Cari soal sekolah lainnya
KOMPAS.com - Persatuan dan kesatuan merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa menjadi kewajiban seluruh rakyat Indonesia, karena Indonesia terkenal sebagai negara yang memiliki beragam kebudayaan. Suku, agama, dan ras yang ada di Indonesia sangat banyak dan harus dijaga keserasiannya. Hal ini untuk menghindari perpecahan antara warga Negara Indonesia. Persatuan dan kesatuan dilambangkan dengan semboyan Bersatu Kita Teguh. Dalam buku Kronik Revolusi Indonesia: 1945 (1999) karya Pramoedya Ananta Toer, artinya menyatunya berbagai unsur dan perbedaan yang ada menjadi suatu kesatuan yang utuh dan serasi. Baca juga: Makna Bersatu Kita Teguh Dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, berikut beberapa contoh sikap yang mencerminkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: Menghormati budaya lain mencerminkan sikap persatuan karena saling menghormati antara buidaya satu dengan yang lain, terlebih lagi kebudayaan di Indonesia sangat beragam. Jika seseorang merasa nyaman di lingkungannya, maka akan mudah untuk bekerja sama dan bersatu. Saling membantu mencerminkan persatuan dan kesatuan karena dengan saling membantu kerukunan dan kebersamaan tetap terjaga. Hal yang bisa dilakukan seperti gotong-royong. Suatu pekerjaan akan cepat selesai dan lebih efektif serta efisien jika dilakukan bersama-sama. Baca juga: 5 Makna Lambang Pancasila Sikap tidak sombong dan tidak acuh mencerminkan pesatuan dan kesatuan karena dengan sikap tersebut akan menyatukan kita dengan teman-teman, baik di rumah maupun di sekolah. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah mau membantu teman yang tidak mengerti materi pelajaran. Sehingga teman tersebut menjadi paham. Sikap tidak sombong dan peduli ini sangat baik dilakukan. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Cari soal sekolah lainnya
GridKids.id - Kids, pada artikel sebelumnya kita telah mempelajari mengenai persatuan dan kesatuan. Nah, di sini kita akan mencari tahu apa saja akibat dari enggak adanya persatuan dan kesatuan di lingkungan sekolah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), persatuan adalah gabungan atau ikatan, kumpulan, dan sebagainya dari beberapa bagian yang sudah bersatu. Sementara kesatuan ialah perihal satu atau keeasaan. Persatuan dan kesatuan perlu dilakukan agar menciptakan lingkungan yang damai dan tentram. Sikap yang mencerminkan persatuan dan kesatuan bisa diterapkan di berbagai lingkungan, termasuk sekolah, Kids. Sikap persatuan dan kesatuan di lingkungan sekolah bisa bermanfaat untuk siswa. Enggak hanya membangun karakter generasi muda namun juga meningkatkan kerja sama di sekolah. Jika sikap persatuan dan kesatuan di lingkungan sekolah enggak diterapkan maka akan menyebabkan dampak negatif. Baca Juga: Makna Penting Persatuan dan Kesatuan, Jawaban Materi Kelas 5 SD Tema 9 Yuk, kita cari tahu bersama-sama mengenai akibat dari enggak adanya persatuan dan kesatuan di lingkungan sekolah, ya! Akibat dari Tidak Adanya Persatuan dan Kesatuan di Lingkungan Sekolah Berikut ini adalah beberapa akibat dari enggak adanya persatuan dan kesatuan di lingkungan sekolah, yaitu: 1. Membeda-bedakan Teman
Persatuan berarti enggak membeda-bedakan suku, ras, dan agama. Tanpa adanya rasa persatuan dan kesatuan maka siswa bisa memilih-milih teman berdasarkan suku, agama, dan ras. Nah, hal ini bukan merupakan sikap terpuji dan bisa bertentangan dengan Pancasila sila ketiga. 2. Terjadi Tawuran Tawuran biasanya berawal dari mengolok-olok teman. Akibat dari hal ini bisa berlanjut menjadi pertikaian fisik. Baca Juga: Jawaban Materi Kelas 5 SD Tema 9: Contoh 6 Perilaku yang Tidak Mencerminkan Persatuan dan Kesatuan Pertikaian fisik menjadi semakin serius dan bisa membuat orang lain turun merasa terluka. Tawuran bisa terjadi antarsekolah. Tawuran menandakan enggak adanya persatuan dan kesatuan. 3. Sombong dan Enggak Peduli dengan Teman Rasa sombong timbul karena adanya rasa bangga pada diri sendiri yang berlebihan, Kids. Rasa sombong bisa membuat ita terpisah dari teman di kelas. Rasa sombong juga membuat hubungan dengan teman sekolah menjadi renggang. Sehingga rasa sombong menjadikan kita enggak peduli dengan sesama teman dan menyebabkan enggak ada rasa persatuan dan kesatuan dalam lingkungan sekolah. 4. Mengolok-olok Teman Mengejek atau mengolok-olok teman merupakan perbuatan yang enggak terpuji. Baca Juga: Jawaban Materi Kelas 5 SD Tema 9: Contoh Perilaku yang Mencerminkan Persatuan dan Kesatuan Ini dikarenakan, mengolok-olok akan melukai perasaan dan hati teman sekolah. Mengolok-olok teman menandakan enggak adanya rasa persatuan dan kesatuan yang tercermin dari seorang peserta didik, Kids. Itulah informasi mengenai akibat dari enggak adanya persatuan dan kesatuan di lingkungan sekolah, materi kelas 5 SD tema 9.
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Bullying berasal dari kata Bully, yaitu suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya “ancaman” yang dilakukan seseorang terhadap orang lain (yang umumnya lebih lemah atau “rendah” dari pelaku), yang menimbulkan gangguan psikis bagi korbannya (korban disebut bully boy atau bully girl) berupa stress (yang muncul dalam bentuk gangguan fisik atau psikis, atau keduanya; misalnya susah makan, sakit fisik, ketakutan, rendah diri, depresi, cemas, dan lainnya). Apalagi Bully biasanya berlangsung dalam waktu yang lama (tahunan) sehingga sangat mungkin mempengaruhi korban secara psikis. Sebenarnya selain perasaan-perasaan di atas, seorang korban Bully juga merasa marah dan kesal dengan kejadian yang menimpa mereka. Ada juga perasaan marah, malu dan kecewa pada diri sendiri karena “membiarkan” kejadian tersebut mereka alami. Namun mereka tak kuasa “menyelesaikan” hal tersebut, termasuk tidak berani untuk melaporkan pelaku pada orang dewasa karena takut dicap penakut, tukang ngadu, atau bahkan disalahkan. Dengan penekanan bahwa bully dilakukan oleh anak usia sekolah, perlu dicatat bahwa salah satu karakteristik anak usia sekolah adalah adanya egosentrisme (segala sesuatu terpusat pada dirinya) yang masih dominan. Sehingga ketika suatu kejadian menimpa dirinya, anak masih menganggap bahwa semua itu adalah karena dirinya. Riduan Siswa T.K.J SMKN1 Banjarmasin yang tidak menyukai BullyingBullying sepertinya sudah menjamur dikalangan anak sekolah. Baik antar teman, kakak kelas dan adik kelas, bahkan guru sekalipun tidak terlepas dari perilaku bullying ini. Menyikapi fenomena ini terdapat beberapa pendapat dari para siswa terkait hal ini. Salah satunya adalah Muhammad Riduan dari kelas XI A TKJ yang sering melihat, mendengar bahkan mengalami perilaku bullying. Menurut Duan, Bullying awalnya didasari atas saling olok mengolok, bercanda. Tetapi lama kelamaan menjadi frontal bahkan sudah mulai rasis dan mengandung SARA Menurut Riduan, Bullying awalnya didasari atas saling olok mengolok, bercanda. Tetapi lama kelamaan menjadi frontal bahkan sudah mulai rasis dan mengandung SARA. Akhirnya menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan tak terduga seperti penindasan, pengeroyokan, pemukulan dan hal-hal yang merusak psikis atau mental seseorang. Riduan memaparkan bahwa contoh dampak bullying bagi sang korban yaitu :– Depresi– Rendahnya kepercayaan diri / minder– Pemalu dan penyendiri– Merosotnya prestasi akademik– Merasa terisolasi dalam pergaulan – Terpikir atau bahkan mencoba untuk bunuh diri Untuk itu dia sangat mengecam keras siswa-siswi yang terlibat bullying dalam bentuk apapun. “Semoga di sekolah ini tidak ada kasus Bullying yang berujung kejalur hukum dan memalukan nama Sekolah kita, Stop Bullying !!! Kejar Prestasi bukan Sensasi” ujar Riduan Melihat besarnya dampak dari bullying kita sebagai guru maupun orang tua harusnya senantiasa mengawasi dan memantau anak kita dan kegiatannya baik di dunia nyata maupun dunia maya. Agar anak kita bisa lebih terarah dalam memilih keputusan mana yang baik dan mana yang akan berdampak buruk bagi masa depannya kelak. Tindakan Bullying bisa terjadi dimana saja, terutama tempat-tempat yang tidak diawasi oleh guru atau orang dewasa lainnya. Pelaku akan memanfaatkan tempat yang sepi untuk menunjukkan “kekuasaannya” atas anak lain, agar tujuannya tercapai. Sekitar toilet sekolah, pekarangan sekolah, tempat menunggu kendaraan umum, lapangan parkir, bahkan mobil jemputan dapat menjadi tempat terjadinya Bullying. Sebagai orang tua, kita wajib waspada akan adanya perilaku bullying pada anak, baik anak sebagai korban atau sebagai pelaku. Beberapa hal yang dapat dicermati dalam kasus Bullying adalah : a. Anak menjadi Korban Tanda-tandanya :1. Munculnya keluhan atau perubahan perilaku atau emosi anak akibat stres yang ia hadapi karena mengalami perilaku bullying (anak sebagai korban).2. Laporan dari guru atau teman atau pengasuh anak mengenai tindakan bullying yang terjadi pada anak. b. Anak sebagai Pelaku Tanda-tandanya :1. Anak bersikap agresif, terutama pada mereka yang lebih muda usianya, atau lebih kecil atau mereka yang tidak berdaya (binatang, tanaman, mainan).2. Anak tidak menampilkan emosi negatifnya pada orang yang lebih tua/ lebih besar badannya/ lebih berkuasa, namun terlihat anak sebenarnya memiliki perasaan tidak senang.3. Sesekali anak bersikap agresif yang berbeda ketika bersama anda.4. Melakukan tindakan agresif yang berbeda ketika tidak bersama anda (diketahui dari laporan guru, pengasuh, atau teman-teman).5. Ada laporan dari guru/ pengasuh/ teman-temannya bahwa anak melakukan tindakan agresif pada mereka yang lebih lemah atau tidak berdaya (no. 1).6. Anak yang pernah mengalami bully mungkin menjadi pelaku bully.
Bullying terjadi apabila memenuhi unsur: 1. Perilaku yang menyebabkan seseorang/ siswa/ guru terhina, terintimidasi, takut, terisolasi2. Perilaku yang dilakukan berulang-ulang baik verbal, fisik, dan psikis, yang menimbulkan powerless3. Adanya aktor yang superior dan inferior4. Perilaku yang dilakukan berdampak negatif.Bentuk dan Modus Bullying: 1. Fisik (tendangan, pukulan, jambakan, tinju, tamparan, lempar benda, meludahi, mencubit, merusak, membotaki, mengeroyok, menelanjangi, push up berlebihan, menjemur, mencuci WC, lari keliling lapangan yang berlebihan/ tidak mengetahui kondisi siswa, menyundut rokok, dll).2. Verbal (mencaci maki, mengejek, memberi label/ julukan jelek, mencela, memanggil dengan nama bapaknya, mengumpat, memarahi, meledek, mengancam, dll).3. Psikis (pelecehan seksual, memfitnah, menyingkirkan, mengucilkan, mendiamkan, mencibir, penghinaan, menyebarkan gosip).B. Solusi terhadap Kasus Bullying Pada tahun 2006 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kasus kekerasan pada anak mencapai Rp 25 juta, dengan berbagai macam bentuk, dari yang ringan sampai yang berat. Lalu, data BPS tahun 2009 menunjukkan kepolisian mencatat, dari seluruh laporan kasus kekerasan, 30 persen di antaranya dilakukan oleh anak-anak, dan dari 30 persen kekerasan yang dilakukan anak-anak, 48 persen terjadi di lingkungan sekolah dengan motif dan kadar yang bervariasi.Plan Indonesia sendiri pernah melakukan survei tentang perilaku kekerasan di sekolah. Survei dilakukan di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Bogor, dengan melibatkan 1.500 siswa SMA dan 75 guru. Hasilnya, 67,9 persen menganggap terjadi kekerasan di sekolah, berupa kekerasan verbal, psikologis, dan fisik. Pelaku kekerasan pada umumnya adalah teman, kakak kelas, adik kelas, guru, kepala sekolah, dan preman di sekitar sekolah. Sementara itu, 27,9 persen siswa SMA mengaku ikut melakukan kekerasan, dan 25,4 persen siswa SMA mengambil sikap diam saat melihat terjadi kekerasan.Oleh karenanya, solusi yang bisa dilakukan untuk mencegah dan menangani kasus Bullying ini, antara lain:
Penanganan yang bisa dilakukan oleh guru: 1. Usahakan mendapat kejelasan mengenai apa yang terjadi. Tekankan bahwa kejadian tersebut bukan kesalahannya.2. Bantu anak mengatasi ketidaknyamanan yang ia rasakan, jelaskan apa yang terjadi dan mengapa hal itu terjadi. Pastikan anda menerangkan dalam bahasa sederhana dan mudah dimengerti anak. JANGAN PERNAH MENYALAHKAN ANAK atas tindakan bullying yang ia alami.3. Mintalah bantuan pihak ketiga (guru atau ahli profesional) untuk membantu mengembalikan anak ke kondisi normal, jika dirasakan perlu. Untuk itu bukalah mata dan hati Anda sebagai orang tua. Jangan tabu untuk mendengarkan masukan pihak lain.4. Amati perilaku dan emosi anak anda, bahkan ketika kejadian bully yang ia alami sudah lama berlalu (ingat bahwa biasanya korban menyimpan dendam dan potensial menjadi pelaku di kemudian waktu). Bekerja samalah dengan pihak sekolah (guru). Mintalah mereka membantu dan mengamati bila ada perubahan emosi atau fisik anak anda. Waspadai perbedaan ekspresi agresi yang berbeda yang ditunjukkan anak anda di rumah dan di sekolah (ada atau tidak ada orang tua / guru / pengasuh).5. Binalah kedekatan dengan teman-teman anak anda. Cermati cerita mereka tentang anak anda. Waspadai perubahan atau perilaku yang tidak biasa.6. Minta bantuan pihak ke tiga (guru atau ahli profesional) untuk menangani pelaku.Pencegahan buat anak yang menjadi korban bullying: 1. Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama ketika tidak ada orang dewasa/ guru/ orang tua yang berada di dekatnya. Ini berguna untuk pertahanan diri anak dalam segala situasi mengancam atau berbahaya, tidak saja dalam kasus bullying. Pertahanan diri ini dapat berbentuk fisik dan psikis. Pertahanan diri Fisik : bela diri, berenang, kemampuan motorik yang baik (bersepeda, berlari), kesehatan yang prima. Pertahanan diri Psikis : rasa percaya diri, berani, berakal sehat, kemampuan analisa sederhana, kemampuan melihat situasi (sederhana), kemampuan menyelesaikan masalah.2. Bekali anak dengan kemampuan menghadapi beragam situasi tidak menyenangkan yang mungkin ia alami dalam kehidupannya. Untuk itu, selain kemampuan mempertahankan diri secara psikis seperti yang dijelaskan di no. 1a. Maka yang diperlukan adalah kemampuan anak untuk bertoleransi terhadap beragam kejadian. Sesekali membiarkan (namun tetap mendampingi) anak merasakan kekecewaan, akan melatih toleransi dirinya.3. Walau anak sudah diajarkan untuk mempertahankan diri dan dibekali kemampuan agar tidak menjadi korban tindak kekerasan, tetap beritahukan anak kemana ia dapat melaporkan atau meminta pertolongan atas tindakan kekerasan yang ia alami (bukan saja bullying). Terutama tindakan yang tidak dapat ia tangani atau tindakan yang terus berlangsung walau sudah diupayakan untuk tidak terulang.4. Upayakan anak mempunyai kemampuan sosialisasi yang baik dengan sebaya atau dengan orang yang lebih tua. Dengan banyak berteman, diharapkan anak tidak terpilih menjadi korban bullying karena :a. Kemungkinan ia sendiri berteman dengan pelaku, tanpa sadar bahwa temannya pelaku bullying pada teman lainnya.b. Kemungkinan pelaku enggan memilih anak sebagai korban karena si anak memiliki banyak teman yang mungkin sekali akan membela si anak.c. Sosialisasi yang baik dengan orang yang lebih tua, guru atau pengasuh atau lainnya, akan memudahkan anak ketika ia mengadukan tindakan kekerasan yang ia alami.Penanganan buat anak yang menjadi pelaku Bullying: 1. Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa tindakannya merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari tenaga ahlinya agar masalah tertangani dengan baik dan selesai dengan tuntas.2. Cari penyebab anak melakukan hal tersebut. Penyebab menjadi penentu penanganan. Anak yang menjadi pelaku karena rasa rendah diri tentu akan ditangani secara berbeda dengan pelaku yang disebabkan oleh dendam karena pernah menjadi korban.Demikian juga bila pelaku disebabkan oleh agresifitasnya yang berbeda.3. Posisikan diri untuk menolong anak dan bukan menghakimi anak. |