Jelaskan prinsip kerja pembangkit listrik tenaga sampah

Persoalan sampah menjadi pekerjaan rumah yang tiada habisnya. Segala cara sudah dilakukan untuk dapat mengurangi produksi sampah yang dihasilkan baik per rumah tangga hingga kota-kota besar. Tahukah kamu, kini sampah dapat dijadikan bahan bakar pembangkit listrik? Ya! Akhirnya rencana pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di tanah air tidak lagi menjadi wacana. Dari total 12 pembangkit listrik tenaga sampah yang dipersiapkan di sejumlah kota besar, 4 di antaranya sudah siap beroperasi yakni PLTSa DKI Jakarta, PLTSa Bekasi, PLTSa Solo, dan PLTSa Surabaya. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah mendapat respon positif mulai dari aktivis lingkungan hingga investor.

Sumber: Pemkab Bandung

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di DKI Jakarta

DKI Jakarta menghasilkan 7700 ton sampah per harinya, dan 250 ton sampah diangkut dari badan air (sumber: pemprov DKI Jakarta). Sehingga PLTSa DKI Jakarta diperkirakan memiliki potensi daya sebesar 35 MW. PLTSa merupakan solusi dari kurangnya pengadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) karena tidak semua kota memiliki TPA yang berakibat pada penumpukan sampah pada TPA dan tercecernya sampah di bantaran sungai.

Keunggulan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

Selama ini, pengurangan limbah sampah sudah digalakkan dengan kampanye reduce, reuse dan recycle. 3R memang terbukti memberikan dampak yang sangat signifikan, namun membutuhkan waktu yang lama karena harus merubah kebiasaan atau gaya hidup manusia. Apalagi jumlah warga Indonesia yang sangat banyak ini, proses edukasi dan perubahan gaya hidup pasti sangat memakan waktu sedangkan dampak yang ditimbulkan dari sampah terus mengganggu. Kita seperti berlomba dengan waktu untuk memperkecil dampak dari sampah dan pengolahan yang tidak maksimal. Keuntungan yang di dapat dari Pembangkit Listrik Tenaga Sampah yaitu, PLTSa mengurangi ketergantungan kita terhadap bahan bakar fosil. Selain itu dengan adanya PLTSa kita telah mengolah limbah dan memanfaatkannya sebagai sumber daya energi terbarukan. PLTSa juga mengurangi kebutuhan lahan karena olahannya tidak menghasilkan residu sampah apalagi emisi udara.

Catatan Penting PLTSa

Meskipun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah menjadi solusi yang efektif dalam mengolah sampah dan ketergantungan terhadap energi fosil, penggunaan insenerator pada PLTSa mendapat catatan, yaitu sampah plastik yang dijadikan listrik akan mengeluarkan karbon. Asap ini akan menjadi polusi, solusinya yaitu sampah plastik dapat dijadikan biji plastik lebih dahulu. Insenerator juga perlu dimodifikasi agar memperkecil polusi yang ditimbulkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memutar asap yang melekat di membrane ke dalam air, namun air tersebut pun masih harus difiltrasi kembali sebelum dilepas ke lingkungan. Pengerjaan ini harus dilakukan dengan disiplin dan pengawasan yang ketat, hal ini karena pembakaran plastik yang dilakukan di PLTSa apabila tidak melalui proses filtrasi, dan langsung dilepas ke lingkungan tentu sangat berbahaya. Pembakaran plastik menghasilkan senyawa beracun seperti dioksin dan furan. Senyawa ini sangat membahayakan lingkungan, manusia dan organisme lainnya. Salah satu dampaknya yaitu mengganggu kesehatan pernapasan. Dioksin juga bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) apabila terus terakumulasi di dalam tubuh.

Itulah sebabnya pengolahan sampah menjadi energi listrik melalui PLTSa tidak boleh berhenti di situ saja. Perlu penanganan serius terhadap sisa pembakaran yang mengandung limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

Universal Eco melayani pengelolaan limbah secara bertanggung jawab dengan teknologi ramah lingkungan. Kami memastikan limbah dikelola dengan prinsip penggunaan terbaik selanjutnya atau ‘Next Best Use’ untuk mengurangi timbunan di TPA. Termasuk juga untuk pengolahan sampah plastik. Dengan bekerjasama dengan Universal Eco, Anda juga mengurangi resiko penyalahgunaan atas kemasan produk dan menjaga lingkungan kita dari pencemaran limbah plastik dan kemasan.

Prinsip kerja pembangkit listrik tenaga biomassa sampai menghasilkan listrik adalah sebagai berikut:

Pertama sampah kayu, cabang-cabang pohon, dan limbah-limbah lain dari rumah, ladang, dan pabrik dikumpulkan dan dibawa ke pusat pembangkit listrik tenaga biomassa. Di sini biomassa dituang ke wadah berkapasitas besar, kemudian dimasukkan ke dalam sebuah tungku untuk dibakar. Panas hasil pembakaan biomassa digunakan untuk mendidihkan air dalam ketel (boiler), dan energi uapnya digunakan untuk memutar turbin-generator sehingga dihasilkan energi listrik. 

Jakarta, Itech– Menristek/Kepala BRIN, Bambang PS Brodjonegoro meninjau Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Merah Putih di Bantar Gebang, Kota Bekasi pada Rabu (3/3). PLTSa Merah Putih diharapkan dapat memecahkan permasalahan pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, yang merupakan tempat pembuangan akhir untuk DKI Jakarta dan Kota Bekasi.

PLTSa Merah Putih merupakan pilot project hasil kerjasama Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta//jakarta.go.id/ dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sejak MoU pada tahun 2017. Menristek mengapresiasi upaya Pemprov DKI Jakarta yang telah melakukan kerja sama dengan BPPT dalam menanggulangi tumpukan sampah yang ada di Bantar Gebang.

“Hal ini sesuai dengan konsep kita dalam mengatasi dan mitigasi perubahan iklim. Pengolahan sampah menjadi energi listrik bisa dikategorikan sebagai ekonomi sirkular, yaitu proses produksi yang tidak pernah berhenti dan berupaya menghasilkan zero waste. Dulu sampah hanya menjadi sampah saja atau waste to waste, sekarang sampah juga dapat menjadi energi atau waste to energy,” jelas Menristek.

Hal ini merupakan contoh baik dari sinergi triple helix antara pemerintah, akademisi, dan industri dalam menghasilkan inovasi untuk menjawab masalah bangsa. Ke depan Kemenristek/BRIN dan BPPT berusaha untuk dapat membuat lebih banyak PLTSa di berbagai daerah di Indonesia untuk mengurangi masalah sampah yang ada. Menteri Bambang berharap semua pihak dapat bekerja sama untuk menanggulangi permasalahan sampah ini.

Cara kerja PLTSa adalah dengan membawa panas pada gas buang hasil pembakaran sampah yang kemudian digunakan untuk mengonversi air dalam boiler menjadi steam. Steam yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin yang selanjutnya akan menghasilkan energi listrik.

Sebagian besar peralatan yang digunakan merupakan produksi dalam negeri. Dimana terdiri dari empat peralatan utama yaitu bunker yang terbuat dari concrete dilengkapi dengan platform dan crane; ruang bakar yang dilengkapi boiler system reciprocating grate yang didesain dapat membakar sampah dengan suhu di atas 9.500°C sehingga meminimalisir munculnya gas buang yang mencemari lingkungan; sistem pengendali polusi, dan unit steam turbin pembangkit listrik.

Dengan kapasitas 100 ton sampah per hari PLTSa Bantar Gebang dapat menghasilkan energi listrik sebesar 731,1 kWh. Sejak Februari hingga Oktober 2020, PLTSa Bantar Gebang telah membakar sebanyak 8.190 ton sampah dan telah menghasilkan energi listrik sebanyak 583,95 MWh atau sekitar 110 kWh per ton sampah.

Pupuk Biokonversi

Pada kunjungan kerja tersebut, Menristek juga meninjau fasilitas produksi milik PT Bio Konversi Indonesia (PT BKI), yang merupakan produsen dari pupuk hayati/organik cair Biokonversi dan Bionature, berlokasi di Desa Cikiwul, Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi.

PT BKI merupakan produsen pupuk organik hayati cair dengan merk dagang “Biokonversi” yang telah mengolah 150 ton sampah setiap harinya dan telah menyerap 150 tenaga kerja lokal. Formula dan teknologi produksi pupuk organik hayati cair PT BKI merupakan hasil riset dan pengembangan dari anak bangsa yang peduli akan kesejahteraan petani, masalah sampah di perkotaan dan kelestarian lingkungan. Melalui inovasi ini sampah organik perkotaan diubah menjadi pupuk organik ramah lingkungan dalam skala ekonomi yang cukup besar.

“Kita mendukung inovasi ini karena bagi saya ini adalah inovasi ekonomi sirkular, yang melahirkan alternatif kebutuhan pupuk di Indonesia, kita adalah negara yang perlu mengoptimalkan sektor pertaniannya. Di sisi lain berbicara konteks yang lebih besar yaitu harga, yang memungkinkan untuk mengurangi subsidi pupuk selama ini, meskipun harga berkurang bukan berarti kualitas juga berkurang jadi harus sama bahkan lebih baik,” ujar Menristek.

Teknologi produksi pupuk Biokonversi telah dipatenkan pada Ditjen HAKI Kementerian KUMHAM RI, dan telah mendapat pengakuan mutu baik dari lembaga sertifikasi organik lokal (LESOS), maupun internasional yaitu Control Union di Belanda. Pupuk organik hayati cair Biokonversi telah digunakan di lebih 23 provinsi di Indonesia, dan telah diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman.

Menurut Menristek, inovasi ini dapat menjadi dukungan akan salah satu program Prioritas Riset Nasional (PRN) Kemenristek/BRIN yaitu ketahanan pangan. Penggunaan pupuk hayati berperan besar untuk menghasilkan tanaman yang subur dan sumber makanan bergizi, yang nantinya diharapkan dapat berkontribusi menanggulangi masalah stunting atau kekurangan asupan gizi. (red)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA