Khitan bayi perempuan umur berapa

Jakarta (ANTARA) - Di Indonesia, proses khitan atau sunat untuk anak laki-laki pada umumnya dilakukan sebelum akil balig. Namun, sebetulnya usia berapa yang paling tepat untuk mengajak anak melakukan prosesi khitan?

Baca juga: Teknologi sunat terbaru, prosesnya tiga menit

Dokter Spesialis Bedah Saraf dari Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Saraf sekaligus pendiri Rumah Sunat dr. Mahdian, dr. Mahdian Nur Nasution, Sp.BS mengatakan, sunat bisa dilakukan sejak anak masih bayi bila pertimbangannya murni soal medis.

"Yang terbaik saat bayi, kalau ada luka di sel-sel kulit bayi, akan cepat sekali kembali normal," kata dr. Mahdian di Rumah Sunat dr. Mahdian, Jakarta, Senin.

Selain itu, berdasarkan penelitian 40 persen anak menderita fimosis alias kelainan pada penis dimana kulup melekat, tak bisa ditarik ke belakang. Kelainan ini dapat menimbulkan demam hingga infeksi saluran kemih.

"Kalau dari bayi sudah disunat, risiko itu akan hilang," katanya.

Baca juga: Dokter Reisa ungkap mitos seputar sunat

Alasan lain menyunat anak sejak masih bayi adalah untuk menghindari trauma psikologi ketika anak merasakan pengalaman tak menyenangkan selama atau setelah dikhitan, seperti merasa sakit akibat luka khitan.

"Kalau disunat saat bayi, dia tidak akan ingat dan terbebas dari trauma psikologis ke depannya," tutur Mahdian.

Itulah mengapa, di negara-negara lain seperti Australia rata-rata proses khitan dilakukan saat bayi atau justru ketika seorang laki-laki sudah dewasa dan bisa memutuskan segala sesuatunya sendiri serta siap menanggung konsekuensinya.

Bila seseorang tak cuma mementingkan soal medis, tetapi juga faktor sosial, tak masalah bila menyunat anak sebelum akil balig, rata-rata ketika duduk di sekolah dasar. Pada umumnya, masih ada ada sebagian masyarakat yang mengadakan perayaan sunat dan menggelar pesta sebagai rasa syukur dan mengundang orang-orang terdekat.

"Ada untungnya sunat saat anak SD, karena habis disunat keluarga bisa kumpul-kumpul. Sebab masyarakat Indonesia kan seperti masyarakat Melayu yang memang senang berkumpul," tutup dia.

Baca juga: Hal yang perlu diketahui tentang sunat, metode dan kontrol setelahnya

Baca juga: Dokter : Sunat laser gunakan energi panas, bukan energi cahaya

Baca juga: Anak laki-laki sebaiknya disunat saat bayi

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © ANTARA 2022

Jakarta - Berbicara soal khitan, umumnya di umur 10-12 tahun anak laki-laki sudah siap untuk dikhitan alias disunat. Namun, ada pula yang takut disunat meski dinilai usianya sudah cukup.

Terkait hal ini, dr Arry Rodjani SpU menegaskan bahwa untuk waktu sunat anak sebenarnya tidak ada patokan khusus. Asalkan penis anak normal, tidak terlalu kecil atau mengalami masalah lain pada penis, anak bisa saja disunat, demikian dikatakan dr Arry saat berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Selasa (24/2/2015).

"Tidak ada udia idealnya. Umur berapapun bisa disunat, tergantung anak dan keluarganya. Saat anak dianggap sudah besar tapi masih takut disunat, bisa dibujuk. Atau bisa dibius umum supaya tidak nyeri saat dilakukan operasi. Kalau makin besar apakah lebih sulit atau mudah sebenarnya tidak ada masalah. Tapi kalau bayi kan bisa lebih mudah karena tidak banyak gerak," terang dr Arry.

Kondisinya pasti berbeda ketika anak disunat di atas usia 5 tahun karena ia lebih aktif dan umumnya akan lebih banyak yang memegangi karena si anak takut. Lalu, bagaimana dengan anak perempuan? Apakah ada sunat untuk anak perempuan?

Baca juga: Tak Mau Disunat, Ratusan Anak Perempuan di Tanzania Kabur dari Rumah

"Untuk anak perempuan, tidak ada sunat pada perempuan, hanya salah pengertian. Memang dilaksanakan pada beberapa negara, tapi tidak dianjurkan karena klitorisnya yang dipotong. dan dikhawatirkan akan berefek pada terganggunya aktivitas seksual atau justru tidak bisa merasakan kepuasan seksual," papar dr Arry.

Dokter yang praktik di RSCM dan RS Asri Jakarta ini berpesan agar orang tua lebih teliti dan jeli memilih prosedur sunat yang sesuai dengan kondisi anak, untuk menghindari risiko komplikasi. Ia menambahkan, sering ditawarkan teknik sunat yang bukan dilakukan oleh dokter menggunakan prosedur yang tidak memenuhi standar.

"Seperti menggunakan sordel (alat yang untuk memanaskan besi) atau dengan termal. Efeknya bisa bikin glans penis jadi ikut terbakar dan paling bahaya ya bisa putus. Hal ini sudah pernah terjadi pada beberapa pasien," kata dr Arry.

"Jangan main sembarangan sunat ke 'dokter'. Mereka mungkin bilangnya laser tapi kenyataannya bukan laser yang sesungguhnya dipakai sunat. jika tidak hati-hati, justru glans penis ikut terbakar dan seiring berjalannya waktu kalau makin parah bisa diamputasi, bahaya itu," pungkasnya.

Baca juga: Ini Komplikasi yang Terjadi Akibat Sunat pada Perempuan

(rdn/up)

Jika bayi perempuan disunat umur berapa?

Sunat biasanya dilakukan pada perempuan pada saat mereka masih bayi hingga umur 15 tahun, serta kadang-kadang pada wanita dewasa. Sunat pada anak laki-laki memang bisa memberi banyak manfaat kesehatan. Selain untuk menjaga alat kelamin tetap bersih, sunat bisa mengurangi risiko pria terkena berbagai penyakit.

Apakah bayi perempuan harus di khitan?

Tindakan sunat umum dilakukan pada anak laki-laki, namun ada kelompok masyarakat yang melakukan tindakan sunat pada bayi perempuan. Dari segi medis, tidak ada rekomendasi rutin untuk melakukan sunat pada bayi perempuan.

Apakah bayi perempuan harus disunat dalam Islam?

Tidak ada perintah yang tegas dalam al-Qur'anuntuk melakukan sunat, bagi perempuan. Demikian pula, tidak ada perintah agama agar organ vital perempuan, khususnya klitoris dipotong, dilukai atau dihilangkan.

Bagaimana cara khitan anak perempuan?

Khitan perempuan dilakukan cukup dengan hanya menghilangkan selaput (jaldah/colum/praeputium) yang menutupi klitoris. Khitan perempuan tidak boleh dilakukan secara berlebihan, seperti memotong atau melukai klitoris (insisi dan eksisi) yang mengakibatkan dlarar.