapat digunakan menjadi indikator lainnya. Hematologi ikan, histologi, biokimia dan lainnya yang dapat dijadikan garis kontrol kesehatan ikan. Penyakit yang sering menyerang ikan air laut seperti ikan kerapu antara lain parasit berupa cacing pipih golongan trematoda ketika larva berumur 18 hari yang ditandai dengan nafsu makan berkurang, warna tubuh pucat, gerakan larva lambat dan berenang dipermukaan (Koesharyani et al., 2001). Bakteri yang sering menyerang sirip dan kulit yaitu flexibakter marinitinus ditandai dengan warna kulit keabu-abuan, pengikisan kulit disertai pendarahan, terjadinya pembusukan dan kerontokan pada sirip maupun ekor (Kurniastuty et al., 1999), sedangkan cara menanggulanginya dapat dilakukan perendaman Enrofloxacine 10 ppm selama 3 jam. Ikan yang terserang bakteri flexibakter marinitinus dapat juga dilakukan dengan memindahkannya ke bak lain agar tidak menular pada larva yang lain dan diberi perlakuan dengan cara merendam larva pada air tawar di ember selama kurang lebih 5 menit, kemudian dimasukkan dalam bak ukuran 3x2x1,7 m. Air diisi setinggi 130 cm dan diberi larutan mg 150 ml. Adapun cara mengatasi agar larva tidak terserang bakteri flexibakter marinitinus dengan cara menjaga kualitas air, dilakukan pemberian probiotik, antibiotik serta dilakukan penyifonan pada dasar bak. Virus yang sering menyerang ikan air laut adalah Virus Nervous Necrosis (VNN) (Harikrishnan et al., 2011). VNN ini dapat menyebabkan kematian massal dalam waktu cepat (Suratmi dan Aryani, 2007; Manin dan Ransangan, 2011). Selain itu, Yukio (2004) mengatakan bahwa ikan yang terserang VNN mengendap di dasar, keseimbangan renang terganggu serta bagian luar tubuh dan organ tetap dalam keadaan baik (tanpa luka). Hick et al., 2011 menambahkan bahwa gejala VNN yang paling jelas adalah disorientasi ikan yang berenang dalam pola spiral, hal ini sering disertai dengan perubahan warna kulit, ikan biasanya menjadi lebih gelap 7.2.7. Panen dan pascapanen Pemanenan dilakukan setelah ikan telah mencapai ukuran minimal 500 gram, dengan lama pemeliharaan 6-7 bulan. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari karena pada saat tersebut suhu relatif rendah. Untuk pemanenan ikan Bawal bintang dipuasakan terlebih dahulu (tidak diberi pakan) selama 12 - 48 jam sebelum ikan dipanen. Ikan yang telah siap panen dapat dipasarkan dalam keadaan hidup atau segar (fresh). Untuk pemanenan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
Pemanenan ikan konsumsi dapat dilakukan dengan cara mengangkat jaring pemeliharaan dengan menggunakan kayu. Caranya yaitu dengan melewatkan kayu dari bagian bawah jaring yang kemudian diangkat, sehingga jaring pemeliharaan terbagi menjadi dua. Dengan cara ini akan memudahkan proses panen, baik secara selektif maupun total (Akbar 2002). Pengangkutan benih maupun ikan konsumsi segar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
Sebelum dipasarkan, ikan yang telah dipanen sebaiknya dipuasakan selama 6 – 24 jam, tergantung dari ukuran ikan. Pemuasaan bertujuan untuk menghindari terjadinya buangan sisa-sisa metabolisme yang dapat menurunkan kualitas air dalam wadah penyimpanan. Setelah dipuasakan, kemudian ikan tersebut dimasukkan ke dalam kantung plastik yang diberi tambahan oksigen murni sekitar 2/3 volume kantong. Kemudian ujung kantung diikat kuat dengan menggunakan karet gelang. Selanjutnya kantung-kantung tersebut dimasukkan ke dalam wadah stirofoam. Untuk menjaga naiknya suhu air maka pada susunan kantung teratas diletakkan sebanyak 1 – 2 kantung es. Kemudian wadah stirofoam ditutup rapat dan diberi perekat (lakban). Selanjutnya di bagian atas kardus stirofoam diberi label yang berisi jenis, jumlah ikan, dan data lain yang sesuai.
|