Cara "Menghukum" Anak Jum'at, 05 April 2019 10:33 WIB | 2.743 Views Hukuman adalah sebuah pengkondisian dengan tujuan memberikan konsekuensi tidak menyenangkan pada seseorang. Konsekuensi yang dirasakan seseorang diharapkan akan mempengaruhi frekuensi perilaku di masa mendatang. Konsekuensi menyenangkan sering disebut dengan tindakan penguatan. Sedangkan, konsekuensi tidak menyenangkan disebut tindakan hukuman. Seorang ahli teori Behaviour lebih mendukung penggunaan tindakan penguatan daripada hukuman. Hukuman boleh dilancarkan, apabila tindakan penguatan tidak memberikan dampak apapun terhadap perilaku seseorang. Meskipun begitu, hukuman harus diberikan seringan mungkin dan tidak boleh menyakiti fisik maupun psikis. Mam's hanya diperbolehkan memberikan hukuman yang ringan, seimbang dengan kesalahan anak dan tidak menyakiti fisik atau psikis mereka. Jadi, sebelum menentukan hukuman apa yang tepat sehingga anak jera dan termotivasi memperbaiki diri sebaiknya Anda perhatikan beberapa faktor berikut : Sesuai dengan jenis pelanggaran dan diberikan secepatnya Perhatikan kesalahan apa yang diperbuat oleh anak dan berikan hukuman saat itu juga atau upayakan untuk tidak menunggu keesokan harinya. Hal ini bertujuan agar anak-anak mengingat ‘rasa’ dari hukuman tersebut, sehingga ketika mereka melakukan kesalahan yang sama mereka jera terhadap ‘rasa’ hukumannya.Bersifat konsisten Apabila kemarin Anda sudah menghukum anak karena kesalahan A, dan di hari berikutnya anak masih melakukan kesalahan yang sama, maka berlakukanlah hukuman yang sama pula. Banyak orangtua yang merasa kasihan dan berkata, “Nggak apa-apa lah. Kemarin sudah aku hukum kok, kasihan kalau harus dihukum terus”. Hal ini sama dengan mengembangkan sikap plin plan dari anak Anda dan mendorong mereka berpikir, “Tidak masalah untuk menjadi tidak konsisten”.Membangun diri anak Tujuan dari pemberian hukuman adalah untuk menghalangi anak melakukan kesalahan yang sama dan mendorong atau memotivasi mereka untuk melakukan hal yang lebih tepat. Ingatlah untuk memilih hukuman yang membangun 2 sikap tersebut sesuai dengan tujuan Anda memberikan hukuman.Alasan mengenai hukuman yang diberlakukan Ingatlah untuk selalu memberikan penjelasan kepada anak, kenapa Anda menghukumnya sedemikian rupa. Tujuannya adalah membuat anak mengerti bahwa Anda ingin dia menjadi pribadi yang lebih baik. Bukan karena Anda ingin meluapkan kekesalan atau membencinya.Mengarah untuk memperbaiki moral anak Bukan hanya sekedar menjerakan, hukuman juga harus menyentuh moral anak. Sehingga, apabila muncul kondisi tertentu, moralnya akan tergerak untuk menahannya melakukan kesalahan yang samaTidak melukai fisik, psikis dan perasaan anak Hindari memukul hingga meninggalkan bekas luka atau menyindir anak tentang kekurangan fisik Contoh hukuman mendidik bagi anak berikut :1. Menunjukkan Wajah Tidak Menyenangkan pada Anak 2. Bersihkan Kamar Mandi atau Ngepel? Kunci dari contoh hukuman mendidik adalah seimbang antara kesalahan dan hukumannya. Memberikan tugas bersih-bersih bagian rumah menjadi hukuman terbaik bagi anak yang sulit untuk menjaga kebersihan diri maupun lingkungan. Anak tidak mau merapikan kamar setelah bangun tidur, menempatkan barang tidak sesuai tempatnya, membuang sampah sembarangan, menggambar tembok dan sebagainya. Mintalah mereka untuk berkomitmen, apabila tidak mau menjaga kebersihan lingkungan, maka konsekuensi yang harus ia terima adalah membersihkan kamar mandi, mengepel lantai, menguras bak mandi atau bagian rumah lain yang Anda rasa pantas.3. Nak, Meminta Maaf Tidak akan Membuatmu Terlihat Rendah Mendorong anak untuk meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat sama dengan menumbuhkan sikap tanggung jawab di dalam diri anak. Tanamkan padanya bahwa minta maaf tidak akan membuatmu dipandang rendah atau lemah.4. Ingin Mencoba Mendiamkan Anak? Contoh hukuman mendidik selanjutnya adalah mencoba mendiamkan. Teknik ini tergolong ampuh guna menyadarkan anak. Tapi, kami sarankan ini menjadi pilihan terakhir ya apabila ketiga cara di atas sudah tidak mempan. Meskipun begitu, ia dianggap ampuh karena mampu mendorong anak untuk belajar introspeksi secara mandiri. Anak pasti akan berpikir, “Ayah dan ibu kenapa ya, kok aku gak diperhatiin, gak diajak cerita-cerita kayak biasanya?” Kalimat itu mungkin tidak akan terucap atau hanya muncul di pikirannya saja. Tapi, Anda pasti bisa menebak dari gerak-geriknya yang tidak nyaman. Nah, selanjutnya Anda bisa mulai memberikan penjelasan atas tindakan ‘mendiamkan’ yang Anda lakukan terhadapnya. Anak-anak akan mendapati rasa canggung setelah didiamkan oleh orangtuanya. Oleh karena itu, Anda tidak bisa langsung bersikap seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Melainkan, memulai komunikasi sedikit demi sedikit.semoga bermanfaat konsultasi Onsite Telepon : 085725340688 Berikan Komentar Via Facebook Lainnya
Sebagai seorang guru, saya sering sekali mendapatkan pertanyaan dari teman-teman guru yang lain. Pertanyaan tersebut salah satunya adalah tentang bagaimana caranya memberikan hukuman kepada siswa yang sudah melakukan kesalahan. Bagi teman-teman guru yang sudah banyak makan asam garam di dunia pendidikan mungkin ini adalah masalah biasa atau sepele. Tapi bagi mereka para guru muda yang masih sedikit pengalaman, jelas ini bukan masalah sepele. Murid melakukan kesalahan dan sudah sewajarnya guru akan memberikan konsekwensi atau hukuman. Dan tentu bukan sembarang hukuman. Kita para guru harus memperhatikan beberapa point penting ketika akan memberikan hukuman kepada siswa. Point-point tersebut antara lain adalah: 1. Hukuman harus bisa memberikan efek jera kepada siswa 2. Hukuman harus bersifat mendidik atau edukatif 3. Hukuman tidak digunakan untuk mempermalukan siswa Itu adalah 3 point penting yang selalu saya perhatikan ketika mau memberikan hukuman kepada siswa. Sebagai contoh adalah pengalaman saya sendiri. Di hari rabu minggu kemarin, ada 4 siswa saya yang pulang sekolah tanpa izin sebelum kegiatan belajar mengajar selesai. Lalu keesokan harinya saya panggil keempat siswa tersebut, dan saya tanya satu persatu alasan mereka pulang sekolah tanpa izin. Dan ternyata jawabanya macam-macam. Langsung pada saat itu juga saya memikirkan hukuman apa yang tepat untuk mereka. Dan akhirnya saya dapatkan hukuman yang pantas dan cukup edukatif untuk mereka. Ada 2 buah hukuman yang saya berikan kepada mereka. Yang pertama saya keluarkan mereka dari kelas pada saat jam pelajaran. Dan yang kedua saya suruh mereka untuk membuat cerita atau narasi tentang apa saja yang mereka lakukan ketika kemarin pulang sekolah tanpa izin sebelum kegiatan belajar mengajar berakhir. Mereka mengerjakan tugas tersebut di luar kelas. Dan jika sudah selesai, saya persilahkan mereka untuk masuk kelas kembali, lalu mereka bacakan satu persatu narasi mereka di depan kelas. Dari narasi yang mereka buat, kita semua jadi tahu apa sebenarnya alasan mereka kemarin pulang sekolah tanpa izin. Dan setelah keempat siswa selesai membacakan narasi, saya suruh siswa-siswa yang lain untuk memberikan penilaian. Kira-kira terpuji tidak tindakan yang sudah dilakukan oleh keempat teman kalian? Dan tindakan seperti itu pantaskah kita tiru? Setelah saya amati, ternyata mereka cukup puas dengan hukuman yang sudah saya berikan. Mereka tidak merasa dipermalukan. Dan mereka juga sangat senang ketika membacakan cerita atau narasi di depan kelas. Hukuman ini saya rasa cukup mendidik. Selain sudah memberikan efek jera, hukuman ini juga membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berbahasa mereka. Khususnya kemampuan menulis dan berbicara. Sekian dulu tulisan dari saya. Semoga bermanfaat bagi teman-teman semua.
Brilio.net - Orangtua dan murid di era sekarang ini memang amat enteng hukum. Dengan berbekal undang-undang perlindungan anak, mereka para orangtua mudah sekali menyeret niat baik guru mendidik muridnya ke meja hijau karena dianggap melanggar hukum. Melihat maraknya kasus pemidanaan terhadap guru ada baiknya 10 hukuman non-fisik yang lawas ini tetap dipertahankan. Meski terkesan lawas hukuman-hukuman mendidik non-fisik ini lebih aman bagi murid yang bisa guru lakukan: 1. Menulis permintaan maaf di dalam buku sebanyak beberapa halaman. BACA JUGA : Hukuman ini memang tidak menyakitkan, tapi benar-benar melelahkan jari-jari tangan dan bikin tangan pegal. Biasanya guru meminta murid menuliskan kata maaf dan janji untuk tidak mengulangi kesalahan di dalam buku sebanyak beberapa lembar. Bikin takut melanggar lagi deh pokoknya. 2. Maju ke papan tulis untuk mengerjakan soal atau pertanyaan. BACA JUGA : Selain membangkitkan nasionalisme, hukuman-hukuman seperti inilah yang membuat banyak siswa hafal lagu kebangsaan. Jika hukuman seperti ini mulai ditinggalkan, bagaimana nasib lagu-lagu bangsa ini. Jangan biarkan murid hanya hafal lagu-lagu pop saja. 4. Merangkum materi tertentu yang ada dalam buku bahan ajar. Ini benar-benar hukuman yang mendidik, selain bikin siswa yang dihukum tambah pintar. Hukuman ini akan memaksa siswa belajar dan memahami materi secara menyeluruh. Meski tidak terlalu berat dalam menulisnya, namun butuh kesabaran memahami materi yang akan diringkas atau dirangkum. 5. Memberikan tugas tambahan khusus kepada siswa yang melanggar. Jika biasanya guru memberikan PR sebanyak lima soal, mungkin jika ada siswa yang melanggar aturan bisa diberikan tugas tambahan. Baik berupa soal maupun soal dan jawaban yang harus dibuatnya sendiri. Kemudian kesempatan ke depan baru ditagih sebagai bentuk hukumannya. 6. Membelikan permen kepada teman-teman satu kelas. Siswa yang ketahuan makan di kelas saat pelajaran, atau sekedar membolos ke kantin. Maka hukuman membelikan permen untuk teman-teman satu kelas nampaknya bakal cukup membuat jera siswa. Sehingga siswa akan menghargai waktu kapan harus jajan dan kapan harus tetap di kelas. 7. Menyuruh siswa menghafal materi dan membacakannya di depan kelas. Selain merangkum materi, ada hukuman yang lebih berat tapi tak kalah mendidik. Yaitu menghafal suatu materi dan membacanya di depan kelas. Selain dituntut belajar lebih sabar, siswa yang bandel akan bertambah pintar dengan hukuman seperti ini. Nah melihat hukuman-hukuman di atas, apa kamu setuju hukuman seperti itu dipertahankan hingga saat ini? Selain lebih mendidik, seharusnya hukuman menjadi salah satu metode dalam pendidikan yang digunakan untuk memberikan motivasi. Tujuan lainnya agar siswa mampu memperbaiki kesalahan yang telah dia lakukan. |