Kemunduran kesultanan aceh dipengaruhi beberapa faktor faktor yang paling

Kemunduran kesultanan aceh dipengaruhi beberapa faktor faktor yang paling
Nisan peninggalan Kerajaan Aceh (Foto: Kemendikbud)

Ami Heppy S Senin, 18 April 2022 - 15:15:00 WIB

JAKARTA, iNews.id – Kerajaan Aceh, sejarah, masa kejayaan, masa keruntuhan perlu kamu ketahui. Hal tersebut bertujuan menambah pengetahuan sejarah kamu tentang Aceh. 


Diketahui, Kerajaan Aceh merupakan kerajaan Islam yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada 1496 Masehi. 

Wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh meliputi Provinsi Aceh, Pesisir Sumatera Utara, dan Semenanjung Melayu. 
Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaan di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-1636).

 Perkembangan pesat yang dialami Kerajaan Aceh tidak lepas dari letaknya yang strategis, yakni berada dekat jalur pelayaran perdagangan internasional pada masa itu.

Ramainya aktivitas pelayaran perdagangan melalui bandar-bandar perdagangan Kerajaan Aceh pada masa itu juga mempengaruhi perkembangan kehidupan Kerajaan Aceh dalam segala bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya.

Sejarah

Menurut H.J. De Graaf, Kerajaan Aceh merupakan hasil penyatuan dari dua kerajaan kecil, yaitu Lamuri dan Aceh Darul Kamal yang awalnya tidak pernah rukun serta selalu bermusuhan.
Pada akhir abad ke-15, pusat Kerajaan Lamuri dipindahkan ke Mahkota Alam (sekarang Kuta Alam), karena adanya serangan dari Pidie. 

Sejak itu, Lamuri lebih dikenal sebagai Kerajaan Mahkota Alam, mengikuti nama ibu kotanya.

Dalam Hikayat Aceh, pertentangan antara Mahkota Alam dan Darul Kamal berakhir setelah Makota Alam yang saat itu dipimpin oleh Sultan Syamsu Syah menjodohkan putranya, Ali Mughayat Syah, dengan putri Raja Darul Kamal.
Kemudian diceritakan bahwa pasukan Mahkota Alam melakukan penyerangan terhadap Darul Kamal saat arak-arakan pengantaran mas kawin.

Akibatnya, para pembesar Darul Kamal termasuk Sultan Muzaffar Syah tewas terbunuh.

Setelahnya, Sultan Syamsu Syah menjadi penguasa atas dua kerajaan. Pada 1516, putranya, Ali Mughayat Syah, naik tahta dan memindahkan pusat kerajaannya ke Daruddunia (Banda Aceh sekarang). 

Semenjak itu, kedua kerajaan yang disatukan tersebut diberi nama Kerajaan Aceh Darussalam dengan pusat kerajaannya Banda Aceh Darussalam. 

Sultan Ali Mughayat Syah menjadi raja pertama Kerajaan Aceh Darussalam dan memerintah pada 1514-1528 M.
Di bawah kekuasaan Sultan Ali Mughayat Syah, Kerajaan Aceh berhasil melakukan perluasan wilayah ke beberapa daerah, antara lain Daya dan Pasai. Selain itu, kerajaan ini juga melakukan penyerangan terhadap bangsa Portugis di Malaka serta Kerajaan Aru.    

Masa Kejayaan

Kerajaan Aceh mengalami masa kejayaannya pada permulaan abad ke-17 dibawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607 M-1636 M). Di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh kemajuan di beberapa bidang, antara lain perdagangan.

Di bidang perdagangan, Kerajaan Aceh tumbuh menjadi kerajaan yang berkuasa atas perdagangan Islam, bahkan menjadi bandar transit yang dapat menghubungkan dengan pedagang islam di dunia barat. 

Selain bangsa Belanda dan Inggris, bangsa asing lainnya seperti Arab, Persia, Turki, India, Siam, Cina, Jepang, juga berdagang dengan Aceh.
Sultan Iskandar Muda juga meneruskan perjuangan Aceh dengan menyerang Portugis dan Kerajaan Johor di Semenanjung Malaya. Tujuannya adalah agar bisa menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka dan menguasai daerah penghasil lada.

Pada masa ini juga pengaruh agama dan kebudayaan Islam begitu besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh, sehingga daerah ini mendapat julukan ‘Seuramo Mekkah’ atau Serambi Mekkah. 

Sultan Iskandar Muda juga terbilang sukses dalam memperluas wilayah kekuasaan termasuk Semenanjung Malaya yaitu Johor, Perak, Melaka, Kedah, Patani, sampai sebagian besar Sumatera. Hal ini menjadikan wilayah Kerajaan Aceh Sangat luas di bawah pemerintahannya. 

Masa Keruntuhan

Kerajaan Aceh mulai mengalami kemunduran setelah Sultan Iskandar Muda wafat pada 1636.
Keruntuhan Kerajaan Aceh ini terutama dipengaruhi adanya perebutan kekuasaan. Sepeninggal Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Thani. 

Faktor lain yang menyebabkan keruntuhan Kerajaan Aceh adalah semakin menguatnya kekuasaan Belanda di Sumatera dan Selat Malaka. 
Pada masa pemerintahan raja terakhir Kerajaan Aceh, Belanda terus melancarkan perang terhadap Aceh. 

Belanda menyatakan perang terhadap Kerajaan Aceh pada 26 Maret 1873 setelah berbagai upaya ancaman diplomatik yang dilancarkannya gagal membuatnya menguasai Aceh.

Perang tersebut belangsung selama 40 tahun dan mengakibatkan berakhirnya Kesultanan Aceh.


Editor : Komaruddin Bagja

Kemunduran kesultanan aceh dipengaruhi beberapa faktor faktor yang paling

Penyebab Runtuhnya Kesultanan Aceh - Kesultanan Aceh Darussalam adalah kerajaan Islam yang pernah berdiri dan berkuasa di prov. Aceh, Indonesia. Kesultanan ini berlokasi di sisi utara pulau Sumatera yang ibu kotanya adalah Bandar Aceh. Sultan pertama kesultanan Aceh adalah sultan Ali Mughayat Syah yang mangkat pada hari Ahad, 1 Jumadil Awal 913 Hijriah atau pada tanggal 8 September 1507 Masehi.

Kesultanan Aceh dibangun oleh seorang sultan yakni sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496 yang sekaligus menjadi sultan pertama kerajaan Aceh. Pada tahun 1528, kemudian sultan Ali Mughayat Syah digantikan oleh putra pertamanya yang bernama Salahuddin dan berkuasa hingga tahun 1537, kemudian digantikan kembali oleh sultan Alauddin Riayat Syah AL-Kahar dan memegang tampuk kekuasaan hingga tahun 1571. 

Kesultanan Aceh kemudian mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan sultan Iskandar Muda yang berkuasa dari tahun 1607 hingga 1636. Di bawah kepemimpinan sultan Iskandar Muda kesultanan Aceh mengalami masa pengaruh atau ekspansi terluas, dimana Aceh mampu menaklukan Pahang yang merupakan kerajaan penghasil timah. 

Di masa kepemimpinan sultan Iskandar Muda kesultanan Aceh benar-benar berada pada puncak kejayaan. Akan tetapi, setelah wafatnya sultan Iskandar Muda pada tahun 1636, kesultanan Aceh seperti kehilangan jati diri dan banyak masalah-masalah internal kerajaan yang justru semakin membuat kerajaan ini mengalami kemunduran dan puncaknya terjadi keruntuhan. 

Pada postingan artikel kali ini, Abang Nji akan memberikan informasi kepada sahabat sekalian 7 Faktor Penyebab Runtuhnya Kesultanan Aceh Yang Harus Kamu Ketahui. 

Kemunduran kesultanan aceh dipengaruhi beberapa faktor faktor yang paling


1. Tidak Memiliki Raja Yang Dapat Memimpin Dengan Baik

Salah satu faktor yang paling penting dari berhasil atau tidaknya suatu kerajaan adalah pada kualitas pemimpinnya. Setelah meninggalnya sultan Iskandar Muda pada tahun 1636 M, kesultanan Aceh seolah-olah kehilangan sosok pemimpin yang mampu memimpin dan membawa Aceh pada masa-masa kejayaan seperti halnya sultan Iskandar Muda. 

Kemampuan kepemimpinan dari sultan-sultan setelah sultan Iskandar Muda dinilai tidak mampu membawa aceh tetap pada masa kejayaan dan bahkan terus mengalami kemunduran. Kemunduran dari kesultanan Aceh terus terjadi hingga naik tahtanya sultan Mahmudsyah yang masih sangat muda dan lemah dalam hal kepemimpinan. 

Setelah naik tahtanya sultan Mahmudsyah, serangkaian usaha terus dilakukan dengan diplomasi ke daerah Istanbul yang saat itu dipimpin oleh teuku Paya Bakong serta Habib Abdurrahman Az-Zahier dalam rangka melawan pengaruh atau ekspansi dari kerajaan Belanda tergolong gagal. Kemudian, setelah kembalinya Habib Abdurrahman Az-Zahier ke ibukota Banda Aceh, ia bersaing dengan seseorang yang berasal dari keturuna India yang bernama Teuku Panglima Maharaja Tibang Muhammad yang berniat untuk menancapkan pengaruh kekuasaannya pada kesultanan Aceh.

Para kaum Moderat banyak yang cenderung mendukung habib Abdurrahman Az-Zahier, akan tetapi dikarenakan sultan Mahmudsyah masih terlalu muda dan lemah dalam membaca situasi, ia membuat keputusan yang cukup membingungkan dimana ia lebih percaya dan mendukung panglima Tibang yang di curigai melaksanakan rencana persengkokolan atau kerja sama dengan kerajaan Belanda saat melaksanakan perundingan di Riau.

2. Perebutan Kekuasaan Tahta Kesultanan Aceh

Faktor lain yang menyebabkan runtuhnya kesultanan Aceh adalah adanya perebutan kekuasaan di para kalangan pewaris tahta dari kesultanan Aceh. Hal ini terbukti, dimana saat kemangkatan sultan Iskandar Tsanu sampai berbagai macam rangkaian peristiwa lainnya, diman para bangsawan menginginkan hilangnya kontrol ketat dari kekuasaan sultan dengan cara mengangkat janda dari sultan Iskandar Tsani menjadi sultanah. Adanya beberapa sumber yang menerangkan bahwa ketakutan akan ada kembali raja yang bersikap Tirani sehingga terjadilah pengangkatan sultanah ini. 

Sejak saat itu, para Uleebalang bebas dalam melaksankan transaksi perdagangan dengan pedagang asing tanpa harus melewati pelabuhan sultan di ibu kota kesultanan. Lada yang termasuk sebagai tanaman utama banyak dilakukan budidaya oleh masyarakat Aceh di seantero pesisir Aceh, dan hal ini menjadikan Aceh sebagai pemasok utama lada di dunia pada kisaran abad 19 akhir. Walaupun demikian, beberapa masyarakat Aceh khususnya dari kaum Wujudiyah masih menginginkan pemimpin Aceh adalah seorang lelaki yang bergelar sultan dan bukanlah seorang sultanah. 

Kaum tersebut mengatakan bahwa pewaris sah dari tahta kerajaan Aceh masih hidup dan menetap bersama kaum ini di daerah pedalaman Aceh. Hal ini, lantas menyebabkan perang saudara, dan menyebabkan ketidak tentraman, terbakarnya masjid raya Aceh dan bandar Aceh saat itu mengalami kekacauan yang luar biasa. 

Menanggapi kegaduhan ini, Kadhi Malikul Adil yang merupakan seorang mufti agung yang bernama teungku Syech Abdurrauf As-Sinkily melakukan berbagai upaya reformasi khususnya dalam hal pembagian wilayah kekuasaan dan akhirnya terbentuklah tiga sagoe. Dengan pecahnya daerah kekuasaan menjadi tiga membuat kekuasaan sultan maupun sultanah menjadi sangat lemah. dan hal inilah salah satu faktor penyebab runtuhnya kesultanan Aceh. 

3. Menguatnya Kekuasaan Asing
Menguatnya kekuasaan asing  di daerah Aceh juga menjadi faktor penting dibalik runtuhnya kesultanan Aceh. Kekuasaan Belanda pengaruhnya semakin kuat baik itu di daerah Sumatera maupun selat Malaka. Hal ini ditandai dengan takluknya daerah Siak, Tiku, Tapanuli, Mandaling, Deli, Minangkabau, Bengkulu serta Barus pada tahun 1840 ke dalam penguasaan penjajahan Belanda.

4. Banyak Kerajaan Kecil Yang Memisahkan Diri 
Melemahnya kekuasaan Aceh juga diakibatkan karena terjadinya banyak pemisahan diri oleh kerajaan-kerajaan Kecil yang pada mulanya adalah bagian dari kekuasaan kesultanan Aceh. Alasan mengapa kerajaan kecil itu memisahkan diri, adalah akibat dari kemunduran kesultanan Aceh sendiri. Nama kerajan-kerajaan yang memisahkan diri tersebut antara lain kerajaan Pajang, Johor, Siak, Perak dan juga Minangkabau.

5. Terjadinya Perang Saudara 
Banyak kerajaan-kerajaan terdahulu yang mengalami kemunduran bahkan keruntuhan dikarenakan adanya perang sesama anggota keluarga kerajaan, begitu juga halnya dengan kesultanan Aceh. Pertikaian di antara keluarga kerajaan dan juga bawahannya terus terjadi yang sangat berdampak negatif bagi kerajaan sendiri.Tujuan dari perebutan tersebut bukanlah untuk menjadikan kerajaan lebih baik, akan tetapi hanya untuk mendapatkan kekuasaan dan harta dari rakyat. 

Pada masa kepemimpinan sultan Alauddin Jauhar Alamsyah yang memimpin Aceh dari tahun 1795 hingga 1824, terdapat seorang keturunan sultan yang terbuang yang bernama Sayyid Husain mengklaim mahkota kesultanan dan menjadikan serta mengangkat anaknya menjadi sultan Saif Al-Alam. Hal ini membuat perang saudara semakin memanas, akan tetapi berkat bantuan Raffles dan Koh Lay Huan yang merupakan pedagang dari daerah Penang kedudukan Jauhar yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris, Prancis dan Spanyol hal tersebut dapat diatasi dan ditenangkan kembali. 

Tidak hanya kisah perang saudara di atas, perang saudara kembali terjadi, dimana terjadinya perebutan kekuasaan antara tuanku Sulaiman dengan sultan Tuanku Ibrahim yang kemudian diberikan gelar Sultan Mansur Syah yang memimpin kesultanan Aceh dari tahun 1857 hingga 1870 Masehi. 

6. Dilakukannya Penarikan Upeti
Sultan Mansur Syah yang berkuasa dari tahun 1857-1870 Masehi berusaha untuk memperkuat kekuasaan kesultanan Aceh. Ia pun berhasil mengalahkan raja-raja Lada dan diperintahkan untuk membayar upeti ke sultan, hal ini sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh sultan-sultan sebelumnya. 

Selain itu, untuk memperkuat pertahanan wilayah timur, sultan mengutus sebuah armada yakni pada tahun 1854 yang dikomandoi oleh Laksamana Tuanku Usen yang kekuatan armadanya kurang lebih 200 perahu. Kegiatan ekspedisi ini dilakukan untuk menegaskan kekuasaan dari kesultanan Aceh terhadap wilayah Serdang, Deli dan Langkat. Namun, kejadian yang tidak diinginkan pun terjadi dimana pada tahun 1865 kesultanan Aceh harus meninggalkan daerah tersebut karena berhasil ditaklukan di benteng Pulau Kampa.

7. Gagalnya Persekutuan Dengan Prancis
Selain dilakukannya penarikan upeti, sultan Mansur Syah juga berusaha melaksanakan persekutuan dengan pihak luar yang tujuannya untuk menahan agresi dari kerajaan Belanda. Salah satu upayanya adalah dikirimkannya utusan ke Instanbul untuk mempertegas status dari kesultanan Aceh yang merupakan negara vassal dari kesultanan Turki Utsmaniyah. Selain mengirim utusan, sultan juga mengirim bantuan dan sejumlah uang untuk Perang Krimea.

Dikarenakan diberikan bantuan, sultan Abdul Majid I dari kesultanan Turki kemudian membalas bantuan tersebut dengan mengirimkan beberapa alat perang untuk kesultanan Aceh. Selain dengan kerajaan Turki, sultan juga melakukan upaya membentuk aliansi dengan kerajaan Prancis yakni dengan mengirimkan sepucuk surat kepada raja Prancis yang saat itu dipimpin oleh Louis Philippe I dan juga presiden republik Prancis ke II pada tahun 1849. 

Akan tetapi, hal tersebut sama sekali tidak ditanggapi serius oleh Prancis. Hal ini bisa terjadi karena Prancis telah merasakan kemunduran dari kesultanan Aceh sehingga menganggap remeh ajakan aliansi dari kesultanan Aceh tersebut.

Itulah artikel tentang 7 Faktor Penyebab Runtuhnya Kesultanan Aceh Yang Harus Kamu Ketahui yang dapat Abang Nji informasikan kepada sahabta sekalian. Semoga dengan adanya artikel ini dapat menambah wawasan bagi sahabat-sahabat sekalian.

Semoga bermanfaat.