Kita mengenal Peribahasa malu bertanya sesat dijalan yang artinya

Umam 04 November 2018 (11:14) Literasi

Kita mengenal Peribahasa malu bertanya sesat dijalan yang artinya

Menurut Kamus peribahasa ada dua arti yang terkandung dari peribahasa tersebut yakni : Janganlah kita malu-malu menanyakan sesuatu kepada orang yang bijaksana dan Jika segan bertanya berarti kita akan rugi sendiri karena masalah yang dihadapi tidak ditemukan jalan keluarnya.

Bertanya itu Penting

Bertanya merupakan cara yang paling sederhana dan efektif untuk belajar .Para pemikir brilian tidak pernah berhenti bertanya, karena mereka tahu dengan bertanya mereka dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam dan detail.Eric Schmidt, CEO Google berkata,”Kami menjalankan perusahaan ini di atas pertanyaan-pertanyaan,bukan jawaban-jawaban.”Ia tahu bahwa bila anda terus bertanya,anda akan terus mendapatkan jawaban yang lebih baik.Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mendasar kita memulai proses yang pada akhirnya melahirkan terobosan-terobosan besar.

Para filsuf besar banyak menghabiskan usia mereka dengan merenung pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang arti hidup, moralitas, kebenaran dsb.Kita memang tak perlu menjadi sekontemplatif itu, tapi tak dapat dipungkiri bahwa kita juga perlu mengajukan berbagai pertanyaan mendalam tentang situasi yang sedang kita hadapi.Hal ini merupakan cara terbaik untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan-keputusan yang cerdas.

Jika kita tahu bahwa mengajukan pertanyaan merupakan cara belajar yang ampuh, mengapa kita malu bertanya dan berhenti mengajukan pertanyaan ?

Salam Literasi
Salam Katakan dengan Buku

(John Lobo : Guru SMA Negeri 2 Kota Mojokerto)

INFO PENDIDIKAN – Arti Peribahasa Malu Bertanya Sesat Di Jalan, Malu Berdayung Perahu Hanyut

Arti kata “peribahasa” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu atau ungkapan, kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku.

Arti Peribahasa Malu bertanya sesat di jalan, malu berdayung perahu hanyut

Segan/enggan untuk berusaha maka tidak akan memperoleh kemajuan/keuntungan/kesenangan.

Arti peribahasa malu bertanya sesat di jalan, malu berdayung perahu hanyut adalah segan/enggan untuk berusaha maka tidak akan memperoleh kemajuan/keuntungan/kesenangan.

Arti peribahasa lainnya :

Selain arti peribahasa malu bertanya sesat di jalan, malu berdayung perahu hanyut, berikut beberapa arti peribahasa lainnya yang mungkin menarik untuk diketahui:

Baca Juga : Arti Peribahasa Berpaut Sehasta Tali

Naik ke rumah bercuci kaki saja
Artinya : Kawin/menikah tanpa mengeluarkan biaya (atau hanya mengeluarkan biaya sedikit saja).

Kaki terdorong badan merasa, lidah terdorong emas padahnya
Artinya :

  1. Setiap janji harus ditepati
  2. berani berbuat sesuatu, berani menanggung akibatnya.

Sungguh pun batang merdeka, ingat pucuk akan terhempas
Artinya : Suatu pekerjaan sebaiknya jangan hanya diharapkan senangnya, tetapi juga kesusahannya, karena sewaktu-waktu itu bisa saja terjadi.

Ayam dapat, musang dapat
Artinya : Pencuri tertangkap, barang-barang yang dicuri pun didapatkan kembali.

Terdorong gajah karena besarnya
Artinya : Berbuat sesuatu yang kurang baik karena kekuasaannya

Tangan singkat hendak mengulur
Artinya : Ingin menolong tetapi tidak berdaya.

Berkepanjangan bagai agam
Artinya : Perbuatan atau perkataan yang tidak ada ujungnya.

Bagai si kudung panji berbelut
Artinya : Pekerjaan yang dilaksanakan tidak berdasarkan kemampuan akan sia-sia

Baca Juga : Arti Peribahasa Terkatung-katung Bagai Biduk Patah Kemudi

Bagai serdadu pulang baris
Artinya : Orang yang kelihatannya selalu bergaya, tetapi pekerjaannya berat dan berbahaya

Anak ayam kehilangan induk
Artinya : Ribut dan bercerai-berai karena kehilangan tumpuan

Besar pasak dari tiang
Artinya : Belanja lebih besar daripada pendapatan

Kerja sebarang hubah, kasih sebarang tempat
Artinya : Kerja apa pun disukai dan siapa pun dikasihi. (hubah = suka)

Setolok bagai gelang, setempa bagai cincin
Artinya : Perihal suami isteri yang sangat sepadan/cocok.

Seperti sembunyi puyuh, kepada tersorok, ekor kelihatan
Artinya : Orang yang memiliki suatu rahasia dan mengira rahasianya tersebut tidak diketahui oleh orang lain, padahal sebenarnya justru semua orang sudah mengetahuinya.

Malang Pak Kaduk, ayamnya menang kampung tergadai
Artinya : Orang yang benar-benar malang nasibnya, segala sesuatu yang dimilikinya habis tanpa sisa.

Seperti bertih direndang
Artinya : Berdetusan tidak henti-hentinya (bunyi senapan dan sebagainya)

Pucat seperti mayat
Artinya : Sangat pucat, pucat pasi

Menggali lubang menutup lubang
Artinya : Meminjam uang untuk membayar utang

Bacang dibungkus tentu baunya keluar juga
Artinya : Orang yang membuang anaknya sendiri karena takut malu dan sebagainya.

Ringan tulang, berat perut
Artinya : Siapa yang rajin bekerja, maka dia akan mendapatkan rezeki yang lebih.

Lihat juga :
1. Kumpulan Arti Peribahasa lainnya DI SINI
2. Tryout SKD CPNS 2021 (4000+ soal) DI SINI
3. Kamus Besar Bahasa Indonesia DI SINI

Demikian informasi “Arti Peribahasa Malu Bertanya Sesat Di Jalan, Malu Berdayung Perahu Hanyut”, semoga bermanfaat, silahkan Klik LIKE dan SHARE kepada teman-teman yang lain.

Tunjang Hari Raya dan Idul Fitri (hari raya keagamaan), ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.

Bahkan, ada aturan khusus yang menatanya. Adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) No. 6 Tahun 2016 tentang THR Keagamaan, regulasi dimaksud.

Namun, tulisan ini tak bakal mengulas tentang THR Keagamaan dalam Permenaker tersebut.

Tapi, THR dalam pengertian “Tanya Harus Rajin”.

Tanya atau bertanya berarti meminta keterangan (penjelasan dan sebagainya); meminta supaya diberi tahu (tentang sesuatu).

Dalam dunia jurnalistik, sinonimnya kata tanya atau bertanya ini adalah melakukan konfirmasi. Tujuannya supaya terkonfirmasi kebenarannya. Valid. Sahih. Tidak hoaks.

Salah satu peribahasa yang memuat kata tanya atau bertanya adalah “Malu bertanya, sesat di jalan”.

Makna peribahasa tersebut, “Jika segan bertanya berarti kita akan rugi sendiri karena persoalan yang dihadapi tidak ditemukan jalan keluarnya.”

Mengapa kita tak boleh malu bertanya?

Kata Socrates, filsuf dari Yunani (469 SM-399 SM), “Bertanya-tanya merupakan awal dari pengetahuan.”

“Ilmu itu didapat dari lidah yang gemar bertanya dan akal yang suka berpikir” begitu jelas Abdullah bin Abbas (619 M-687 M), sahabat dan juga sepupu Rasulullah SAW yang memiliki pengetahuan luas.

Ingin berpengetahuan luas?

Jika jawabnya ya, jangan malu untuk bertanya. Termasuk ketika dalam kesendirian.

Pasalnya, meskipun jutaan orang melihat jatuhnya apel, tetapi hanya Newton yang menanyakan mengapa.

Seandainya dia tak bertanya demikian, tentu bukan Newton yang menemukan Hukum Gravitasi.

Bertanya adalah tiket yang bisa dibawa kemana-mana, dan kapan saja. Karcis yang bisa digunakan dimana saja. Tiket yang bergaransi dapat menjadikan seseorang berpengetahuan luas.

Pastinya, tiket dimaksud tak boleh ditujukan pada rumput yang bergoyang. Atau pada hening dan kebisuan. Pada kelam pekat yang gelap hitam.

Tapi, -- meminjam jargon khasnya Pak Ndul – kepada ahlinya ahli, intinya inti, dan core of the core.

Suka akan berpengetahuan luas?

Bila jawabnya ya, maka mesti senang THR. Namun bukan suka minta THR dalam makna minta angpau; “THR untukku mana?”

Senang akan berpengetahuan luas?

Kalau jawabnya ya, jangan enggan ‘tuk bertanya. Tentu, bertanya dimaksud bukan hanya sekedar bertanya.

Sebab, “Sekedar Bertanya” adalah judul sebuah lagu ciptaan Ali Alatas, yang tak semua orang tahu liriknya, bisa melantunkannya.

Mau berpengetahuan luas?

Bila jawabnya ya, maka beranilah untuk bertanya. Jangan malas, karena ilmu dekat dengan orang yang tidak penakut untuk mencari tahu. Tidak jauh dari orang yang tak segan atau tidak enggan ‘tuk menjadi pandai atau cakap.

“Rajin pangkal pandai, malas pangkal bodoh” begitu ungkap sebuah peribahasa.

Sebuah peribahasa yang memang sangat teruji sekali kebenarannya. Tak pernah termakan waku. Tak lapuk oleh hujan, tak lekang oleh panas.

Yuk! Mari kita jadikan THR sebagai budaya dan kebutuhan yang terucap. Bukan sebatas hasrat. Tak cuma keinginan atau harapan yang kuat.

Tanya hatimu! #####