Laporan kerja Praktek Teknik Sipil Jalan Tol

LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP) TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN TOL DENGAN MENGGUNAKAN BOX CULVERT DAN WING WALL PADA RUAS JALAN KAYU AGUNG-JAKABARING-PALEMBANG KAPB SEKSI 1A (STA 9+000 s/d STA 13+400) Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata 1 (S-1) Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Prof. Dr. Hazairin, S.H Bengkulu Dosen Pembimbing : Yudhia Pratidina P., S.T., M.ENG. Disusun Oleh : Nama : Catur Heang Barokah NPM : 16100033 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI STRATA SATU (S-1) TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, S.H. BENGKULU TAHUN 2019 LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN Bengkulu, Juli 2019 Diperiksa dan disetujui oleh : Disusun oleh: Yudhia Pratidina P., S.T., M.T. Catur Heang Barokah Dosen Pembimbing Kerja Praktek NPM : 16100033 Diketahui oleh : H. Sazuatmo, S.T., M.T. Ketua Prodi Teknik Sipil ii LEMBAR PENGESAHAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI STRATA SATU (S-1) TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, S.H. BENGKULU TAHUN 2019 Palembang, Mei 2019 Pembimbing Proyek Ka. Prodi Teknik Sipil Unihaz Taufiq Hadi Setiawan H. Sazuatmo, S.T., M.T. Diketahui oleh : Dekan Fakultas Teknik Ir. H. Narlis Natsir, M.T. iii PERNYATAAN KEASLIAN ISI LAPORAN KERJA PRAKTEK Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Catur Heang Barokah NPM : 16100033 Program studi : Teknik Sipil S-1 Judul KP : TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN TOL DENGAN MENGGUNAKAN BOX CULVERT DAN WING WALL BOX CULVERT PADA RUAS JALAN KAYU AGUNG JAKABARING-PALEMBANG KAPB SEKSI 1A (STA 9+000 s/d STA 13+400) Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Kerja Praktek yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri, dan bukan merupakan duplikasi, serta tidak mengutip karya orang lain, kecuali yang telah disebut sumbernya. Bengkulu, Juli 2019 Penyusun Catur Heang Barokah 16100033 iv KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr,Wb. Puji serta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehinga penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek (KP) pada “Proyek Pelaksanaan Pekerjaan Jalan Tol Kayu AgungPalembang-Betung (KAPB)” selama kurang lebih 90 hari. Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis menyampaikan hasil kerja praktek dalam bentuk laporan. Untuk melengkapi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana (Strata 1) pada Jurusan Teknik Sipil Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH Bengkulu. Terlaksananya Kerja Praktek dan penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan, baik moril maupun materil serta bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah membantu penulis. Selama kerja praktek ini, penulis mendapat lebih banyak ilmu yang bisa menambah wawasan dalam dunia Teknik Sipil yang tidak penulis dapatkan dibangku kuliah. Dengan adanya kerja praktek ini dapat menjadi bekal ketika penulis terjun dalam dunia kerja sesuai dengan bidang yang digeluti. Dalam penyusunan laporan dan pelaksanaan Kerja Praktek ini penyusun dibantu dan didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga saya bisa melaksanakan dan menyelesaikan laporan kerja praktek ini. 2. Orang tua saya yang telah mengizinkan untuk pergi ke Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan untuk melaksanakan Kerja Praktek ini. 3. Bapak Ir. H. Narlis Nasir, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Teknik Sipil Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH. 4. Bapak H. Sazuatmo, S.T., M.T., selaku Ketua Prodi Teknik Sipil Universitas Prof. Dr. Hazairin,SH. v vi 5. Bapak Yudhia Pratidina P., S.T.,M.Eng., selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek yang dalam kesibukannya telah bersedia menyempatkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan kerja praktek ini. 6. Pimpinan beserta seluruh Karyawan PT. Waskita Sriwijaya Tol Divisi VI KAPB Seksi 1A. 7. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut serta memberikan motivasi, inspirasi, dan bantuan, terutama rekanrekan mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2016 Universitas Prof. Dr. Hazairin,SH. Semoga bantuan dan kerjasamanya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata penulis menyadari bahwa Laporan Kerja Praktek ini masih terdapat banyak kekurangan, maka dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun, demi kesempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak yang membaca laporan ini pada umumnya. Bengkulu, Juli 2019 Penyusun Catur Heang Barokah 16100033 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KP ............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN KP ................................................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN ISI LAPORAN KP ...................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix BAB 1 : PENDAHULUAN ............................................................................ 1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek ............................................. 1.3. Manfaat Kerja Praktek ................................................................ 1.4. Batasan Masalah ......................................................................... 1.5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................................. 1.6. Sistematika Penulisan ................................................................. 1 1 2 2 3 3 3 BAB 2 : GAMBARAN UMUM PROYEK ................................................... 2.1. Latar Belakang ............................................................................ 2.2. Uraian Proyek ............................................................................. 2.3. Data Proyek ................................................................................. 2.4. Lokasi Proyek ............................................................................. 2.5. Struktur Organisasi Proyek ......................................................... 2.6. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Proyek........................................ 2.7. Persyaratan Umum, Administrasi dan Teknis Proyek ................ 4 4 5 6 8 9 13 16 BAB 3 : TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 17 3.1. Pengertian Drainase .................................................................... 17 3.2. Pengertian Box Culvert ............................................................... 19 BAB 4 : HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK ............................ 4.1. Tinjauan Umum .......................................................................... 4.2. Tinjauan Khusus ......................................................................... 4.3. Kendala dan Permasalahan ......................................................... 4.4. Alternatif dan Solusi ................................................................... 47 47 61 70 71 BAB 5 : SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 5.1. Simpulan ..................................................................................... 5.2. Saran ........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73 73 74 75 DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. 76 vii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Peta Lokasi Proyek Jalan Tol KAPB ............................................. 8 Gambar 2.2. Bagan Pola Hubungan Kerja Proyek Jalan Tol KAPB .................. 9 Gambar 2.3. Struktur Organisasi Proyek Pembangunan Jalan Tol KAPB ......... 10 Gambar 3.1. Box Culvert yang Telah Dipasang.................................................. 20 Gambar 3.2. Wing Wall yang Telah Dipasang .................................................... 23 Gambar 4.1. Rencana Pekerjaan Tanah .............................................................. 25 Gambar 4.2. Pekerjaan Timbunan Tanah dan Pemadatan Tanah ....................... 26 Gambar 4.3. Agregat Kelas B yang Telah Dihamparkan.................................... 27 Gambar 4.4. Agregat Kelas A yang Telah Dipadatkan....................................... 28 Gambar 4.5. Ilustrasi Tahapan Pekerjaan Aspal ................................................. 29 Gambar 4.6. Pelaksanaan Prime Coat................................................................. 30 Gambar 4.7. Pelaksanaan Pekerjaan Lapisan AC-Base ...................................... 31 Gambar 4.8. Pelaksanaan Pekerjaan AC-BC ...................................................... 32 Gambar 4.9. Pelaksanaan Hamparan Tack Cout ................................................. 33 Gambar 4.10. Pelaksanaan Pekerjaan Lapisan AC-WC ..................................... 34 Gambar 4.11. Mini Pile yang Telah Dipancang .................................................. 35 Gambar 4.12. Pengangkatan Mini Pile ............................................................... 36 Gambar 4.13. Proses Pemancangan Mini Pile .................................................... 37 Gambar 4.14. Detail Pembesian Box Culvert 2,5m x 2m ................................... 39 Gambar 4.15. Ilustrasi Bekisting untuk Box Culvert Precast ............................. 40 Gambar 4.16. Pengecoran Box Culvert Precast .................................................. 40 Gambar 4.17. Pengangkatan Box Culvert Precast .............................................. 41 Gambar 4.18. Pemasangan Box Culvert Precast ................................................ 42 Gambar 4.19. Pekerjaan Pembesian Wing Wall .................................................. 45 Gambar 4.20. Pengecoran Wing Wall ................................................................. 46 Gambar 4.21. Pelaksanaan Slump Test ............................................................... 46 viii DAFTAR LAMPIRAN Dokumentasi Pelaksanaan Pekerjaan Proyek Jalan Tol KAPB Seksi 1A .......... 54 Shop Drawing atau Gambar Kerja ...................................................................... 59 Surat Izin Kerja Praktek ...................................................................................... 69 Surat Pengambilan Data Kerja Praktek ............................................................... 70 Surat Keputusan (SK) Kerja Praktek .................................................................. 71 Sertifikat Kerja Praktek ....................................................................................... 75 Absensi Kerja Praktek ......................................................................................... 76 ix BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa Universitas Prof.Dr.Hazairin,SH dalam menyelesaikan pendidikan Strata 1 (satu). Bobot mata kuliah kerja praktek adalah 2 (dua) sks. Dengan syarat mahasiswa yang bersangkutan telah lulus mata kuliah minimal 100 sks, telah lulus mata kuliah yang berhubungan dengan judul kerja praktek yang diambil dan telah mengikuti coaching Kerja Praktek. Kerja praktek ini dilaksanakan pada perusahaan yang memiliki manajemen baik, serta dapat memberikan informasiinformasi yang dibutuhkan. Kerja Praktek ini dilakukan pada proyek Pembangunan Jalan Tol Kayu Agung-Palembang-Betung (KAPB) Seksi 1A, yang berlokasi di Kayu Agung, Palembang - Indonesia. Pembangunan jalan tol ini dipercayakan oleh PT Waskita Sriwijaya Tol, selaku owner kepada PT Waskita Karya, yang bertindak sebagai kontraktor pelaksana. Pembangunan Jalan Tol KAPB menghabiskan dana proyek sebesar Rp. 14,435,000,000,000,- (Empat Belas Triliun Empat Ratus Tiga Puluh Lima Milliar Ribu Rupiah), dengan jangka waktu pelaksanaan adalah Juli 2016 s/d Agustus 2019. Proyek pembangunan ini dilatar belakangi karena masalah umum yang terjadi, yaitu peningkatan pertumbuhan volume kendaraan yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari keresahan masyarakat terhadap banyaknya titik kemacetan yang terjadi di seluruh daerah terutama di wilayah Sumatera Selatan. Dengan maksud yang tertera diatas, maka penulis dengan referensi buku yang ada dan dibantu dari pembimbing dari PT. WASKITA SRIWIJAYA TOL ingin membahas perkerasan jalan lentur (flexible pavement) dan cermaton atau mini pile sebagai tinjauan umum dan membahas pekerjaan box culvert dan wing wall box culvert sebagai tinjauan khususnya pada Pelaksanaan Pekerjaan Jalan Bebas Hambatan Ruas Jalan Kayu Agung-Jakabaring-Palembang dengan harapan dapat di gunakan dan bermanfaat bagi penulis dan orang yang membaca laporan ini. 1 2 1.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek Adapun maksud dan tujuan kerja praktek di proyek pembangunan jalan bebas hambatan Kayu Agung-Palembang-Betung adalah : 1. Memenuhi salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan Pendidikan Tinggi Program Studi Strata 1 (S-1) Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Prof. Dr. Hazairin, S.H Bengkulu 2. Memperkenalkan kepada mahasiswa Prodi Teknik Sipil khususnya, tentang seluk beluk dunia kerja yang nantinya akan dihadapi setelah menyelesaikan pendidikan formal di Perguruan Tinggi. 3. Sebagai sarana aplikasi dan perbandingan antara teori yang diterima dibangku perkuliahan dengan praktek yang dilakukan di lapangan. 4. Memberikan pengalaman untuk meningkatkan wawasan kepada mahasiswa tentang teknis pelaksanaan serta manajemen proyek yang diterapkan dalam suatu proyek dan mempelajari cara mengambil keputusan yang baik dan benar dalam menghadapi masalah yang timbul di lapangan. 5. Menerapkan pola berfikir dilapangan untuk dapat membuat gagasan serta ide secara konstruktif dalam merencanakan sebuah pekerjaan konstruksi, dengan melihat seluruh aspek yang ada, baik dari pengguna jasa, engineering, maupun kontraktor serta pihak-pihak yang terlibat dalam pekerjaan konstruksi. 1.3. Manfaat Kerja Praktek Adapun manfaat yang diharapkan dari kerja praktek ini adalah : 1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pelaksanaan pekerjaan jalan tol atau jalan bebas hambatan (JBH) yang nyata di lapangan. 2. Mengetahui pengetahuan teknik pekerjaan perkerasan jalan lentur, cermaton atau mini pile, dan box culvert dan wing wall box culvert serta cara pelaksanaan dan monitoring dalam proses pekerjaan tersebut. 3. Mengetahui kendala-kendala yang terjadi di lapangan saat melaksanakan kegiatan kerja praktek. 3 1.4. Batasan Masalah Adapun yang menjadi tinjauan dalam pelaksanaan pekerjaan yang ditemui di lapangan pada pekerjaan perkerasan jalan lentur dan cermaton atau mini pile sebagai tinjauan umum dan box culvert serta wing wall box culvert sebagai tinjauan khususnya pada jalan tol KAPB selama 3 bulan di lapangan, serta berpedoman pada gambar kerja dan lampiran-lampiran lainnya. 1.5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan selama 3 bulan pada proyek jalan tol KAPB Seksi 1A di Kota Palembang yang dimulai pada tanggal 11 Maret 2019 sampai tanggal 11 Juni 2019. 1.6. Sistematika Penulisan Sub bab ini memaparkan sistematika pembahasan yang menjadi pedoman dalam penyusunan laporan kerja praktek yang terdiri dari : BAB 1 : PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang proyek dan tujuan dilakukan proyek tersebut, maksud dan tujuan dilakukan kerja praktek, ruang lingkup kerja praktek, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan. BAB 2 : GAMBARAN UMUM PROYEK Pada bab ini menguraikan tentang lokasi proyek, data umum proyek, data struktur proyek, fungsi dan fasilitas bangunan, manajemen proyek, pelelangan, kontrak dan struktur organisasi. BAB 3 : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini menguraikan materi yang mendukung pelaksanaan pekerjaan box culvert dan wing wall box culvert. BAB 4 : HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK Pada bab ini menguraikan tentang pelaksanaan pekerjaan proyek di lapangan selama proses kerja praktek berlangsung dan sesuai batasan masalah yang ada. BAB 5 : SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini menguraikan tentang simpulan dan saran dari hasil pengamatan yang diperoleh selama proses kerja praktek berlangsung BAB 2 GAMBARAN UMUM PROYEK 2.1. Latar Belakang Didirikan pada 1 Januari 1961 Waskita karya adalah salah satu BUMN terkemuka di Indonesia yang memainkan peran utama dalam pembangunan negara. Berasal dari perusahaan Belanda bernama volker maatschappij NV Aannemings, yang diambil alih berdasarkan Keputusan pemerintah No.62/1961, Waskita Karya semula berpartisipasi dalam perkembangan air yang terkait termasuk reklamasi, pengerukan pelabuhan dan irigasi. Sejak 1973, status Hukum Waskita Karya telah diubah menjadi “Persero” PT. Waskita Karya, dengan lebih familiar memanggil “Waskita” sejak saat itu, perusahaan mulai mengembangkan usahanya sebagai kontraktor umum terlibat dalam jangkauan yang lebih luas dalam kegiatan kontruksi termasuk jalan raya, jembatan, pelabuhan, bandara, bangunan, tanaman pembuangan limbah, pabrik semen, pabrik dan fasiltas industri lainnya. Pada tahun 1980, waskita mulai melakukan berbagai proyek yang melibatkan teknologi canggih. Transfer teknologi dilakukan melalui aliansi bisnis dalam bentuk operasi bersama dan joint venture dengan perusahaan asing terkemuka. Prestasi signifikan dan beredar yang menjadi kebanggaan nasional adalah Soekarno-Hatta, Siwabessy Reaktor Serbaguna, dan Muara Karang Coal Fired Plant di Jakarta. Memasuki tahun 1990 Waskita telah menyelasaikan banyak bangunan bertingkat dengan reputasi baik diterima seperti BNI City (Bangunan tertinggi di Indonesia), Bank Indonesia Bangunan Kantor, Graha Niaga Tower, Mandiri Plaza Tower, Shangri-La Hotel dan beberapa apartemen bertingkat bangunan di jakarta dan kota kota lainnya di Indonesia. Waskita telah mencapai kinerja dalam pembangunan jembatan beton bentang panjang dengan menggunakan sistem kantilever bebas dan berhasil menyelesaikan tiga jembatan: Raja Manda, Rantau Berangin, Barelang Ivprestasi besar menggunakan teknologi serupa terbentuk dalam pembangunan jalan layang “Pasteur-Cikapayang-Surapati” dan jembatan cable stayed di Bandung. Kisah 4 5 sukses yang sama juga dicapai dalam pembangunan bendungan besar beberapa seperti Pondok, Grongkak, Tilong, Gapit, dan Sumi, yang telah selesai lebih cepat dari jadwal dengan kualitas memuaskan. Dalam upaya selalu mengutamakan kualitas terdepan apa pun telah memungkinkan Waskita dalam memperoleh sertifikasi ISO 9002:1994 Pada bulan November 1995; yang menjadi pengakuan internasional menyakinkan tentang Sistem manajemen Mutu ISO dilaksanakan oleh perusahaan dan titik awal menuju era global kompetisi. Pada bulan juni 2003, Waskita telah berhasil memperbaruhi sistem manajemen Mutu dan mampu mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2000. Ini menjadi indikasi yang kuat tentang bagaimana perusahaan memahami dan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan. 2.2. Uraian Proyek Jalan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat yang bertempat tinggal di desa maupun di kota. Oleh karena itu, jalan tol Kayu Agung-Palembang-Betung dibuat agar perjalanan masyarakat lebih cepat tanpa hambatan dan sebagai penunjang pertumbuhan perekonomian. Pada setiap pembangunan selalu dihadapkan pada masalah tidak terkecuali jalan yang kaitannya dengan masalah kerakteristik, klasifikasi dan daya dukung tanah. Kekuatan dan struktur tanah sebagai hal yang sangat penting sebagai pendukung pembangunan jalan tol sacara keseluruhan. Untuk itulah dalam membangun suatu jalan diperlukan pengetahuan mengenai karakteristik tanah agar dapat membantu metode apa yang akan dilakukan. Sehingga diperoleh bangunan yang efektif, efisien ekonomis dan tahan lama sesuai dengan fungsi yang diharapkan. Keamanan maupun kenyamanan merupakan hal yang mutlak harus diperhatikan dalam aktivitas yang harus disediakan, maka dari itulah dilaksanakannya pembangunan proyek jalan tol Kayu Agung-Palembang-Betung yang salah satu tujuannya adalah untuk memberikan keamanan ada kenyamanan bagi para pengguna kendaraan bermotor agar kemacetan yang sering terjadi dapat dikurangi. 6 2.3. Data Proyek Adapun rincian data jalan tol Kapal Betung itu meliputi, Kayu Agung– Jakabaring sekitar 33,50 km (seksi I), Jakabaring–Musilandas sekitar 33,90 km (seksi II) dan Musilandas–Betung sekitar 44,29 km (seksi III). 2.3.1. Data Umum Proyek Berikut data umum proyek pembangunan Jalan Tol Kayu AgungPalembang-Betung (KAPB), yaitu : Nama Proyek : Proyek Pembangunan Jalan Tol Kayu AgungPalembang-Betung (KAPB) Lokasi Proyek : Sumatera Selatan (KAPB) Lokasi Pekerjaan : Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumsel Jenis Pekerjaan : Pekerjaan Jalan Tipe Proyek :A Tanggal Kontrak : Mei 2016 Waktu Pelaksanaan : Juli 2016 s/d Agustus 2019 Nilai Kontrak : Rp 14,435 Triliun Jenis Kontrak : TURNKY` Sumber Dana : APBN Tahun Anggaran 2016 s/d 2017 Pemilik Proyek : PT. WASKITA SRIWIJAYA TOL Pemberi Tugas : PT. SRIWIJAYA MARKMORE PERSADA Konsultan Perencana : PT. MULTI PHI BETA Konsultan Pengawas : PT. PERENTJANA DJAYA Konsultan PMI : PT. VIRAMA KARYA Kontraktor Pelaksana : PT. WASKITA KARYA (PERSERO) TBK. Berikut data umum proyek pembangunan Jalan Tol Kayu AgungPalembang-Betung (KAPB) Seksi 1A, yaitu : Pekerjaan : Proyek Pembangunana Jalan Tol Kayu AgungPalembang-Betung (KAPB) Seksi 1A Lokasi : Kayu Agung s/d Jakabaring Pemilik Proyek : PT. WASKITA SRIWIJAYA TOL Pemberi Tugas : PT. SRIWIJAYA MARKMORE PERSADA Konsultan Perencana : PT. MULTI PHI BETA 7 Konsultan Pengawas : PT. PERENTJANA DJAYA Konsultan PMI : PT. VIRAMA KARYA Kontraktor Pelaksana : PT. WASKITA KARYA (PERSERO) TBK. Waktu Pelaksanaan : Juli 2016 s/d Agustus 2019 2.3.2. Data Teknis Proyek Adapun uraian dari data teknis proyek pembangunan Jalan Tol Kayu Agung-Palembang-Betung (KAPB), yaitu : Panjang Trase :111,69 km (STA. 0+000 s/d 111+690) Metode Perbaikan Tanah : Soil Replacement, PVD + Preloading, PVD + Vacuum & Slab On Pile Jenis Perkerasan : Rigid, Flexible serta Rigid & Fleksibel Kec. Rencana : 100 km/jam Jumlah Lajur : 2 x 2 lajur Lebar Jalur : 3,6 m Lebar Bahu Jalan : 1,5 m (bahu dalam) : 3 m (bahu luar) Lebar Median : 80 cm Masa Konsensi : 40 tahun (sejak SPMK) Volume Lalu Lintas : 20.931 kend/hari (th 2018) Jumlah Underpass : 16 buah Jumlah Overpass : 34 buah Jumlah Overpass JPO : 18 buah Jumlah Jembatan : 4 buah Jumlah Toll Gate : 2 buah Jumlah Interchange : 9 buah ( IC Siran Pulau Padang, IC Jejawi, IC Kramasan, IC Sungai Ren Gas, IC Musi Landas, IC Pulorimo, IC Pangkalan Balai & Betung) Data teknis proyek pembangunan Jalan Tol Kayu Agung-PalembangBetung (KAPB) Seksi 1A, yaitu : Panjang Jalan Utama : 23,5 km (STA 9+000 s/d STA 13+400) 8 Panjang Jalan Akses : ± 7 km Kec. Rencana : 100 km/jam Jumlah Lajur : 2 x 2 lajur Lebar Jalur : 3,6 m Lebar Bahu Jalan : 1,5 m (bahu dalam) : 3 m (bahu luar) Lebar Median : 80 cm Masa Konsensi : 40 tahun (sejak SPMK) Volume Lalu Lintas : 20.931 kend/hari (th 2018) Jenis Perkerasan : Fleksibel Pavement Jumlah Underpass : 6 buah Jumlah Overpass : 2 buah Jumlah Overpass JPO : 1 buah Jumlah Interchange : 1 (IC Jejawi) 2.4. Lokasi Proyek Lokasi proyek pembangunan Proyek Tol Kayu Agung-Palembang-Betung Paket II Seksi 1A terletak dari Kayu Agung sampai Jakabaring Palembang. Proyek tol Kayu Agung-Palembang-Betung Paket II terbagi menjadi 8 seksi, yaitu seksi 1, 1A, 1B, 2, 2A, 3, 3A, dan 3B. Berikut peta lokasi proyek jalan tol Kayu Agung-Palembang-Betung Paket II Seksi 1 dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1. Peta Lokasi Proyek Jalan Tol KAPB (Sumber : PT. WASKITA KARYA) 9 2.5. Struktur Organisasi Proyek Struktur organisasi proyek merupakan susunan yang terdiri dari fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai suatu sasaran. Penggambaran suatu organisasi dapat dibuat dalam bentuk bagan. Adapun struktur organisasi kegiatan pembangunan Jalan Tol Kayu AgungPalembang-Betung Seksi 1A dapat dilihat pada gambar 2.2. Gambar 2.2. Struktur Organisasi Kegiatan Pembangunan Jalan Tol KAPB (Sumber : PT. WASKITA KARYA) 10 Adapun struktur organisasi dari proyek pembangunan Jalan Tol Kayu AgungPalembang-Betung dapat dilihat pada gambar 2.3. Gambar 2.3. Struktur Organisasi Proyek Pembangunan Jalan Tol KAPB (Sumber : PT. WASKITA SRIWIJAYA TOL) 11 2.5.1. Kepala Proyek Kepala proyek bertanggungjawab untuk perencanaan, manajemen, koordinasi dan kontrol keuangan dari proyek konstruksi. 1. Melakukan analisis, penilaian dna kontrol terhadap resiko. 2. Memastikan bahwa semua tujuan proyek terpenuhi dan memastikan standar kualitas terpenuhi. 3. Bertanggungjawab penuh pada kegiatan sera terima pekerjaan kepada klien. 4. Melakukan koordinasi internal (tim proyek, manajemen, dll) dan eksternal. 5. Melaksanakan dan mengontrol operasional proyek, sehingga operasi proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana. 6. Mengidentifikasi dan menyelesaikan potensi masalah yang akan timbul agar dapat diantisipasi secara dini. 7. Mengkomunikasikan dalam bentuk lisan dan tertulis (Laporan Kemajuan Pekerjaan). 8. Siap ditempatkan diseluruh area kerja perusahaan. 9. Mengkoordinir pembuatan master schedule dan breakdown aktivitas bulanan dan mingguan. 10. Mengkoordinir pembuatan laporan progres pelaksanaan proyek. 2.5.2. Kepala Teknik Kepala teknik adalah seseorang yang bertugas mengontrol semua kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan dan perawatan atau pemeliharaan infrastruktur. 2.5.3. Quality Control Supervisor Quality control supervisor adalah seseorang yang diberikan tugas dalam sebuah perhimpunan perusahaan sebagaimana ia mempunyai kuasa dan wewenang untuk mengeluarkan perintah kepada rekan kerja bawahannya. 2.5.4. Safety manager Safety manager adalah orang yang ditunjuk oleh project manager untuk melaksanakan kebijakan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L) di suatu proyek. 12 2.5.5. Logistik Logistik adalah seseorang yang bertugas mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran barang-barang atau material yang diperlukan proyek dan memeriksa apakah persediaan barang-barang atau material tersebut masih cukup atau tidak. 2.5.6. Surveyor Surveyor adalah seseorang yang bertanggungjawab kepada koordinator lapangan. 2.5.7. Quality surveyor Quality surveyor adalah sesorang yang bertugas melakukan pengecekan setiap permintaan pembelian barang agar sesuai RAB (Rencana Anggaran Biaya). 2.5.8. Drafter Drafter adalah sesorang yang bertugas untuk membantu arsitek merealisasikan hasil rancangan pengembangan kawasan, sehingga dapat berfungsi sesuai dengan keinginan semua pihak. 2.5.9. Peralatan Bagian peralatan merupakan bagian yang berperan dalam persiapan peralatan yang akan digunakan dalam pembangunan suatu proyek dan bertanggungjawab atas pemeliharaan peralatan yang ada agar peralatan selalu siap sehingga tidak menghambat proses pekerjaan. 2.5.10. Driver Tugas dari seorang driver adalah : 1. Mengantarkan pimpinan proyek dan pimpinan lainnya untuk kepentingan proyek. 2. Mengantarkan logistik dalam pembelian barang. 3. Menjamin kelancaran transportasi yang dibutuhkan proyek. 4. Bertanggungjawab kepada administrasi proyek. 13 2.5.11. Security Tugas pokok security adalah menyelenggarakan keamanan dan ketertiban di lingkungan obyek pengamanan khususnya pengamanan fisik yang bersifat preventif. Mengamankan suatu aset, instansi, proyek, bangunan, properti atau tempat dan melakukan pemantauan peralatan, pengawasan, pemeriksaan dan jalur akses, untuk memastikan keamanan dan mencegah kerugian atau kerusakan yang disengaja. 1. Melakukan tindakan preventif keamanan. 2. Kontrol lalu lintas dengan mengarahkan driver. 3. Melengkapi laporan dengan mencatat pengamatan, informasi, kejadian, dan kegiatan pengawasan. 4. Mempertahankan lingkungan dengan memantau dan pengaturan bangunan dna kontrol peralatan. 5. Menjaga stabilitas dan reputasi organisasi dengan memenuhi persyaratan hukum. 2.5.12. Gudang Tugas seorang pengawas gudang adalah : 1. Menyimpan dalam gudang dan membukukan bahan bangunan yang datang. 2. Menjaga atau memelihara keawetan bahan yang ada dalam gudang. 3. Bertanggungjawab keluar masuknya bahan bangunan yang diminta oleh bos borong setelah diketahui oleh pelaksana lapangan. 4. Menghitung dengan benar barang yang keluar dan masuk. 5. Bertanggungjawab kepada logistik. 2.6. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Proyek Jadwal pelaksanaan didalam proyek diperlukan untuk memperoleh gambaran durasi proyek yang meliputi waktu proyek dimulai dan waktu proyek selesai, serta gambaran mengenai pekerjaan yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Pelaksanaan proyek pembangunan Jalan Tol Kayu AgungPalembang-Betung dimulai pada Juli 2016 dan dijadwalkan selesai pada Agustus 14 2019. Pembagian area pekerjaan sebanyak 8 seksi dan pada seksi 1A terbagi menjadi 4 zona yang telah dilakukan untuk mempercepat proses konstruksi dari proyek pembangunan Jalan Tol Kayu Agung-Palembang-Betung Seksi 1A. 2.6.1. Unsur Pelaksanaan Proyek Dalam pembangunan proyek, terdapat beberapa tahapan kerja mulai dari tahapan perencanaan, survei lapangan kemudian pelaksanaan proyek. Agar pelaksanaan dan pembangunan suatu proyek berjalan dengan baik, maka dilibatkan berbagai pihak dalam pelaksanaan proyek tersebut. Secara umum unsur pelaksanaan proyek pembangunan Jalan Tol Kayu Agung-Palembang-Betung Seksi 1A ini ada pemberi tugas, kontraktor pelaksana, konsultan perencana dan konsultan pengawas. 2.6.2. Pemberi Tugas (Owner) Pemberi tugas (owner) adalah pihak yang memiliki dana yang digunakan untuk membuat suatu bangunan yang diinginkan untuk dibangun. Owner berupa perseorangan, badan, instansi, atau lembaga dari pemerintah maupun swasta. Dalam proyek pembangunan Jalan Tol Kayu Agung-Palembang-Betung Seksi 1A ini selaku pemilik proyek sekaligus pemberi tugas adalah PT. SRIWIJAYA MARKMORE PERSADA. Tugas dan wewenang dari owner, meliputi : 1. Menyediakan dana pembangunan proyek. 2. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor). 3. Melakukan perizinan yang diperlukan dalam pembangunan proyek konstruksi tersebut. 4. Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang diperlukan untuk kelancaran pekerjaan. 5. Mengadakan pembayaran dari pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai dengan kontrak. 6. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan. 7. Memberikan keputusan dan instruksi pada perubahan pekerjaan, waktu, dan biaya. 15 2.6.3. Kontraktor Pelaksana Kontraktor pelaksana adalah orang atau badan yang menerima pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang telah diteteapkan, sesuai dengan gambar rencana, dan syarat-syarat yang ditetapkan. Kontraktor pelaksana harus bertanggungjawab atas terlaksananya suatu pembangunan yang lancar dan memenuhi persyaratan administratif dan teknis. Dalam proyek pembangunan Jalan Tol Kayu Agung-Palembang-Betung Seksi 1A ini selaku kontraktor pelaksanaan adalah PT. WASKITA KARYA (PERSERO) TBK. Tugas dan wewenang dari kontraktor pelaksana meliputi : 1. Perencanaan alokasi tenaga kerja, peralatan, dan material. 2. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang telah disahkan oleh konsultan pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa. 3. Koordinasi di lapangan dan pencatatan. 4. Membuat laporan hasil dari pekerjaan meliputi laporan harian, mingguan, dan bulanan. 5. Mengajukan usulan perubahan atau perbaikan gambar rencana. 6. Menyediakan alat keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi seperti yang diwajibkan dalam peraturan untuk menjamin keselamatan pekerjaan dan masyarakat. 2.6.4. Konsultan Perencana Konsultan perencana adalah pihak yang bergerak dibidang jasa, yang mempunyai kemampuan dalam merancang, merencanakan dan memberikan konsultasi kepada pemilik bangunan untuk terciptanya suatu rancangan yang sesuai dengan keinginan owner. Dalam proyek pembangunan Jalan Tol Kayu Agung-Palembang-Betung Seksi 1A adalah PT. MULTI PHI BETA. Tugas dan wewenang dari konsultan perencana meliputi : 1. Membuat perencanaan dengan lengkap dari gambar rencana, rencana kerja serta hitungan struktur. 2. Membuat gambar rancangan atau basic drawing yang kemudian dilanjutkan menjadi shop drawing oleh pihak kontraktor. 3. Memberikan konsultasi dan pertimbangan kepada pemilik mengenai rancangan yang akan dibuat. 16 4. Memberi penjelasan kepada kontraktor mengenai hal-hal yang kurang jelas terkait dengan rencana kerja, gambar rencana, dan syarat-syarat. 5. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek. 2.6.5. Konsultan Pengawas Konsultan pengawas adalah perusahaan atau badan hukum yang ditunjuk oleh pemilik atau owner untuk melakukan pengawasan pekerjaan di lapangan selama kegiatan pelaksanaan dalam suatu proyek berlangsung. Konsultan pengawas digunakan agar pelaksanaan pekerjaan di lapangan tidak menyimpang dari perencanaan yang telah ditetapkan. Dalam proyek pembangunan Jalan Tol KAPB Seksi 1A ini selaku konsultan pengawas yaitu PT. PERENTJANA DJAJA. Tugas dan wewenang dari konsultan pengawas meliputi : 1. Melakukan pengawasan secara rutin dalam pelaksanaan proyek. 2. Memeriksa setiap material yang dipakai dalam proyek agar sesuai dengan spesifikasi yang tertera dalam kontrak. 3. Mengawasi serta menguji setiap mutu bahan yang digunakan dalam proyek. 4. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek dan melaporkan ke owner. 2.7. Persyaratan Umum, Administrasi dan Teknis Proyek Persyaratan umum dalam suatu proyek merupakan persyaratan yang harus dipenuhi antara pemilik proyek dan kontraktor yang terdapat hal-hal umum tentang rencana kerja, peraturan pelaksanaan dan syarat-syarat penawaran yang telah dibuat dalam bentuk-bentuk pasal. Persyaratan administrasi terdiri dari dua hal, yaitu persyaratan dalam pelaksanaan pekerjaan dan persyaratan dalam penawaran. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan meliputi ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan suatu proyek yang disesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Persyaratan dalam penawaran meliputi kriteria yang ditentukan. Persyaratan teknis merupakan persyaratan mengenai ruang lingkup pekerjaan yang dilaksanakan dalam proyek yang harus disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan oleh perencana. BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Pengertian Drainase Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah satu cara pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari perasana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. 3.1.1. Macam-Macam Drainase 1. Menurut Sejarah Terbentuknya a. Drainase Alamiah (Natural Drainase) Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunanbangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu atau beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai. b. Drainase Buatan (Arficial Drainase) Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan – bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya. 2. Menurut Letak Bangunan a. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainase) Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open chanel flow. 17 18 b. Drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface Drainase) Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan itu antara lain Tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain. 3. Menurut Fungsi a. Single Purpose Yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain – lain. b. Multi Purpose Yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik secara bercampur maupun bergantian. 4. Menurut Konstruksi a. Saluran Terbuka Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan atau mengganggu lingkungan. b. Saluran Tertutup Yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran kotor (air yang mengganggu kesehatan atau lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di kota atau permukiman. 3.1.2. Fungsi Drainase 1. Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. 2. Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air atau banjir. 3. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal. 4. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada. 5. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi banjir. 19 3.1.3. Sistem Drainase Sistem drainase pada prinsipnya terdiri dari : 1. Kemiringan melintang pada pada perkarasan jalan dan bahu jalan. 2. Selokan samping. 3. Gorong-gorong. 4. Saluran penangkap. 3.1.4. Prinsip-Prinsip Umum Perencanaan Drainase 1. Daya guna dan hasil guna (efektif dan efisien) Perencanaan drainase haruslah sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas drainase sebagai enampung, pembagi dan pembuang air dapat sepenuhnya berdaya guna dan berhasil guna. 2. Ekonomis dan aman Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase haruslah mempertimbangkan faktor ekonomis dan faktor keamanan. 3. Pemeliharan Perencanaan drainase haruslah mempertimbangkan pula segi kemudahan dan nilai ekonomis dari pemilihan sistem drainase tersebut. 3.2. Pengertian Box Culvert Box culvert merupakan material beton yang banyak digunakan untuk keperluan saluran air sehingga ia banyak digunakan untuk bangunan-bangunan sungai yang membutuhkan kosntruksi ini. Bentuk box culvert berbentuk kotak atau persegi sesuai dengan nama yang diberikan. Ternyata box culvert tidak hanya dicetak dengan bentuk persegi saja pada pabrik beton precast, ada pula pabrik beton yang memproduksi box culvert dengan bentuk bulat bahkan trapesium sesuai dengan permintaan konsumen. Untuk ukurannya, telah dicetak sesuai standar kebutuhan saluran air pada umumnya. 20 Gambar 3.1. Box Cluvert yang Telah Dipasang (Sumber : https.//www.hudsoncivil.com) 3.2.1. Manfaat dan Fungsi Box Culvert Ada banyak fungsi yang bisa kita ketahui dari box culvert, berikut ini beberapa manfaat serta fungsi pengaplikasian box culvert pada suatu proyek: 1. Material Konstruksi Bawah Tanah Box culvert merupakan material yang digunakan dalam proses konstruksi bawah tanah dan hanya digunakan menjadi saluran air atau drainase saja. Box culvert dapat diaplikasikan pada pembangunan gorong-gorong kereta api, jembatan, terowongan dan masih banyak lagi. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan box culvert ini dikhususkan untuk konstruksi yang lebih pendek seperti konstruksi pembuatan jembatan pendek dan terowongan yang pendek. 2. Kedap Air Sifat dari box culvert adalah kedas terhadap air tanah maka dari itu sangat cocok digunakan untuk konstruksi bawah tanah terutama untuk saluran air. Ada dua jenis sambungan yaitu soket dan spigot memiliki peran menjaga posisi dari box culvert agar tetap menyatu pada setiap sisinya dan tidak terpengaruh atas pergeseran tanah. 3. Mempercepat Proses Konstruksi Bangunan Menggunakan box culvert sebagai material dalam pembangunan akan sangat mempercepat proses konstruksi tersebut secara keseluruhan karena pemasangan dari box culvert ini cukup mudah dan juga cepat. Pemasangannya 21 cukup sederhana dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Tidak seperti proses pengecoran box yang dilakukan secara manual yang tentunya akan sangat memakan waktu dan juga dapat mengganggu lingkungan sekitar konstruksi pembangunan tersebut. 3.2.2. Metode Pemasangan Box Culvert Box culvert yang berbentuk persegi kriteria pemasangan yang sudah disesuaikan, yaitu kedalaman dan ketinggiannya yang dibatasi, membutuhkan ruang saluran yang cukup lebar dan dangkal serta dapat menangani arus sesuai dengan yang diperlukan. Pengaplikasian box culvert yaitu sebagai gorong-gorong jalan raya, goronggorong kereta api dan juga jembatan jalan raya yang pendek. Proses pemasangan pada box culvert terbilang cukup simpel dan mudah untuk diaplikasikan pada proyek pembangunan. Pada proses pengaplikasian nya tidak membutuhkan galian tanah yang dalam sehingga hal tersebut cukup memudahkan pekerja. Berikut ini cara pemasangan box culvert atau gorong-gorong yang dilakukan pada suatu proyek: 1. Ekskavasi Area Jalan Langkah pertama yaitu pembuatan Parit yang ukurannya sudah disesuaikan dengan kebutuhan. Kedalaman nya mengikuti kedalaman minimal yang sudah diberi syaratkan oleh pabrik beton pracetak pembuatan produk tersebut. Lebar dari Parit juga harus diperhatikan dari lebar box untuk memudahkan pemasangan dan meletakkan box tersebut. Area penggalian yang sudah tidak diperlukan perlu untuk segera ditutup kembali dan dipadatkan kembali. Untuk pengurukan kemiringan saluran air juga harus diperhatikan sesuai dengan perencanaan. Apabila pada Parit terdapat air atau memang diletakkan pada air maka harus dilakukan dewatering terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan agar box culvert tidak mengapung. 2. Pelapisan Tanah Proses kedua yang dilakukan setelah Parit terbentuk yaitu peletakan pelapisan untuk box culvert. Material ini disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu alas tidak perlu material yang kasar karena bisa merusak box. Diperlukannya pengalasan karena agar material box culvert tidak mudah mengalami pergeseran 22 ke bawah. Ketinggian alat tersebut tidak kurang dari 75 mm, jika area terdiri dari tanah yang keras dan bebatuan maka pelapisan nya diperkirakan yaitu 150 mm. 3. Pemasangan Box Culvert Tahap selanjutnya yaitu proses pemasangan yang langkah awalnya membuat barisan dari box di mana diletakkan box pertama yang akan menentukan kelulusan penempatan box selanjutnya. Peletakannya pun harus sesuai dengan ketinggian dan kemiringan yang sudah di persyaratan pada perencanaan. Peletakan dari box culvert dengan menempatkan spigot untuk lidah di hilir dan socket untuk di hulu. 4. Penyambungan Box Culvert Hal yang perlu dilakukan selanjutnya yaitu pengaplikasian sealant guna menghindari migrasi tanah dan air terhadap box culvert. Bahan dasar dari sealant yaitu bitumen atau aspal yang dapat diaplikasikan di bagian atas dan bagian dalam dinding dengan ketebalan kurang lebih 300 mm. Box culvert yang sudah ditata perlu disambung dengan box pengisi. Sebelum meletakkan box Parit harus dicek terlebih dahulu apa kondisinya sudah sesuai dengan rencana. Antara box harus disatukan dengan rantai atau menggunakan derek rantai dan diikatkan secara bertahap hingga box menyatu. 5. Pengurukan Area Kerja Kembali Setelah semua proses selesai dan sudah dipasang dengan baik maka tahap selanjutnya yaitu pengurukan kembali. Pemadatan dan pengurutan tidak boleh sampai merusak atau merubah kedudukannya. 3.2.3. Alasan Menggunakan Box Culvert Box culvert memiliki keunggulan yakni proses pemasangan yang lebih ringan, lebih mudah, dan lebih cepat. Jenis juga ukurannya sangat bervariasi serta dapat mengikuti kebutuhan elevasi saluran yang anda perlukan. Penggunaan beton pracetak juga dinilai bisa mempercepat pekerjaan atau mereduksi durasi pelaksanaan proyek. Hal tersebut merupakan solusi yang sangat tepat dalam mengatasi permasalahan crossing jalan yang pada umumnya menggunakan box agar dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan karena renovasi atau pembangunan jembatan. 23 Bagi Bentang lebar nya sendiri, box culvert dirancang untuk multi cell. Box tersebut juga dapat digunakan untuk akses crossing under pass pada jalan raya/jalan tol. Apabila anda menggunakan produk box culvert beton pracetak, maka pekerjaan yang harus dilakukan di lapangan hanyalah pekerjaan galian tanah dan juga pengecoran lantai kerja. Pekerjaan tersebut pastinya tidak akan overlapping dengan pekerjaan struktur pracetak yang dapat dilaksanakan di lokasi tertentu. Hal tersebut tentunya dapat menghemat waktu dibandingkan dengan proses konstruksi beton konvensional. 3.2.4. Wing Wall Box culvert dilengkapi dengan konstruksi dinding sayap atau Wing wall, biasanya wing wall berada disetiap sisi kanan dan sisi kiri pada box culvert. Wing wall sebenarnya sangat berfungsi pada box culvert karena dapat membuat arah aliran air menjadi lebih teratur. Wing wall juga dapat mengatur debit air lebih stabil jika debit air pada box culvert meningkat. Selain sebagai pengatur arah aliran air dan menstabilkan debit air yang meningkat, wing wall juga dapat menahan beban yang diberikan dibagian sisi-sisinya. Beban yang ditahan oleh wing wall bisa berupa tanah timbunan yang diletakkan pada bagian sisi-sisinya. Proses pemasangan wing wall ke box culvert dilakukan dengan cara disambungkan dibagian sisi kanan dan sisi kiri box culvert yang sudah diletakkan pada daerah yang telah direncanakan. Gambar 3.2. Wing Wall yang Telah Dipasang (Sumber :http.//www.lhvprecast.com) BAB 4 HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 4.1. Tinjauan Umum Metode Pelaksanaan merupakan cara atau langkah-langkah yang ditempuh suatu perusahaan kontraktor agar proyek tersebut berjalan dengan lancar, dan menghasilkan mutu produk yang sangat memuaskan pemilik proyek (owner) sesuai dengan perjanjian dalam kontrak yang telah disepakati oleh kedua pihak. Langkah-langkah awal yang ditempuh oleh kontraktor setelah menandatangani SPK adalah pekerjaan persiapan yaitu membuat shop drawing, memeriksa kondisi lapangan secara seksama untuk menentukan tahapan-tahapan pekerjaan yang sesuai dengan kondisi dilapangan, dan dilanjutkan dengan persiapan peralatan yang sesuai dengan pekerjaan dilapangan. Setelah SPK (Surat Perintah Kerja) di tanda tangani dan diserahkan kepada kontraktor dari pemilik proyek, kontraktor mengadakan pekerjaan persiapan yang terdiri dari membuat shop drawing, memeriksa kondisi lapangan, dilanjutkan dengan persiapan peralatan yang sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan, material dan sumber daya manusia. Pada pembahasan tinjauan umum ini penulis menjelaskan tentang pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan apa yang diamati oleh penulis di lapangan selama 9 minggu. Pekerjaan yang diamati oleh penulis pada proyek pembangunan Jalan Tol Kayu Agung-Palembang-Betung (KAPB) Seksi 1A Ruas Jalan Kayu Agung-Jakabaring-Palembang Stasioning 0+000 s/d 9+000. 4.1.1. Pekerjaan Tanah Pekerjaan tanah meliputi segala pekerjaan penggalian, pemuatan, pengangkutan dan penempatan atau pembuangan tanah atau batu atau material lainnya dari atau ke badan jalan atau sekitarnya, untuk pembuatan badan jalan, saluran air, parit, untuk pemindahan material tak terpakai, pemindahan tanah longsoran, yang semua sesuai dengan garis, ketinggian, penampang melintang yang tampak dalam gambar atau ditentukan oleh konsultan pengawas. 24 25 Gambar 4.1. Rencana Pekerjaan Tanah (Sumber : PT. WASKITA KARYA) Adapun alat dan material yang digunakan dalam pekerjaan tanah adalah excavator, dumptruck, bulldozer, vibro roller, grader, water tank, borrow material,, peralatan pemadatan dan alat bantu Proses pekerjaan an tanah terbagi menjadi 2, yaitu pekerjaan persiapan dan dan pekerjaan timbunan tanah. 1. Pekerjaan Persiapan a. Pada tahap awal adalah mempersiapkan personil, peralatan yang akan digunakan, dan bahan tanah timbunan yang diperlukan dari borrow area. b. Dilakukan setting out dan pengukuran untuk membuat gambar kerja dan perhitungan kuantitas pekerjaan. c. Pemeriksaan dan inspeksi dari Direksi/Pengawas/Konsultan untuk persetujuan. d. Bila hasil percobaan pemadatan disetujui Direksi/Pengawas/Konsultan, maka hasil dari percobaan percobaan pemadatan dijadikan acuan/dasar pada pelaksanaan pekerjaan timbunan yang sebenarnya. 2. Pekerjaan Timbunan Tanah a. Proses penghamparan dan pemadatan dilakukan layer per layer setebal 20 cm sepanjang badan jalan. b. Melakukan trial compaction untuk menentukan jumlah passing perlayer c. Setiap layer dilakukan test kepadatan tanah untuk pemeriksaaan terhadap acuan yang telah ditentukan dalam spesifikasi teknis, yaitu 26 kepadatan minimum pada kondisi tanah kering atau sesuai dengan SNI 17420: 2008 atau AASHTO T99-15(2015). Bila tidak sesuai maka pemadatan harus dilakukan ulang. d. Pekerjaan dilakukan layer per layer sampai mencapai elevasi yang ditentukan sesuai Final Subgrade. e. Selanjutnya dilakukan trimming/pembuatan plengsengan (saluran rata yang dimiringkan) pada sisi miring/slope sisi kiri kanan agar terlihat rapi dan kokoh bila diperlukan sesuai dengan instruksi konsultan. Gambar 4.2. Pekerjaan Timbunan Tanah dan Pemadatan Tanah (Sumber : Foto Pribadi) 27 4.1.2. Pekerjaan Base B Pekerjaan base B atatu LPB (Lapis pondasi bawah) adalah lapisan struktur yang menggunakan agregat kelas B. Material yang digunakan adalah agregat kelas B, agregat ini merupakan campuran gradasi material batu pecah dengan sirtu atau selected. Batu pecah tersebut terdiri dari beberapa fraksi ukuran yang berbeda. Diperlukan sebuah Job Mix Formula untuk mendapatkan mutu yang diinginkan sesuai dengan mutu kelas B. Alat yang digunakan yaitu vibro smooth, grader, tangki air, dump truck, dan keperluan lainnya. Penghamparan serta pemadatan layer 1 setebal 32 mm gembur dan layer 2 setebal 27 cm gembur. Tes pemadatan LPB harus mencapai 95% γ di lapangan sesuai dengan spesifikasi proyek KAPB. Apabila CBR sudah memenuhi 95% dengan cara tes sandcone di lapangan maka bisa dilanjutkan dengan lapisan struktur selanjutnya. Gambar 4.3. Agregat kelas B yang Telah Dihamparkan (Sumber : Foto Pribadi) 4.1.3. Pekerjaan Base A Pekerjaan base A atau LPA (Lapis pondasi atas) adalah lapisan struktur pondasi yang berhubungan langsung dengan aspal karena tepat di bawah aspal. Material yang digunakan adalah agregat kelas A yang tersusun dari campuran material batu pecah dengan abu batu yang diatur sedemikian rupa, sehingga bisa dikatakan sebagai kelas A. Batu pecah yang digunakan terdiri dari beberapa fraksi ukuran yang berbeda. Pembuatan aggregat A harus menggunakan Job Mix Formula yang disetujui oleh konsultan. Alat yang digunakan yaitu vibro smooth, grader, tangki air, dump truck, dan keperluan lainnya. Penghamparan serta 28 pemadatan layer 1 setebal 32 mm gembur dan layer 2 setebal 27 cm gembur. Tes pemadatan LPB harus mencapai 95% γ di lapangan sesuai dengan spesifikasi proyek KAPB. Apabila CBR sudah memenuhi 95% dengan cara tes sandcone di lapangan maka bisa dilanjutkan dengan lapisan struktur selanjutnya. Gambar 4.4. Agregat kelas A yang Telah Dipadatkan (Sumber : Foto Pribadi) 4.1.4. Pekerjaan Perkerasan Asphalt (Flexible Pavement) Pekerjaan perkerasan aspal ini meliputi pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan di lokasi bahu luar dan bahu dalam pada main road dan pada lokasi lain yang ditentukan oleh gambar. 1. Lingkup pekerjaan perkerasan aspal adalah : a. Bitumous prime coat b. Bitumous tack coat c. Asphaltic treated surface (AC-Base) d. Asphaltic concrete binder course (AC-BC) e. Asphaltic concrete wearing course (AC-WC) 2. Peralatan yang digunakan pada pekerjaan perkerasan aspal adalah : a. Asphalt mixing plant (AMP) b. Asphalt finisher c. Dump truck d. Tandem roller e. Pneumatic tired roller f. Sprayer asphalt g. Water tank 29 3. Tahapan pekerjaan perkerasan aspal Gambar 4.5. 4.5 Ilustrasi Tahapan Pekerjaan Aspal (Sumber : PT. WASKITA KARYA) a. Pekerjaan Lapis Resap Pengikat atau Prime Coat Lapis resap pengikat pengik (prime coat) merupakan lapisan ikat aspal cair yang diletakkan di atas lapis pondasi agregat kelas las A. Lapis resap pengikat biasanya dibuat dari aspal dengan penetrasi 80/100 atau penetrasi 60/70 yang dicairkan dengan minyak tanah. Pelaksanaan pekerjaan prime coat adalah sebagai berikut : 1) Pemasangan prime coat dilaksanakan setelah permukaan pada base A dibersihkan dengan air a compressor, sehingga tekstur perkerasan base A menjadi bersih dan terlihat jelas. 2) Penyedia jasa sebelum dilakukan penyemprotan, batas permukan yang akan disemprot harus diukur dan ditandai. Pelaksanaan penyemprotan lapis resap pengikat dan lapis perekat menggunakan alat asphalt distributor.. Asphalt distributor adalah truk atau kendaraan lain yang dilengkapi dengan aspal, pompa, dan batang batang penyemprot. Umumnya truk juga dilengkapi dengan pemanas untuk menjaga temperatur aspal. Apabila diizinkan oleh direksi pekerjaan, pelaksanaannya dapat menggunakan alat penyemprot tangan ( (hand sprayer). Hand sprayersering sering digunakan untuk daerah-daerah daerah yangg sulit dijangkau dengan Asphalt Distributor. Agar memperoleh hasil merata, sebaiknya 30 pelaksanaanya dikerjakan oleh operator terampil dan telah teruji coba dengan baik. 3) Prime coat hanya disemprot saat kondisi permukaan base A yang sudah dibersihkan dalam keadaan kering, dan tidak boleh dikerjakan saat angin kencang, hujan atau akan terjadinya hujan. Gambar 4.6. Pelaksanaan Prime Coat (Sumber : Foto Pribadi) b. Pekerjaan AC-Base Laston Atas atau lapisan pondasi atas (AC-Base) merupakan pondasi perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Lapisan ini terletak di bawah lapis pengikat (AC-BC), perkerasan tersebut tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas untuk menahan beban lalu lintas yang disebarkan melalui roda kendaraan. Lapis Pondasi (AC-Base) berfungsi untuk memberi dukungan lapis permukaan, mengurangi regangan dan tegangan, menyebarkan dan meneruskan beban konstruksi jalan di bawahnya (sub grade). Metode pelaksanaan pekerjaan AC-Base meliputi penyiapan bahan di base camp AMP, pencampuran bahan agregat dengan aspal, pengiriman sampai lokasi pekerjaan, penghamparan dan pemadatan. AC-Base dibuat di base camp AMP sesuai dengan spesifikasi kemudian dituangkan diatas dumptruck lalu hasil penuangan ditutup dengan terpal untuk menahan suhu AC-Base tetap stabil lalu dikirim ke lokasi pekerjaan yang telah siap peralatan mekanik seperti finisher alat penghampar dan alat-alat pemadat. Pelaksanaan pekerjaan AC-Base dilaksanakan setelah permukaan base A 31 dilapisi dengan prime coat, agar lapisan AC-Base lebih mengikat dengan lapisan base A. Bahan dituang ke bak finisher dari dumptruck, finisher menghampar campuran aspal panas ke permukaan lapis pondasi pada ketebalan diatas rata-rata ketebalan padat dan hasil penggelaran didiamkan pada suhu yang telah ditetapkan kemudian dipadatkan dengan mesin gilas roda besi, penggilasan sedemikian rupa hingga mendapatkan kerataan dan kepadatan yang ditetapkan dan akhir pemadatan menggunakan mesin gilas roda karet, demikian seterusnya pekerjaan dilakukan atas arahan dari direksi pekerjaan serta tentunya telah mengajukan hasil pengujian bahan campuran aspal panas serta ijin kerja kepada konsultan pengawas dan direksi lapangan. Gambar 4.7. Pelaksanaan Pekerjaan Lapisan AC-Base (Sumber : Foto Pribadi) c. Pekerjaan AC-BC AC-BC (Asphalt concrete Binder Coarse) adalah beton aspal yang terletak tepat di atas LPA. Campuran beton aspal ini terdiri dari beberapa fraksi aggregat batu pecah dengan ukuran yang berbeda, abu batu dan kadar aspal tertentu. Yang membedakan dengan AC-WC adalah ukuran fraksi aggregat dan kadar aspal pada AC-BC yang lebih rendah. Metode pelaksanaan AC-BC ini meliputi penyiapan bahan di base camp AMP, pencampuran bahan agregat dengan aspal, pengiriman sampai lokasi pekerjaan, penghamparan dan pemadatan. AC-BC dibuat di base camp AMP sesuai dengan spesifikasi kemudian dituangkan diatas dumptruck. Lalu hasil penuangan ditutup dengan terpal untuk menahan suhu AC-BC 32 tetap stabil lalu dikirim ke lokasi pekerjaan yang telah siap peralatan mekanik seperti finisher alat penghampar dan alat-alat pemadat. Pelaksanaan pekerjaan AC-BC dilaksanakan setelah pelaksanaan pekerjaan AC-Base yang dilapisi dengan tack coat. Bahan dituang ke bak finisher dari dumptruck, finisher menghampar campuran aspal panas ke permukaan lapis pondasi pada ketebalan diatas rata-rata ketebalan padat dan hasil penggelaran didiamkan pada suhu yang telah ditetapkan kemudian dipadatkan dengan mesin gilas roda besi, penggilasan sedemikian rupa hingga mendapatkan kerataan dan kepadatan yang ditetapkan dan akhir pemadatan menggunakan mesin gilas roda karet, demikian seterusnya pekerjaan dilakukan atas arahan dari direksi pekerjaan serta tentunya telah mengajukan hasil pengujian bahan campuran aspal panas serta ijin kerja kepada konsultan pengawas dan direksi lapangan. Gambar 4.8. Pelaksanaan Pekerjaan Lapisan AC-BC (Sumber : Foto Pribadi) d. Pekerjaan Lapis Perekat atau Tack Coat Lapis perekat (tack coat) merupakan lapisan aspal cair yang diletakkan di atas lapisan AC-BC sebelum lapis berikutnya dihampar. Lapis perekat berfungsi untuk memberikan daya ikat antara lapis lama dengan baru. Bahan lapis perekat terdiri dari aspal emulsi yang cepat menyerap atau asapal keras pen 80/100 atau pen 60/70 yang dicairkan dengan 25 sampai 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal. Pemakaiannya berkisar antar 0,15 liter/m2 sampai 0,50 liter /m2. Lebih tipis dibandingkan dengan pemakaian lapis resap pengikat. 33 Gambar 4.9. Pelaksanaan Hamparan Tack Cout (Sumber : Foto Pribadi) Pelaksanaan pekerjaan tack coat adalah sebagai berikut : 1) Pemasangan tack coat dilaksanakan pada permukaan AC-Base dan permukaan AC-BC yang telah dibersihkan dengan air compressor. 2) Penyedia jasa sebelum dilakukan penyemprotan, batas permukan yang akan disemprot harus diukur dan ditandai. Pelaksanaan penyemprotan lapis resap pengikat dan lapis perekat menggunakan alat asphalt distributor. Asphalt distributor adalah truk atau kendaraan lain yang dilengkapi dengan aspal, pompa, dan batang penyemprot. Umumnya truk juga dilengkapi dengan pemanas untuk menjaga temperatur aspal. Apabila diizinkan oleh direksi pekerjaan, pelaksanaannya dapat menggunakan alat penyemprot tangan (hand sprayer). Hand sprayersering digunakan untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau dengan asphalt distributor. Agar memperoleh hasil merata, sebaiknya pelaksanaanya dikerjakan oleh operator terampil dan telah teruji coba dengan baik. 3) Tack coat hanya disemprot saat kondisi permukaan lapisan AC-Base dan AC-BC yang sudah dibersihkan dalam keadaan kering, dan tidak boleh dikerjakan saat angin kencang, hujan atau akan terjadinya hujan. e. Pekerjaan Lapisan AC-WC AC-WC (Asphalt concrete Wearing Coarse) adalah beton aspal yang terletak paling atas dan menerima beban langsung kendaraan dan menentukan nyaman tidaknya. Campuran beton aspal ini hampir sama dengan AC-BC hanya berbeda di ukuran fraksi aggregat. Kadar aspal pada 34 AC-WC biasanya lebih tinggi karena lapis permukaan jalan harus kedap dengan air. Metode pelaksanaan AC-WC ini meliputi penyiapan bahan di base camp AMP, pencampuran bahan agregat dengan aspal, pengiriman sampai lokasi pekerjaan, penghamparan dan pemadatan. AC-WC dibuat di base camp AMP sesuai dengan spesifikasi kemudian dituangkan diatas dumptruck. Lalu hasil penuangan ditutup dengan terpal untuk menahan suhu AC-WC tetap stabil lalu dikirim ke lokasi pekerjaan yang telah siap peralatan mekanik seperti finisher alat penghampar dan alat-alat pemadat. Pelaksanaan pekerjaan AC-WC dilaksanakan setelah pelaksanaan pekerjaan AC-BC yang dilapisi dengan tack coat. Bahan dituang ke bak finisher dari dumptruck, finisher menghampar campuran aspal panas ke permukaan lapis pondasi pada ketebalan diatas rata-rata ketebalan padat dan hasil penggelaran didiamkan pada suhu yang telah ditetapkan kemudian dipadatkan dengan mesin gilas roda besi, penggilasan sedemikian rupa hingga mendapatkan kerataan dan kepadatan yang ditetapkan dan akhir pemadatan menggunakan mesin gilas roda karet, demikian seterusnya pekerjaan dilakukan atas arahan dari direksi pekerjaan serta tentunya telah mengajukan hasil pengujian bahan campuran aspal panas serta ijin kerja kepada konsultan pengawas dan direksi lapangan. Gambar 4.10. Pelaksanaan Pekerjaan Lapisan AC-WC (Sumber : Foto Pribadi) 35 4.1.5. Pekerjaan Cermaton atau Mini pile Ketentuan material mini pile adalah mutu beton K-450, mini pile persegi ukuran 25 x 25 cm, strand 4, diam. 3/8", pengetesan dengan hammer test sesuai ketentuan beton rencana sebelum dilakukan ke lokasi proyek. Gambar 4.11. Mini Pile yang Telah Dipancang (Sumber : Foto Pribadi) Pelaksanaan pekerjaan mini pile adalah : 1. Tiang pancang mini pile adalah produk fabrikasi dengan spesifikasi sesuai standard spesifikasi yang ditentukan yang pengangkutan dari pabrik ke site dengan menggunakan truck trailer dan penurunan serta penumpukannya di lokasi sesuai kebutuhan dan jarak yang ada dengan menggunakan crawler crane 15 ton (Service Crane). 2. Dalam pekerjaan pengadaan mini pile hal-hal yang harus diperhatikan adalah handling method. 3. Beton mempunyai kuat karakteristik yang sudah memenuhi untuk melawan tegangan tekan, tapi lemah terhadap tegangan tarik dan tegangan lentur. Tiang pancang dari beton mempunyai sifat mudah patah bila mendapat beban yang lebih kuat daripada beban recana. 4. Prosedur pengangkatan mini pile, pengangkatan dibuat dengan 2 alau 4 titik angkat. Dalam hal 2 titik angkat, kedudukan sling baja harus berada pada 2/10 dari total panjang dari kedua ujung tiang. 5. Cincin baja model "C" atau sickle harus digunakan pada ujung seling untuk memegang tiang. Selain itu Alat Pengaman Diri (APD) para pekerja harus 36 diperhatikan mengingat resiko yang ditimbulkan apabila terjadi kecelakaan sangan berbahaya. Pelaksanaan pemancangan mini pile adalah : 1. Ketentuan Pemancangan a. Pemancangan menggunakan Piie Driver Hammer. b. Pemancangan dilaksanakan sesuai dengan kedaiaman rencana yang ditunjukkan dalam gambar kerja yang telah disetujui oleh konsuitan pengawas dan owner. 2. Peralatan yang digunakan adalah crawler crane 25 ton, Pile Driver Hammer kapasitas minimal 2,5 ton, dan pengarah yang diletakkan di garis pemancangan (berfungsi untuk meluruskan garis pemancangan). 3. Pekerjaan Pengangkatan a. Wire rope (sling) baja harus lebih dahulu diperiksa secara hati-hati dan harus layak pakai. b. Ketika mengangkat dan menurunkan 2 titik penyangga harus sama tinggi. c. Tiang harus diangkat dan diturunkan secara bertahap sedemikian hingga tidak memberikan goncangan pada tiang. d. Posisi titik angkat pada saat erection ditentukan 3/10 total panjang tiang dari bagian atas dan titik angkat ini harus ditandai pada tiang. e. Pada saat erection, mini pile berada di ujung atas rig. f. Setelah erection mini pile telah berhasil maka pekerjaan pemancangan bisa dimulai. Gambar 4.12. Pengangkatan Mini Pile (Sumber : Foto Pribadi) 37 4. Metode Kerja a. Crane diletakkan pada posisi titik pemancangan yang direncanakan. b. Concrete pile ditarik atau diangkat sesuai dengan syarat penarikanlpengangkatan yang diijinkan untuk ditempatkan pada posisi yang lurus terhadap sumbu vibro hammer. c. Pemancangan mini pile akan dimulai setelah konfirmasi posisi lurus terpenuhi, dengan bantuan alat theodolit. d. Eksentrisitas sumbu tersebut lidak boleh lebih dari 20 mm. e. Penggetaran pada pemancangan pertama harus dilakukan dengan softblow driving untuk memastikan bahwa arah pemancangan sudah benar atau sesuai. f. Pemancangan untuk setiap mini pile berlangsung kontinyu sampai mini pile mencapai kedalaman tanah yang diharapkan. g. Setiap pemancangan harus dicatat dan dilaporkan data-data pemancangan meliputi ukuran, tipe, dan panjang mini pile yang telah dipancang, tipe dan seri hammer, serta elevasi tanah dasar. Gambar 4.13. Proses Pemancangan Mini Pile (Sumber : Foto Pribadi) 38 4.2.Tinjauan Khusus Tinjauan khusus merupakan tinjauan yang diminati oleh penyusun atau tinjauan yang ditinjau oleh penyusun yang dipelajari secara rinci untuk mendapatkan ilmu yang lebih dari tinjaunnya tersebut. Tinjauan khusus yang saya tinjau adalah box culvert beserta dengan wing wall box culvert. Adapun penjelasan secara rinci tinjauan khusus yang diamati oleh penulis adalah pekerja box culvert dan wing wall box culvert pada Stasioning 9+000 s/d 13+400. 4.2.1. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Box Culvert Precast 2,5m x 2m 1. Alat dan Material Adapun alat dan material yang digunakan dalam pelaksanaan box culvert precast adalah sebagai berikut : a. Excavator e. Sirtu padat/blinding stone b. Crane 45 ton dan mobile crane f. Baja tulangan c. Beton kelas c (fc’ 20 MPa) g. Bekisting d. Bar cutter, bar bender h. Concrete vibrator i. Alat-alat bantu lainnya 2. Proses Pekerjaan Adapun proses pekerjaan box culvert precast adalah sebagai berikut : a. Pekerjaan persiapan 1) Padat tahap awal, dilakukan penyelidikan pada tanah dasar atau pengujian pada tanah dasar yang telah ada (eksisting) sampai kedalaman tertentu yang menunjukkan qc = 8 kg/cm2 sebagai landasan box culvert. 2) Dilakukan perbaikan tanah jika terdapat tanah yang tidak memenuhi spesifikasi dengan soil replacement hingga mencapai daya dukung tanah qc = 8 kg/cm2. 3) Dilakukan setting out dan pengukuran untuk mengetahui letak box culvert yang akan dikerjakan. b. Pekerjaan pembesian 1) Pembesian dilaksanakan di workshop sesuai desain dengan jumlah dan jarak pembesian yang telah ditentukan. 39 2) Besi disusun sesuai bentuk, panjang, dan jumlah potongan yang akan dibuat. 3) Selanjutnya besi dipotong dan dibengkokkan menggunakan bar cutter dan bar bender. 4) Besi yang sudah dirangkai dilakukan pengecekan kesesuaiannya dengan shop drawing. Gambar 4.14. Detail Pembesian Box Culvert 2,5m x 2m (Sumber : PT. WASKITA KARYA) c. Pemasangan Formwork 1) Bekisting dipastikan rata, bersih dari kotoran sebelum dirangkai. 2) Rangkaian bekisting sesuai dengan rencana setelah terlebih dahulu dilapisi minyak bekisting dibagian dalam. 3) Beton decking dipasang ditulangan terluar sesuai ketebalan selimut beton. 4) Support-supprot bekisting dipasang sesuai dengan gambar rencana (shop drawing). 40 Gambar 4.15. Ilustrasi Bekisting untuk Box Culvert Precast (Sumber : PT. WASKITA KARYA) d. Pekerjaan pengecoran 1) Pengecoran dengan beton readymix harus diperhatikan mutu beton yang sesuai (beton kelas c, f’c = 20 MPa). Pengecoran dilakukan dengan menuang langsung beton dari truck mixer ke concrete pump dan dipadatkan menggunakan concrete vibrator. 2) Pengecoran dilakukan lapis per lapis untuk menghindari adanya konsentrasi berat beton yang mengakibatkan bekisting tidak sanggup menahan beban beton yang basah. 3) Sampel beton berupa sampel silinder dibuat dengan jumlah sesuai dengan syarat spesifikasi jalan tol KAPB. Gambar 4.16. Pengecoran Box Culvert Precast (Sumber : Foto Pribadi) 41 e. Curing Curing permukaan atas beton menggunakan karung goni basah/geotekstil yang ditutupkan ke permukaan beton dan tetap dijaga basah selama minimal 7 hari. f. Pengangkatan box culvert Pengangkatan box culvert dilakukan menggunakan mobile crane melalui lifting lug setelah box culvert precast berumur 7 hari atau apabila kuat tekan ≥ 80% f’c 20 MPa. Disesuaikan juga sudut sling > 450 saat pengangkatan untuk mengurangi resiko putusnya sling yang dapat menyebabkan rusaknya box culvert. Gambar 4.17. Pengangkatan Box Culvert (Sumber : Foto Pribadi) g. Pemasangan box culvert 1) Dalam tahap awal pekerjaan struktur bawah, dilakukan penggalian tanah sesuai dengan shop drawing. 2) Dilakukan timbunan tanah layer per layer padat hingga mencapai elevasi rencana. 3) Setelah tanah dasar siap, dilakukan pemasangan sirtu padat atau blinding stone dengan tebal 30 cm. 4) Lalu dilakukan pengecoran lantai kerja atau lean concrete (LC) setebal 10 cm dengan beton kelas E, f’c = 10 MPa. Permukaan rata sesuai dengan shop drawing. 5) Box culvert precast diletakkan ke lokasi rencana menggunakan crane. 42 6) Letakkan box culvert precast di atas lapisan LC dimulai dari ujung. 7) Pastikan kelurusan antar box culvert sebelum dilakukan penyambungan. 8) Penyambungan dilakukan menggunakan material epoxy (bahan kimia jenis resin) di setiap ujung box culvert yang akan disambung dengan bagian box culvert lain. 9) Lubang angkur dicor dengan bahan grouting atau beton f’c 20 MPa. Gambar 4.18. Pemasangan Box Culvert Precast (Sumber : Foto Pribadi) h. Pengendalian mutu 1) Pengendalian mutu bahan. 2) Ketentuan material yang digunakan. 3) Kriteria pemasangan pembesian. 4) Memastikan semua metode dan prosedur sesuai di lapangan. 5) Sampel dan hasil pengujian sesuai dengan spesifikasi i. Proses K3L Proses K3L dijalankan dan diimplementasikan 1) K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) a) Memastikan semua personil dan pekerja sudah diinduksi oleh subkon tersebut dan pelaksana terkait. b) Peralatan dan alat bantu sudah dicek terlebih dahulu. c) Ijin kerja sesuai dengan lokasi yang dikerjakan. d) Metode kerja sesuai dengan approval. 43 e) Inspeksi dan pengawasan terhadap norma K3 dilakukan dengan baik dan didokumentasikan. f) Pastikan semua yang bekerja pada lokasi tersebut sudah dilengkapai dengan APD yang sesuai. g) Pastikan rambu-rambu terpasang sesuai jenisnya. 2) Enviromental (Lingkungan) a) Sebelum dan sesudah selesai bekerja, lokasi, alat, dan material dirapikan kembali. b) Parkir dan stand by alat dan personel di tempat yang sudah aman. c) House keeping dan kebersihan lokasi pekerjaan terpelihara sesuai dengan 5R. d) Tidak ada tumpahan oli, minyak, dan grace ke dalam tanah secara langsung. e) Jadwal pemeliharaan dan maintenance lokasi kerja alat terlaksana dengan baik didokumentasikan. 4.2.2. Metode Pelaksanaan Wing Wall Box Culvert 1. Alat dan Material Adapun alat dan material yang digunakan dalam pelaksanaan wing wall box culvert adalah sebagai berikut : a. Excavator f. Truck mixer b. Beton kelas c (fc’ 20 MPa) g. Besi tulangan c. Bar cutter h. Bekisting d. Bar bender i. Vibrator e. Concrete pump 2. Proses Pekerjaan Adapun proses pekerjaan box culvert wing wall adalah sebagai berikut : a. Pekerjaan persiapan 1) Setting alat dan penentuan titik untuk mengetahui letak wing wall yang dikerjakan. 2) Pengalihan aliran air dan dewatering (jika diperlukan). 44 3) Jalur pengalihan galian yang dibuat harus sama dengan elevasi awal atau lebih rendah dari elevasi sebelumnya. 4) Galian tanah bisa langsung untuk membuat cofferdam. 5) Selanjutnya pembuatan cofferdam dimuka aliran air, agar air dengan ketinggian sesuai dengan top level gorong-gorong kotak (box culcert). 6) Untuk mengeringkan lokasi pekerjaan dengan menggunakan pompa yang bisa mengeringkan lokasi pekerjaan selama pekerjaan berlangsung. 7) Selanjutnya pipa dari pompa air diletakkan pada lokasi aliran air, pengalihan sehingga dapat langsung dialirkan ke sungai. b. Pembuatan lantai kerja Tahapan-tahapan pekerjaan pembuatan lantai kerja diterangkan sebagai berikut: 1) Pastikan bahwa lokasi yang akan dibuat lantai kerja tersebut terdapat urugan pasir atau blinding stone sesuai dengan yang telah disepakati di shop drawing. 2) Membersihkan lokasi kerja dari kotoran dan sampah. 3) Memberikan patok atau leveling lantai kerja yang diperlukan sebagai acuan untuk menentukan ketebalan. 4) Menuangkan beton dengan beton kelas E (10 MPa). 5) Beton yang dituangkan di lantai kerja diratakan dengan ketebalan sesuai dengan shop drawing. c. Pembesian wing wall 1) Pemotongan dan pembentukan baja tulangan dilakukan di lokasi work shop sesuai dengan gambar yang telah disepakati. 2) Setelah proses pembentukan baja tulangan selesai, dilakukan pengiriman tulangan yang diperlukan ke lokasi pekerjaan, baja tulangan harus selalu dilindungi dengan slepeer untuk mencegah menyentuh tanah dasar. 3) Setelah baja tulangan sudah dibentuk dan dipotong kirimkan ke lokasi pekerjaan, kemudian dilakukan perakitan pembesian, pemasangan 45 pembesian wing wall untuk box culvert dilakukan sekaligus dengan penulangan footing abutment sesuai dengan gambar yang disepakati. 4) Perakitan pembesian sisi luar diikuti dengan pemasangan beton deking agar didapat selimut beton yang ditentukan. 5) Setelah fabrikasi dan pemasangan penulangan wing wall box culvert selesai dilanjutkan dengan pemasangan bekisting. Gambar 4.19. Pekerjaan Pembesian Wing Wall (Sumber : PT. WASKITA KARYA) d. Pekerjaan bekisting 1) Bekisting diukur sesuai dengan shop drawing yang telah disepakati. 2) Selalu bersihkan bekisting sebelum dipasang, adanya kotoran pada bekisting dapat menimbulkan hasil cor tidak rapi, retak atau bahkan kegagalan struktur. 3) Pemasangan menyesuaikan dengan garis marka yang telah dibuat. 4) Lakukan pengecekan pada bekisting apakah sudah benar-benar kuat (posisi, ketegakan, dan kedataran). 5) Setelah itu dilanjutkan dengan pengecoran. e. Pekerjaan Pengecoran 1) Setelah pembesian, pemasangan bekisting dan pembersihan bekisting, surveyor memberikan tanda untuk batas level pengecoran. 2) Meminta inpeksi dari engineer untuk disetujui, segera lakukan perbaikan apabila diinstrusikan, setelah itu request untuk inspeksi kembali. 3) Setelah disetujui oleh engineer, dilakukan pengecoran dengan cara menuangkan adonan beton dari truck mixer ke concrete pump yang 46 dilengkapi sunny hose (D200 mm). Tinggi maksimum pengecoran yang diizinkan 1,5 m dan tidak boleh melebihi syarat yang diizinkan. Konsisten beton dan spesimen tes harus dicek dan disiapkan sebelum pengecoran. 4) Pemadatan pengecoran dilakukan dengan menggunakan elektrik vibrator. Gambar 4.20. Pengecoran Wing Wall (Sumber : PT. WASKITA KARYA) 5) Beton yang datang selalu dicek slump dan diambil sampel silinder. Nilai slump sesuai RKS untuk beton kelas C-1 adalah 7,5 ± 2,5 cm. Pada setiap maksimum 15 m3 beton secara acak, diambil 2 sampel beton silinder untuk diuji pada umur 7 hari dan 28 hari. Gambar 4.21. Pelaksanaan Slump Test (Sumber : Foto Pribadi) 47 f. Perawatan beton Sesaat setelah pengecoran beton, segera lakukan perawatan beton, perawatan beton menggunakan geotekstil basah atau sejenisnya yang diletakkan diatas permukaan beton, kelembapan geotekstil harus terus dijaga selama masa perawatan agar beton tidak rusak. g. Pelepasan bekisting 1) Pelepasan bekisting dilakukan setelah ada persetujuan dari engineer, pelepasan bekisting dilakukan 4 hari setelah pengecoran (kekuatan desain mencapai 85%). 2) Setelah pelepasan bekisting harus segera dilakukan perawatan beton dengan curing compound pada sisi yang baru dilepas bekistingnya. 3) Rapikan lokasi footing untuk dilakukan penimbunan kembali. 4) Penimbunan tanah kembali footing untuk dilakukan layer per layer setebal 30 cm dengan menggunakan stamper. h. Pengendalian mutu 1) Pengendalian mutu bahan. 2) Alat dan material yang digunakan harus selalu bebas dari segala kotoran dan zat asing lainnya. 3) Pengecoran beton sesuai dengan SOP. 4) Posisi pemasangan wing wall harus dipastikan berada pada lokasi yang benar (sesuai gambar kerja). 5) Proses pemotongan baja tulangan dan penekukan harus dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak baja tulangan. 6) Sisa bekisting yang sudah dipakai harus dikumpulkan dan ditumpuk secara rapi di tempat yang telah disediakan. 7) Pembesian yang sudah dipasang harus dicek kesesuaiannya dengan gambar kerja serta mutunya, dikontrol dengan form pemeriksanaan pembesian. i. Proses K3L Proses K3L dijalankan dan diimplementasikan 1) K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) 48 a. Memastikan semua personil dan pekerja sudah diinduksi oleh subkon tersebut dan pelaksana terkait. b. Peralatan dan alat bantu sudah dicek terlebih dahulu. c. Ijin kerja sesuai dengan lokasi yang dikerjakan. d. Metode kerja sesuai dengan approval. e. Inspeksi dan pengawasan terhadap norma K3 dilakukan dengan baik dan didokumentasikan. f. Pastikan semua yang bekerja pada lokasi tersebut sudah dilengkapai dengan APD yang sesuai. g. Pastikan rambu-rambu terpasang sesuai jenisnya. 2) Enviromental (Lingkungan) a. Sebelum dan sesudah selesai bekerja, lokasi, alat, dan material dirapikan kembali. b. Parkir dan stand by alat dan personel di tempat yang sudah aman. c. House keeping dan kebersihan lokasi pekerjaan terpelihara sesuai dengan 5R. d. Tidak ada tumpahan oli, minyak, dan grace ke dalam tanah secara langsung. e. Jadwal pemeliharaan dan maintenance lokasi kerja alat terlaksana dengan baik didokumentasikan. 4.3. Kendala dan Permasalahan Dalam setiap pekerjaan kita akan menemukan berbagai macam permasalahan. Namun masalah tersebut bukan untuk dihindari, tapi harus dicari jalan keluarnya. Segala sesuatu memang tidak sempurna, kita akan selalu dihadapkan pada suatu bentuk permasalahan, hambatan dan persoalan. Selama pelaksanaan pekerjaan, timbul beberapa masalah yang menyebabkan terhambatnya kemajuaan proyek tersebut. Masalah-masalah yang timbul dibagi dalam beberapa kategori, yaitu: 49 4.3.1. Faktor Cuaca Faktor alam yang menyebabkan terhambatnya kemajuan pekerjaan adalah hujan. Dalam pelaksanaan pekerjaan, cukup sering mengalami turun hujan. Air hujan dapat mengakibatkan tejadinya genangan pada lahan pekerjaan dan memperlambat pekerjaan lainnya, misalnya galian menjadi berat saat pengangkutan, pemaparan material, dan pengecoran tidak dapat dilakukan lebih cepat. Selain itu faktor cuaca seperti hujan juga dapat menyebabkan berhentinya suatu pekerjaan dengan alasan keamanan. 4.3.2. Faktor Keselamatan Kerja Seperti pada umumnya proyek-proyek di Indonesia, keselamatan kerja para pekerja kurang diperhatikan yang dapat dilihat dari perlengkapan perlindungan keselamatan kerja yang tidak dipakai oleh beberapa pekerja, baik itu sepatu, helm proyek, dan baju pekerja yang menandakan pekerja itu sendiri. Dalam beberapa kasus, kontraktor mendapatkan beberapa teguran dari supervisi lapangan dengan tidak mengutamakan keselamatan kerja seperti penggunaan helm kerja, rompi pekerja atau baju pekerja khusus. Memang dalam hal ini sudah seperti biasa dilakukan, namun cuaca yang mungkin berubah-ubah membuat pekerja kurang nyaman nyaman menggunakan perlengkapan yang ada. 4.3.3. Faktor Peralatan Faktor peralatan yang menyebabkan terhambatnya kemajuan proyek adalah alat-alat pekerjaan box culvert maupun wing wall yang digunakan biasanya terjadi kerusakan yang dapat menghambat proses pekerjaan box culvert dan wing wall dan tidak sesuai dengan jadwal yang ada. 4.3.4. Efisiensi Penggunaan Bahan Meterial Pada saat pengangkutan material ke zona yang akan dihamparkan material tersebut seringkali terjadi kekurangan material yang dibawa oleh dumptruck, hal ini dikarenakan adanya tumpahan material di sepanjang jalan yang telah dilewati. Sopir truk kadang tidak memikirkan akan hal tersebut tetapi memikirkan agar cepat sampai di tempat tujuan material tersebut. 50 4.4. Alternatif dan Solusi Adanya permasalahan, selalu diusahakan untuk mencari jalan keluar yang terbaik. Dalam hal ini ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan oleh pihak kontraktor, antara lain: 4.4.1. Faktor Cuaca Untuk mengatasi jam kerja yang berkurang saat hujan turun, maka jam kerja yang terpotong akan dialihkan hingga sore hari (pemberlakuan jam lembur), atau hari minggu, namun perlu diperhatikan, pemberlakuan jam lembur ini tidak boleh terlalu sering dilakukan karena dikhawatirkan akan mengurangi kualitas dari hasil pekerjaan akibat keterbatasan pengawasan maupun tenaga kerja. 4.4.2. Faktor Keselamatan Kerja Perlunya adanya penumbuhan kesadaran pada para pekerja maupun kontraktor akan pentingnya perlengkapan keselamatan kerja dalam setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Hal ini dapat disosialisasikan dan diawasi oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi. 4.4.3. Faktor Peralatan Untuk peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan box culvert dan wing wall sebaiknya dilakukan cadangan peralatan tersebut agar pelaksanaan pekerjaannya tidak terhambat. 4.4.4. Efisiensi Penggunaan Bahan Pengawasan penggunaan bahan dilapangan harus lebih ketat untuk menangani masalah efisiensi bahan ini. Sebenarnya jika semua komponen pelaksana yang terlibat dapat bekerja sama dengan baik, hal ini tentu dapat diminimalkan. Akan tetapi, para pekerja sering mengambil keputusan sendiri tanpa memikirkan material-material yang ada. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Setelah melaksanakan kerja praktek (KP) yang berlangsung selama kurang lebih 3 bulan, banyak sekali manfaat dan pelajaran yang dapat diperoleh dalam bidang teknik sipil, baik yang menyangkut teknis dilapangan maupun manajemen proyek. Pengalaman-pengalaman ini dapat melengkapi pengetahuan yang telah didapat dibangku perkuliahan. Dari kerja praktek ini dapat memberikan pelajaran bahwa terdapat perbedaan yang cukup segnifikan antara teori yang didapatkan dibangku perkuliahan dengan pelaksanaan dan keadaan sesungguhnya di lapangan. Adapun beberapa yang dapat penulis simpulkan selama kerja praktek berlangsung yaitu: 1. Pelaksanaan pekerjaan dilokasi proyek cukup lancar, namun dalam pelaksanaannya masih mengalami keterlambatan. Hal ini dikarenakan faktor cuaca yang tidak dapat ditentukan. 2. Kualitas dan kuantitas pekerjaan pada pekerjaan ini telah memenuhi spesifikasi teknis yang telah direncanakan. 3. Kontraktor sangat menjaga kualitas dan kuantitas pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis dan mengikuti petunjuk maupun arahan dari supervisi lapangan. 5.2. Saran Beberapa saran yang dapat penulis kemukakan untuk kelancaran dan kemampuan pelaksanaan suatu proyek khususnya pekerjaan Pembangunan Jalan Tol KAPB Seksi 1A adalah sebagai berikut: 1. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan harus ditingkatkan supaya hasil pekerjaan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2. Pengendalian pekerja yang kurang disiplin dalam proses pekerjaan guna menghindari Human Erorr. 3. Keselamatan kerja hendaknya lebih ditingkatkan seperti helm, masker, sepatu proyek serta bimbingan keselamatan kerja sesuai tahapan-tahapan pekerjaan untuk menghindari kecelakaan kerja. 51 DAFTAR PUSTAKA Pedoman data-data dan gambar dari PT. Waskita Sriwijaya Tol dan PT. Waskita Karya Divisi VI Seksi 1A dengan Pembangunan Jalan Tol Kayu AgungPalembang Betung (KAPB) di Palembang Provinsi Sumatera Selatan, Juni 2019. Ariyadi, R. P., 2016, Box Culvert, [Online], Website : https://id.scribd.com/document/369149768/Makalah-Box-Culvert. [Diakses tanggal 11-04-2018]. Badan Pengatur Jalan Tol, 2018, Tujuan dan Manfaat, [Online], Website : http://bpjt.pu.go.id/ [Diakses tanggal 03-04-2018]. Bina Marga, 2009, Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol No.007/BM/2009, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta. Bisa, F., 2014, Pengertian dan Klasifikasi Timbunan, [Online], Website : https://www.kumpulengineer.com/2014/09/pengertian-danklasifikasitimbunan.html [Diakses tanggal 09-04-2018]. Caya, Y., 2016, Jurnal Infrastruktur Vol.1 No.02 Agustus 2016, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Jakarta. Jasa Marga, 1999, Pedoman Perencanaan Bangunan Fasilitas Tol, Divisi Perencana PT Jasa Marga, Jakarta. Pasaribu, A. P., 2009, Faktor Penyebab Terjadinya Klaim yang Mempengaruhi Kinerja Waktu Proyek Konstruksi Jalan Tol Di Jabodetabek, Tesis, Program Pascasarjana FT UI, Jakarta. Putri, A., 2016, Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang - Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri, Laporan Praktik Kerja, Teknik Sipil FT UKS, Semarang. Republik Indonesia, 2004, Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, Presiden Republik Indonesia, Jakarta. Republik Indonesia, 2005, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol, Presiden Republik Indonesia, Jakarta. 52 DOKUMENTASI PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK JALAN TOL KAPB SEKSI 1A Gambar 1 (Proses Perataan dan Pemadatan Tanah Timbunan) Gambar 2 (Proses Penghamparan Agregat Kelas B) 54 55 Gambar 3 (Proses Pemadatan Agregat Kelas A) Gambar 4 (Proses Pemadatan Lapisan AC-BC) 56 Gambar 5 (Proses Pengangkatan Box Culvert Precast) Gambar 6 (Proses Pemasangan Box Culvert Precast) 57 Gambar 7 (Proses Pengecoran Box Culvert Precast) Gambar 8 (Proses Pengecoran Wing Wall Box Culvert) 58 Gambar 9 (Proses Pembesian Box Culvert)

Gambar 10 (Proses Pemasangan Bekisting Box Culvert)