Penerjemah Alkitab bahasa Inggris dan Christian Martyr Show 1494 - 6 Oktober 1536Hampir 150 tahun setelah John Wycliffe menghasilkan terjemahan Alkitab bahasa Inggris pertama yang lengkap, William Tyndale mengikuti jejaknya di tanah. Namun, beberapa sejarawan Alkitab menyebut William Tyndale sebagai bapa yang benar dari Alkitab bahasa Inggris. Tyndale memiliki dua keunggulan. Meskipun naskah awal Wycliffe ditulis tangan, diproduksi dengan susah payah sebelum penemuan mesin cetak pada pertengahan tahun 1400-an, Alkitab Tyndale — Perjanjian Baru Inggris pertama — disalin oleh ribuan orang. Dan sementara terjemahan Wycliffe didasarkan pada Alkitab Latin, ambisi utama Tyndale dalam kehidupan adalah untuk memberikan penutur bahasa Inggris umum terjemahan berdasarkan bahasa Yunani dan Ibrani asli dari Alkitab. William Tyndale, Pembaru Bahasa InggrisTyndale hidup pada masa ketika hanya pendeta yang dianggap memenuhi syarat untuk membaca dan secara akurat menafsirkan Firman Tuhan. Alkitab masih merupakan "buku terlarang" oleh otoritas gereja di Eropa Barat. Tetapi tiba-tiba mesin cetak sekarang membuat distribusi Alkitab yang luas menjadi mungkin dan terjangkau. Dan para reformator yang berani, orang-orang seperti William Tyndale, bertekad untuk memungkinkan bagi pria dan wanita biasa untuk sepenuhnya mengeksplorasi Kitab Suci dalam bahasa mereka sendiri. Seperti Wycliffe, Tyndale mengejar ambisinya dengan risiko pribadi yang besar. Dia hidup dengan keyakinan yang didengarnya diungkapkan oleh profesor bahasa Yunani di Cambridge, Desiderius Erasmus, yang berkata, "Aku akan kepada Allah pembajak akan menyanyikan teks Kitab Suci di bajaknya, dan penenun di alat tenunnya dengan ini akan mengusir tediousness waktu. Saya ingin bahwa wayfaring dengan hobi ini akan mengusir keletihan perjalanannya. " Ketika seorang imam mengkritik ambisi hidup Tyndale, mengatakan, "Kita lebih baik tanpa hukum Tuhan daripada Paus." Tyndale menjawab, "Jika Tuhan menyelamatkan hidupku, selama bertahun-tahun, aku akan membuat seorang anak laki-laki yang menarik bajak itu akan tahu lebih banyak tentang Kitab Suci daripada yang engkau lakukan." Pada akhirnya, Tyndale membayar pengorbanan tertinggi untuk keyakinannya. Hari ini dia dianggap sebagai reformator paling penting dari gereja Inggris. William Tyndale, Penerjemah AlkitabKetika William Tyndale memulai pekerjaan penerjemahannya, Reformasi Bahasa Inggris berjalan dengan baik. Dengan Gereja Inggris dalam kekacauan dan dengan tegas menentang gerakan baru yang berani ini, Tyndale menyadari bahwa dia tidak berhasil mencapai tujuannya di Inggris. Jadi, pada 1524 Tyndale pergi ke Hamburg, Jerman, di mana reformasi Martin Luther mengubah bentuk Kekristenan di sana. Para sejarawan percaya Tyndale mengunjungi Luther di Wittenberg dan berkonsultasi dengan terjemahan Luther tentang Alkitab dalam bahasa Jerman. Pada tahun 1525, ketika tinggal di Wittenberg, Tyndale menyelesaikan terjemahannya tentang Perjanjian Baru dalam bahasa Inggris. Cetakan pertama Perjanjian Baru Inggris William Tyndale selesai pada 1526 di Worms, Jerman. Dari sana "edisi octavo" kecil diselundupkan ke Inggris dengan menyembunyikannya dalam barang dagangan, tong, bal kapas, dan karung tepung. Henry VIII menentang terjemahan dan pejabat gereja mengutuknya. Ribuan salinan disita oleh pihak berwenang dan dibakar di depan umum. Namun pertentangan hanya terbukti memicu momentum, dan permintaan untuk lebih banyak Alkitab di Inggris meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan. Di tahun-tahun mendatang, Tyndale, yang pernah menjadi perfeksionis, terus membuat revisi atas terjemahannya. Edisi 1534 di mana namanya muncul untuk pertama kalinya, dikatakan sebagai karya terbaiknya. Revisi akhir Tyndale selesai pada 1535. Sementara itu, Tyndale juga mulai menerjemahkan Perjanjian Lama dari bahasa Ibrani aslinya. Meskipun dia tidak dapat menyelesaikan terjemahannya dari seluruh Alkitab, tugas itu dipenuhi oleh pemecah tanah lainnya, Miles Coverdale. Pada bulan Mei 1535, Tyndale dikhianati oleh seorang teman dekat, Henry Phillips. Dia ditangkap oleh pejabat raja dan dipenjarakan di Vilvorde, dekat Brussels modern. Di sana dia diadili dan dihukum karena bidah dan pengkhianatan. Menderita dalam kondisi ekstrem sel penjaranya, Tyndale tetap fokus pada misinya. Dia meminta lampu, Alkitab Ibrani, kamus, dan mempelajari teks sehingga dia bisa melanjutkan pekerjaan penerjemahannya. Pada 6 Oktober 1536, setelah hampir 17 bulan di penjara, dia dicekik dan kemudian dibakar di tiang. Ketika dia meninggal, Tyndale berdoa, "Tuhan, bukalah mata raja Inggris." Tiga tahun kemudian, doa Tyndale dijawab ketika Raja Henry VIII menyetujui pencetakan versi resmi dari Alkitab berbahasa Inggris, Great Bible. William Tyndale, Brilian ScholarWilliam Tyndale lahir pada tahun 1494 di sebuah keluarga Welsh di Gloucestershire, Inggris. Ia belajar di Universitas Oxford dan menerima gelar master seni pada usia 21 tahun. Ia melanjutkan studinya di Cambridge di mana ia sangat dipengaruhi oleh profesor studi bahasa Yunani, Erasmus, yang merupakan orang pertama yang menghasilkan Perjanjian Baru Yunani. Kisah Tyndale sebagian besar tidak dikenal oleh orang Kristen saat ini, tetapi pengaruhnya pada terjemahan Alkitab bahasa Inggris lebih besar daripada siapa pun dalam sejarah. Keyakinannya bahwa Alkitab harus dalam bahasa lisan orang-orang mengatur nada karyanya dengan menghindari bahasa terlalu formal atau ilmiah. Demikian juga, karya Tyndale sangat memengaruhi bahasa Inggris secara umum. Shakespeare secara keliru menerima banyak pujian atas kontribusi Tyndale pada literatur. Dipanggil oleh beberapa "Arsitek Bahasa Inggris," Tyndale menciptakan banyak frasa dan ekspresi akrab yang kita kenal sekarang. "Lawan pertarungan iman yang baik," "lepaskan hantu," "roti harian," "Tuhan melarang," "kambing hitam," dan "penjaga saudara laki-lakiku" adalah contoh kecil dari konstruksi bahasa Tyndale yang terus hidup. Seorang teolog brilian dan ahli bahasa berbakat, Tyndale fasih dalam delapan bahasa, termasuk bahasa Ibrani, Yunani, dan Latin. Tanpa diragukan lagi, Tuhan telah melengkapi William Tyndale untuk misi yang akan dia penuhi dalam kehidupannya yang singkat tetapi berfokus pada laser. (Sumber: Bagaimana Kita Mendapat Alkitab oleh Neil R. Lightfoot; Asal Usul Alkitab oleh Philip Comfort; Sejarah Visual Alkitab Inggris oleh Donald L. Brake; Kisah Alkitab oleh Larry Stone; Bagaimana Kita Mendapat Alkitab oleh Clinton E. Arnold; Greatsite.com.) William Tyndale :
Sekarang kita sampai pada kisah tentang martir Allah, William Tyndale, yang pasti telah dipilih Allah untuk menggali akar dan fondasi pemerintahan paus. Akibatnya, pangeran besar kegelapan karena telah berbuat jahat terhadap Tyndale, tidak membiarkan sebuah batu tak terguling dalam usahanya untuk menjebak Tyndale, mengkhianatinya, dan mencabut nyawanya.
Ini adalah potret klasik William Tyndale yang diterima meskipun persis sama dengan potret yang dibuat oleh reformator John Knox beberapa tahun setelah kematian Tyndale. Buronan jarang dipotret dalam posisi duduk. Tyndale dilahirkan dekat perbatasan Wales pada tahun 1494. Ia dididik di Oxford dan Cambridge, serta segera memulai pekerjaannya seumur hidup menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris. Ketika ia meninggalkan Cambridge, ia menjadi kepala sekolah untuk anak-anak Master Welch ksatria Gloucestershire di Inggris. Master Welch menyajikan pesta makan malam yang terkenal sehingga sering dikunjungi oleh pejabat gereja yang terdidik dari kalangan atas. Oleh karena menjadi anggota keluarga itu, Tyndale ikut makan malam bersama mereka dan bergabung dalam diskusi ten tang orang-orang seperti Martin Luther, teolog Jerman, dan Desiderius Erasmus[1], sarjana Renaissance dari Be1anda, dan teolog Gereja Roma - dan mengambil bagian dalam diskusi mereka tentang kontroversi gereja dan pertanyaan-pertanyaan ten tang Alkitab. Oleh karena Tyndale berpendidikan tinggi dan te1ah menyerahkan dirinya untuk mempelajari firman Allah, ia tidak pernah ragu-ragu untuk memberikan penilaiannya tentang masalah-masalah Alkitab dengan kata-kata yang jelas dan sederhana. Ketika mereka tidak setuju dengannya, ia menunjukkan kepada mereka dalam Alkitab hal yang dikatakan Alkitab, bagaimana mereka salah dalam keyakinan dan doktrin mereka. Hal ini sering terjadi di rumah Welch, dan imam lokal segera menjadi khawatir dengan referensi Tyndale yang konstan pada Alkitab dan kritikannya terhadap doktrin mereka lalu mulai menaruh dendam secara diam-diam terhadapnya dalam hati mereka. Tidak berapa lama kemudian imam itu mengundang Master dan Lady Welch ke pesta tanpa Tyndale, dan segera mulai menguraikan doktrin mereka yang salah dengan bebas dan tanpa gangguan. Tidak diragukan lagi mereka merencanakan ini sebagai usaha untuk membuat Master Welch dan istrinya menentang Tyndale lalu mendukung doktrin mereka. Mereka hampir berhasil dalam hal ini sebab tidak lama setelah Master dan Lady Welch pulang ke rumah, mereka mulai berdebat dengan Tyndale tentang hal-hal yang dibicarakan imam-imam di pesta tadi. Tyndale menggunakan Alkitab dan mulai berdebat dengan mereka bagaimana hal-hal yang telah diberitahukan kepada mereka itu salah. Kemudian Lady Welch dengan cara yang agak menghina, berkata kepadanya, "Satu di antara doktor [ilmu ketuhanan] yang hadir di sana bisa membe1anjakan uangnya seratus pound jika ia mau; dan yang lain, dua ratus pound; dan yang lain, tiga ratus pound. Jadi, dengan alas an apa kami bisa memercayai kamu dan bukan mereka?"Tyndale melihat bahwa tidak ada gunanya baginya untuk menjawabnya, jadi sete1ah itu ia hanya sedikit berbicara tentang masalah-masalah itu. Namun, pada saat itu ia mengerjakan terjemahan buku Erasmus, The Manual of the Christian Knight, yang telah diterbitkan pada 1509, dan ia memberikan satu salinan terjemahannya kepada tuan dan nyonyanya lalu meminta kepada mereka untuk membacanya. Mereka membaca buku itu; dan sejak saat itu, hanya sedikit imam yang diundang ke rumah mereka untuk makan malam; dan ketika mereka diun dang mereka tidak diberi kesempatan untuk menguraikan doktrin Gereja Roma mereka dengan bebas. Ketika hal ini berlanjut dan imam itu menyadari bahwa pengaruh Tyndale yang makin besar di rumah Welch yang menjadi penyebab sikap mereka itu, mereka berkumpul dan berbicara menentang Tyndale di kedai minum atau tempat-tempat lainnya. Mereka mengatakan bahwa yang ia ajarkan itu sesat. Mereka juga menuduhnya di depan wakil uskup [sekretaris] dan beberapa pegawai uskup. Akibatnya, Wakil Uskup memerintahkan kepada imam-imam itu untuk muncuI di hadapannya dan memerintahkan Tyndale untuk hadir juga. Tyndale tidak ragu-ragu bahwa sesi itu dimaksudkan bukan untuk memanggil para pejabat gereja, me1ainkan untuk membuat tuduhan dan ancaman terhadapnya.Jadi, dalam perjalanan ia berdoa sungguh-sungguh dan dalam hati kepada Allah agar Dia memberikan kekuatan kepadanya untuk berdiri teguh dalam kebenaran firrnan-Nya. Ketika saatnya tiba untuk muncul di depan Wakil Uskup, ia diancam, dicaci-maki, dan dibicarakan seolah-olah ia adalah anjing. Banyak tuduhan yang diarahkan kepadanya, tetapi tidak seorang pun yang muncul ke depan untuk membuktikan tuduhan tersebut meskipun semua imam dari wilayah itu ada di sana. Jadi, Tyndale terlepas dari cengkeraman mereka lalu kembali ke Master Welch. Di dekat keluarga Welch tinggal seorang doktor ilmu ketuhanan dan mantan sekretaris uskup yang bersikap bersahabat kepada Tyndale se1ama beberapa saat. Tyndale mendatanginya dan menjelaskan banyak hal yang ia temukan dalam Alkitab yang bertentangan dengan doktrin paus dan yang menimbulkan masalah baginya dengan imam lokal dan uskup sebab ia tidak takut membuka hatinya kepada orang ini. Doktor itu berkata kepadanya, "Tidak tahukah kamu bahwa pemimpin Gereja Roma sesungguhnya adalah antikris yang dibicarakan Alkitab? Namun, berhati-hatilah dengan hal yang kamu katakan sebab jika seseorang menemukan kamu memiliki pendapat itu, itu akan mendatangkan risiko bagi jiwamu." Tidak lama sesudahnya, Tyndale berselisih dengan teolog tertentu tentang kebenaran Alkitab sampai orang itu meneriakkan kata-kata penghujatan ini karen a frustrasi, "Kami akan menjadi lebih baik tanpa hukum-hukum Allah daripada tanpa paus." Ketika Tyndale mendengar hal ini, semangat kesalehannya menyembur keluar dan ia menjawab, ''Aku menentang paus dan semua hukumnya! jika Allah memelihara hidupku, tidak sampai beberapa tahun aku akan membuat setiap anak yang bekerja di sawah dan membajak ladang mengetahui lebih banyak ayat Alkitab daripada paus!" Ketika waktu berlalu, imam-imam semakin mencerca Tyndale dan menuduhnya banyak hal, seraya mengatakan bahwa ia bidat. Tekanan serangan mereka menjadi begitu besar sehingga Tyndale menemui Master Welch dan berkata bahwa ia ingin meninggalkan pekerjaannya lalu pergi ke tempat lain. "Saya yakin,"katanya, "Saya tidak akan diizinkan untuk tinggal di sini lebih lama dan kamu tidak akan mampu melindungi saya meskipun saya tahu kamu akan berusaha melakukannya. Namun, hanya Allah yang tahu apa kesulitan yang akan kamu alami jika kamu tetap mempertahankan saya di sini, saya akan menyesal jika itu terjadi." Jadi, Tyndale pergi dengan berkat Master Welch, menuju London dan di sana menyampaikan khotbah untuk beberapa saat, seperti yang telah ia lakukan di negara itu.Tidak lama setelah ia tiba di London ia berpikir tentang Cuthbert Tonstal, yang pada saat itu menjadi Uskup London, dan terutama catatan Erasmus dalam bukunya saat ia memuji Tonstal karena pengetahuannya yang luas. Ia merasa bahwa ia akan sangat senang jika ia bisa bekerja untuk Tonstal. Tyndale menulis surat kepada Uskup kemudian pergi menemuinya, sambil membawa salinan orasi Isocartes, orator dan guru dari Atena, yang te1ah ia terjemahkan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Inggris, tetapi Uskup memberikan berbagai alas an mengapa ia tidak memiliki pekerjaan untuknya dan menyarankan agar ia mencari pekerjaan di tempat lain di London. Percaya bahwa Allah dalam hikmat- Nya telah menutup pintu karena alasan tertentu, Tyndale kemudian menemui Humphrey Mummuth, anggota dewan kota di London lalu meminta tolong kepadanya. Mummuth menerimanya di rumahnya, tempat ia tinggal se1ama sekitar setahun. Sementara ia ada di sana, Mummuth berkata, Tyndale hidup seperti seorang imam yang baik, be1ajar siang dan malam serta hanya makan makanan yang sederhana dan hanya minum satu gelas bir, pun mengenakan pakaian yang paling sederhana. Di penjara, Tyndale ditawari jabatan prokurator[2] untuk mewakilinya, dan advokator untuk berbicara baginya, tetapi kedua posisi itu ditolaknya seraya mengatakan bahwa ia akan berbicara bagi dirinya sendiri. Selama pemenjaraannya, Tyndale menyampaikan khotbah begitu banyak, dan bagus kepada sipir penjara, dan orang-orang yang datang untuk mengenalnya sehingga mereka melaporkan bahwa jika Tyndale bukan seorang Kristen yang baik mereka tidak memiliki cara untuk mengetahui siapa orang Kristen lain yang baik. Meskipun Tyndale menjawab pertanyaan para penyidik Inkuisisi dengan benar, dan dengan penggunaan penalaran yang baik, tidak ada alasan yang cukup baginya untuk menyelamatkan dirinya dari kebencian, dan tekad mereka untuk menghancurkannya, dan pekerjaannya. Meskipun ia tidak layak dihukum mati, ia dihukum dengan alasan keputusan yang dibuat oleh Kaisar Romawi yang Kudus Charles V pada Diet of Augsburg pada 1530 ketika Kaisar, dan Gereja Roma menolak posisi Protestan yang dipaparkan kepada sidang. Pad a tanggal 6 Oktober 1536, di kota Vilvorde di Belanda, William Tyndale, penerjemah Allah pertama yang menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Inggris, dibawa ke tempat eksekusi, diikat di tiang, dicekik oleh pelaksana hukuman gantung sampai mati kemudian dibakar karena melakukan pekerjaan Allah. Ketika ia bertemu Tuhan, Tyndale berseru dengan suara yang keras, "Tuhan! Buka mata raja Inggris!"
Kematian Willian Tyndale. Doktrin, dan kesalehan hidup Tyndale begitu kuat sehingga selama satu setengah tahun pemenjaraannya, dikatakan bahwa ia telah mempertobatkan sipir penjara, dan anak perempuannya, dan beberapa anggota keluarganya yang lain. Mengenai terjemahan Perjanjian Barunya karena musuh-musuhnya menemukan begitu banyak kesalahan dengan cara yang saling bertentangan dan menyatakan terjemahan itu penuh dengan kesalahan, William Tyndale menulis surat dari penjara kepada temannya, John Frith, ''Aku memanggil Allah untuk mencatat pada hari saat kita akan muncul di hadapan Tuhan Yesus, bahwa aku tidak pernah mengubah satu pun suku kata firman Allah bertentangan dengan hati nuraniku; juga aku tidak akan melakukannya hari ini jika semua yang ada di bumi, entah itu kehormatan, kesenangan, atau kekayaan diberikan kepadaku." John Frith :Setelah menyebutkan John Frith dalam kisah kita ten tang pekerjaan dan kemartiran John Tyndale, kita akan membicarakan beberapa hal tentangnya di sini. Master Frith adalah orang muda yang terkenal karena kesalehan, kecerdasan, dan pengetahuannya. Dalam dunia sekuler ia bisa mencapai pre stasi yang tinggi sesuai keinginannya, tetapi ia justru memilih untuk melayani gereja dan bekerja untuk kepentingan orang lain dan bukan untuk dirinya sendiri. Ia belajar di Cambridge dan di sana berkenalan dengan William Tyndale, yang menanamkan akar yang dalam ten tang Injil yang sejati dan kesalehan yang tulus dalam dirinya. Sekitar saat itu, Thomas Wolsey, kardinal York, membangun sekolah baru di Oxford. Wolsey diangkat menjadi wakil paus, agen langsung paus, bagi Inggris pada 1518, dan ini membuatnya menjadi imam yang paling berkuasa di Inggris. Ia juga seorang yang ambisius dan tamak, yang melakukan pekerjaan gereja hanya untuk dirinya sendiri, bukan untuk orang lain. Ia membiayai pembangunan sekolah barunya dengan me nutup sejumlah biara dan menggunakan uang yang dianggarkan untuk biara itu; ia juga membangun istana untuk dirinya sendiri di Hampton Court di sisi kiri Sungai Thames, tepat 22,5 km di sebelah atas pus at kota London. Dari 1513 sampai 1529 ia menjadi penasihat utama Henry VIII, tetapi ia kehilangan perkenan raja ketika ia gagal mendapatkan persetujuan Paus atas perceraian Henry dengan Catherine dari Aragon. Untuk sekolah barunya, Wolsey mengumpulkan perabot yang terbaik dari institusi gereja di se1uruh Inggris dan mendapatkan profesor yang terbaik yang tersedia. Di antara mereka terdapat John Frith. Pertama-tama Wolsey sangat senang dengan para profesornya dan tingkat pendidikan yang mereka hasilkan untuk sekolahnya, tetapi kemudian ia mengetahui bahwa banyak di antara mereka mengadakan pertemuan untuk membahas penyelewengan Gereja Roma, jadi ia menyuruh mereka ditangkap dengan tuduhan bidat dan dipenjarakan. Secara alamiah, John Frith termasuk di dalamnya. Tidak lama sete1ah penangkapannya, Frith dilepaskan dari penjara dengan syarat bahwa ia tinggal dalam jarak 16 km dari Oxford. Namun, daripada tinggal di sekitar penjara, Frith segera meninggalkan Inggris, lalu pergi ke Eropa. Ia pergi ke Jerman dan bertemu dengan William Tyndale dan tokoh lainnya yang juga telah meninggalkan Inggris untuk melepaskan diri dari eksekusi. Ia tinggal jauh dari Inggris selama dua tahun kemudian dengan diam-diam masuk kembali ke negara itu. Dengan menggunakan baju yang jelek sebagai penyamaran, Frith pergi ke Reading, tepat di sebe1ah barat London untuk menemui kepala biara. Namun, di Reading ia ditangkap sebagai pengembara - seorang tuna wisma - dan dimasukkan ke penjara khusus sampai ia bisa dikenali. Tahanan semacam itu jarang diberi makan dan ketika Frith jatuh sakit karena kelaparan, ia memohon untuk bertemu dengan kepala sekolah lokal, Leonard Cox. Ketika Cox tiba, Frith berbicara kepadanya dalam bahasa Latin dan mengeluh tentang pengurungannya. Mereka juga berbicara satu dengan yang lain dalam bahasa Latin. Ketika mereka selesai, Cox pergi ke petugas Reading dan memberi tahu mereka bahwa seorang mud a yang berpendidikan tinggi dan sangat berbakat seharusnya tidak dimasukkan ke penjara semacam itu. Frith segera dilepaskan. Namun, kebebasannya hanya berlangsung singkat karena Sir Thomas More, yang pada saat itu menjadi duta Inggris, telah menawarkan hadiah untuk penangkapannya dan telah mencari-carinya di seluruh Inggris. Frith terus-menerus menyamar dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi ia akhirnya ditangkap dan dipenjarakan di Menara London. [Ironisnya, pada 1534, Thomas More, yang bertanggung jawab atas penangkapan dan pembakaran banyak orang dengan tuduhan bidat, dipenjarakan di Menara London yang sama karena menolak untuk mengakui Raja Henry VIII sebagai kepala Gereja Inggris yang tertinggi. More dianggap bersalah karena pengkhianatan dan dipenggal kepalanya pada tanggal 6 juli 1535. Pada 1535 Gereja Roma menyatakan More sebagai orang kudus dan menjadikannya orang kudus.] Setelah beberapa saat, Frith muncul di depan Uskup Agung Canterbury kemudian Uskup Winchester, untuk memberikan pembelaan terhadap tuduhan sebagai bidat. Ia juga muncul di depan sidang uskup London. Ia diperiksa dalam dua masalah kesesatan: api penyucian, substansi roti, dan anggur komuni. Tidak secara kebetulan, ia dan Thomas More telah berhubungan selama beberapa kali sementara ia ada di penjara, dan membahas hal-hal yang sarna ini dalam surat-surat mereka. Selama pemeriksaannya di depan Uskup, Frith menyatakan bahwa ia tidak bisa menyetujui mereka dalam masalah artikel iman yang harus ia percayai, apa pun risiko hukumannya, yaitu ketika imam berdoa selama kebaktian, substansi roti, dan anggur diubah menjadi tubuh dan darah juruselamat kita Yesus Kristus secara aktual meskipun penampilannya tetap sarna. Dan meskipun itu memang sedemikian meskipun itu tidak ia percaya, itu seharusnya tidak merupakan artikel iman. Namun, seperti biasanya dalam tuduhan kebidatan di depan Inkuisisi, tidak ada pembelaan yang masuk akal yang bisa mengubah keputusan hukuman yang sudah diputuskan sebelumnya. Demikianlah John Frith dibawa kembali ke depan para uskup pada tanggal 20 Juni 1533; dan di sana dijatuhi hukuman mati dengan cara dibakar. Pada tanggal 4 Juli ia dibawa ke tempat eksekusi, tempat upacara yang khidmat, sermo generalis, pertama diadakan kemudian kayu bakar dinyalakan di sekeliling dirinya dan beberapa orang lain yang juga dibakar dengan tuduhan bidat. Andrew Hewet dibakar di sebelah Frith dan angin yang kuat pada hari itu bertiup dari tiang Frith menuju Hewet sehingga api tersebut membakar Hewet lebih cepat dan membuat Frith terbakar lebih perlahan. Meskipun penderitaannya diperlama, Frith tampak bahagia sehingga memperpendek penderitaan temannya sesama martir. Andrew Hewet :Andrew Hewet adalah penjahit ahli berusia 24 tahun ketika ia menjadi martir bersama John Frith. Ketika ia sedang berjalan di Fleet Street pada hari suci, ke arah St. Dunstan's, ia kebetulan bertemu seorang pembohong yang terkenal, William Holt, yang setelah percakapan beberapa menit dengannya memutuskan bahwa Hewet percaya terhadap doktrin Reformasi. Holt segera melaporkan orang yang ia curigai itu kepada petugas yang mencari Hewet dan menemukan ia di toko buku laris yang ia datangi untuk membeli buku. Mereka menangkap Hewet dan memasukkannya ke penjara. Pada saat pemeriksaan di depan Wakil Uskup London dan sidang uskup, Hewet dituduh tidak percaya bahwa roti komuni berubah menjadi tubuh Kristus secara aktual setelah imam Roma mendoakannya. Hewet setuju bahwa ia tidak memercayainya. Ketika ditanya apa yang ia percayai, Hewet menjawab, "Saya percaya seperti apa yang dipercayai John Frith." Prosekutor bertanya sekali lagi, ''Apakah kamu percaya bahwa roti yang dikuduskan itu merupakan tubuh aktual Kristus, yang dilahirkan dari Perawan Maria?" Hewet menjawab, "Tidak, aku tidak percaya." Prosekutor ingin mengetahui mengapa ia tidak memercayainya. Hewet menjawab, "Yesus sendiri berkata, "Jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau: Lihat, Mesias ada di sana,jangan kamu percaya. Sebab mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul."(Markus 13:21-22.) Banyak Uskup yang tersenyum mengejeknya seolah-olah ia adalah anak yang bodoh kemudian Stokesley, Uskup London berkata, "Frith adalah bidat dan telah ditentukan untuk dihukum bakar. jika kamu tidak mencabut pendapatmu, kamu akan dibakar bersamanya." Hewet menjawab, "Sesungguhnya, saya puas dengan itu." Ia sekali lagi ditanya apakah ia mau mencabut pendapatnya atau tidak, tetapi Hewet berkata bahwa ia akan melakukan hal yang dilakukan Frith. Jadi, ia dibawa ke tempat John Frith berada dan dibakar di tiang di sebelahnya. ------- [1] Erasmus, Desiderius, (1446-1536) Sarjana Renaissance Belanda dan teolog Gereja Roma yang berusaha menghidupkan kembali teks-teks klasik zaman kuno, memulihkan iman Kristen yang sederhana dan didasarkan pada Alkitab, dan menghilangkan hal-hal yang tidak pantas dalam Gereja Roma abad pertengahan. Karyanya mencakup The Manual of The Christiab Knight, yang diterbitkan pada 1503, dan The Praise of Folly yang diterbitkan pada 1509. [2] Prokurator, Orang yg diberi hak untuk mengelola masalah orang lain, agen pegawai kekaisaran Romawi dalam amsalah sipil; terutama dalam bidang finansial dan pajak, dalam mengelola negara-negara bagian kekaisaran dan harta miliknya dan dalam mengatur provinsi kecil. Disalin dari :John Foxe, Foxe's Book of Martyrs, Kisah Para Martir tahun 35-2001, Andi, 2001. http://www.hrionline.ac.uk/johnfoxe/intro.html Online Version : http://www.ccel.org/f/foxe/martyrs/home.html Atau di http://www.the-tribulation-network.com/ ... rs_toc.htm |