Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang di awetkan dengan menambahkan

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang di awetkan dengan menambahkan

Ikan asin di pasar tradisional

Ikan asin merupakan bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan cara pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam saat singkat dapat disimpan di suhu kamar kepada jangka saat berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat.Selain itu daging ikan yang diasinkan akan bertahan semakin lama dan terhindar dari kerusakan fisik belakang suatu peristiwa infestasi serangga, ulat lalat dan beberapa jasad renik perusak lainnya.

Bagian pembuatan

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang di awetkan dengan menambahkan

Ikan layang tengah direndam dan ditaburi garam. Muara Angke

Beraneka jenis ikan yang biasa diasinkan, baik ikan darat maupun ikan laut. Ikan-ikan ini dikumpulkan dalam suatu wadah dan lalu ditaburi atau direndam dalam larutan garam pekat. Ikan-ikan yang luhur biasanya dibelah atau dipotong-potong semakin dulu supaya garam mudah meresap ke dalam daging.

Karena perbedaan kepekatan dan tekanan osmosis, kristal-kristal garam akan menarik cairan sel dalam daging ikan keluar dari tubuhnya. Sementara itu partikel garam meresap masuk ke dalam daging ikan. Bagian ini berlanjut sampai tercapai keseimbangan konsentrasi garam di luar dan di dalam daging.

Konsentrasi garam yang tinggi dan menyusutnya cairan sel akan menghentikan bagian autolisis dan menghambat pertumbuhan bakteri dalam daging ikan.

Setelah itu, ikan-ikan ini dijemur, direbus atau difermentasi kepada meningkatkan keawetannya.

Faktor-faktor yang berpengaruh

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang di awetkan dengan menambahkan

Menjemur ikan asin di pelataran PHPT Muara Angke

Kecepatan penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dipengaruhi oleh beberapa hal. Di antaranya:

Semakin tinggi konsentrasi garam yang dipergunakan, semakin cepat bagian masuknya garam ke dalam daging ikan. Akan semakin baik apabila dipergunakan garam kristal kepada mengasinkan.Garam dapur murni (NaCl 95%) semakin mudah diserap dan menghasilkan ikan asin dengan mutu yang semakin baik. Garam rakyat mengandung unsur-unsur lain (Mg, Ca, senyawa sulfat), kotoran, bakteri dan lain-lain yang dapat menghambat penetrasi garam dan merusak rasa ikan.Semakin tebal daging ikan, bagian pengasinan akan membutuhkan saat yang semakin lama dan garam yang semakin banyak. Sehingga ikan-ikan luhur biasanya dibelah-belah, dikeping atau diiris tipis sebelum diasinkan.Kadar lemak yang tinggi (di atas 2%) akan memperlambat penetrasi garam ke dalam daging ikan.Ikan yang kurang segar mempunyai daging yang semakin lunak dan cairan tubuh yang mudah keluar, sehingga bagian pengasinan mampu semakin cepat. Namun juga garam yang masuk dapat terlalu banyak sehingga ikan dijadikan terlalu asin dan kaku.Semakin tinggi suhu daging ikan, semakin cepat garam masuk ke dalam tubuh ikan.

Ikan asin dan bahan pengawet berbahaya

Pengolahan ikan asin secara tradisional hampir selalu membutuhkan bantuan sinar matahari kepada mempercepat pengeringan, dan mencegah supaya ikan tidak dijadikan busuk.

Masalahnya matahari tidak selalu bersinar dengan cukup setiap harinya, terutama di musim hujan di mana awan mendung seringkali menutupi langit. Akibatnya, banyak ikan yang tidak terawetkan dengan baik, menurun mutunya, dan bahkan dijadikan busuk.

Kepada mengurangi kerugian, sementara pengolah mengambil perlintasan pintas mempergunakan bahan-bahan kimia seperti pestisida dan formalin. Bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan ini dipergunakan sbg pengawet tambahan kepada mencegah pembusukan. Formalin juga mencegah pengurangan bobot ikan yang amat sangat belakang suatu peristiwa menguapnya cairan tubuh ikan yang diasinkan.

Alternatif bahan pengawet tambahan yang terlindung merupakan khitosan. Akan tetapi bahan yang diekstrak dari cangkang udang dan kepiting ini belum populer dan belum dibuat secara massal di Indonesia.

Lihat pula

Pustaka

Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 1989. Pengawetan dan pengolahan ikan. Penerbit Kanisius, Jogyakarta. ISBN 979-413-032-X

Pranala luar

  • Kisah ikan asin berformalin, Harian Kompas Nopember 2005 (arsip [1])

Sumber :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, p2k.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya.


Page 2

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang di awetkan dengan menambahkan

Ikan asin di pasar tradisional

Ikan asin merupakan bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan cara pengawetan ini daging ikan yang kebanyakan membusuk dalam saat singkat dapat disimpan di suhu kamar bagi jangka saat berbulan-bulan, walaupun kebanyakan harus ditutup rapat.Selain itu daging ikan yang diasinkan akan bertahan semakin lama dan terhindar dari kerusakan fisik dampak infestasi serangga, ulat lalat dan beberapa jasad renik perusak lainnya.

Bagian pembuatan

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang di awetkan dengan menambahkan

Ikan layang tengah direndam dan ditaburi garam. Muara Angke

Beraneka jenis ikan yang biasa diasinkan, adun ikan darat maupun ikan laut. Ikan-ikan ini dikumpulkan dalam suatu wadah dan lalu ditaburi atau direndam dalam larutan garam pekat. Ikan-ikan yang luhur kebanyakan dibelah atau dipotong-potong semakin dulu supaya garam mudah meresap ke dalam daging.

Karena perbedaan kepekatan dan tekanan osmosis, kristal-kristal garam akan menarik cairan sel dalam daging ikan keluar dari tubuhnya. Sementara itu partikel garam meresap masuk ke dalam daging ikan. Bagian ini berlanjut sampai tercapai keseimbangan konsentrasi garam di luar dan di dalam daging.

Konsentrasi garam yang tinggi dan menyusutnya cairan sel akan membubarkan bagian autolisis dan menghambat pertumbuhan bakteri dalam daging ikan.

Setelah itu, ikan-ikan ini dijemur, direbus atau difermentasi bagi meningkatkan keawetannya.

Faktor-faktor yang berpengaruh

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang di awetkan dengan menambahkan

Menjemur ikan asin di pelataran PHPT Muara Angke

Kecepatan penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dipengaruhi oleh beberapa hal. Di antaranya:

Semakin tinggi konsentrasi garam yang digunakan, semakin cepat bagian masuknya garam ke dalam daging ikan. Akan semakin adun apabila digunakan garam kristal bagi mengasinkan.Garam dapur murni (NaCl 95%) semakin mudah diresap dan berproduksi ikan asin dengan mutu yang semakin adun. Garam rakyat berisi unsur-unsur lain (Mg, Ca, senyawa sulfat), kotoran, bakteri dan lain-lain yang dapat menghambat penetrasi garam dan merusak rasa ikan.Semakin tebal daging ikan, bagian pengasinan akan membutuhkan saat yang semakin lama dan garam yang semakin banyak. Sehingga ikan-ikan luhur kebanyakan dibelah-belah, dikeping atau diiris tipis sebelum diasinkan.Kadar lemak yang tinggi (di atas 2%) akan memperlambat penetrasi garam ke dalam daging ikan.Ikan yang kurang segar mempunyai daging yang semakin lunak dan cairan tubuh yang mudah keluar, sehingga bagian pengasinan bisa semakin cepat. Namun juga garam yang masuk dapat terlalu banyak sehingga ikan dijadikan terlalu asin dan kaku.Semakin tinggi suhu daging ikan, semakin cepat garam masuk ke dalam tubuh ikan.

Ikan asin dan bahan pengawet berbahaya

Pengolahan ikan asin secara tradisional nyaris selalu membutuhkan bantuan sinar matahari bagi mempercepat pengeringan, dan mencegah supaya ikan tidak dijadikan busuk.

Masalahnya matahari tidak selalu bersinar dengan cukup setiap harinya, terutama di musim hujan di mana awan mendung seringkali menutupi langit. Akibatnya, banyak ikan yang tidak terawetkan dengan adun, menurun mutunya, dan bahkan dijadikan busuk.

Bagi mengurangi kerugian, sementara pengolah mengambil perlintasan pintas menggunakan bahan-bahan kimia seperti pestisida dan formalin. Bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan ini digunakan sbg pengawet tambahan bagi mencegah pembusukan. Formalin juga mencegah pengurangan bobot ikan yang amat sangat dampak menguapnya cairan tubuh ikan yang diasinkan.

Alternatif bahan pengawet tambahan yang terlindung merupakan khitosan. Akan tetapi bahan yang diekstrak dari cangkang udang dan kepiting ini belum populer dan belum dibuat secara massal di Indonesia.

Lihat pula

Pustaka

Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 1989. Pengawetan dan pengolahan ikan. Penerbit Kanisius, Jogyakarta. ISBN 979-413-032-X

Pranala luar

  • Kisah ikan asin berformalin, Harian Kompas Nopember 2005 (arsip [1])

Sumber :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, p2k.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya.


Page 3

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang di awetkan dengan menambahkan

Ikan asin di pasar tradisional

Ikan asin merupakan bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan cara pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam ketika singkat bisa disimpan di suhu kamar kepada jangka ketika berbulan-bulan, meskipun biasanya harus ditutup rapat.Selain itu daging ikan yang diasinkan akan bertahan semakin lama dan terhindar dari kerusakan fisik dampak infestasi serangga, ulat lalat dan beberapa jasad renik perusak lainnya.

Bagian pembuatan

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang di awetkan dengan menambahkan

Ikan layang tengah direndam dan ditaburi garam. Muara Angke

Beraneka jenis ikan yang biasa diasinkan, adun ikan darat maupun ikan laut. Ikan-ikan ini dikumpulkan dalam suatu wadah dan lalu ditaburi atau direndam dalam larutan garam pekat. Ikan-ikan yang luhur biasanya dibelah atau dipotong-potong semakin dulu supaya garam mudah meresap ke dalam daging.

Karena perbedaan kepekatan dan tekanan osmosis, kristal-kristal garam akan menarik cairan sel dalam daging ikan keluar dari tubuhnya. Sementara itu partikel garam meresap masuk ke dalam daging ikan. Bagian ini berlanjut sampai tercapai keseimbangan konsentrasi garam di luar dan di dalam daging.

Konsentrasi garam yang tinggi dan menyusutnya cairan sel akan membubarkan bagian autolisis dan menghambat pertumbuhan bakteri dalam daging ikan.

Setelah itu, ikan-ikan ini dijemur, direbus atau difermentasi kepada meningkatkan keawetannya.

Faktor-faktor yang berpengaruh

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang di awetkan dengan menambahkan

Menjemur ikan asin di pelataran PHPT Muara Angke

Kecepatan penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dipengaruhi oleh beberapa hal. Di antaranya:

Semakin tinggi konsentrasi garam yang dipergunakan, semakin cepat bagian masuknya garam ke dalam daging ikan. Akan semakin adun apabila dipergunakan garam kristal kepada mengasinkan.Garam dapur murni (NaCl 95%) semakin mudah diresap dan berproduksi ikan asin dengan mutu yang semakin adun. Garam rakyat mengandung unsur-unsur lain (Mg, Ca, senyawa sulfat), kotoran, bakteri dan lain sebagainya yang bisa menghambat penetrasi garam dan merusak rasa ikan.Semakin tebal daging ikan, bagian pengasinan akan membutuhkan ketika yang semakin lama dan garam yang semakin banyak. Sehingga ikan-ikan luhur biasanya dibelah-belah, dikeping atau diiris tipis sebelum diasinkan.Kadar lemak yang tinggi (di atas 2%) akan memperlambat penetrasi garam ke dalam daging ikan.Ikan yang kurang segar mempunyai daging yang semakin lunak dan cairan tubuh yang mudah keluar, sehingga bagian pengasinan mampu semakin cepat. Namun juga garam yang masuk bisa terlalu banyak sehingga ikan dijadikan terlalu asin dan kaku.Semakin tinggi suhu daging ikan, semakin cepat garam masuk ke dalam tubuh ikan.

Ikan asin dan bahan pengawet berbahaya

Pengolahan ikan asin secara tradisional nyaris selalu membutuhkan bantuan sinar matahari kepada mempercepat pengeringan, dan mencegah supaya ikan tidak dijadikan busuk.

Masalahnya matahari tidak selalu bersinar dengan cukup setiap harinya, terutama di musim hujan di mana awan mendung seringkali menutupi langit. Akibatnya, banyak ikan yang tidak terawetkan dengan adun, menurun mutunya, dan bahkan dijadikan busuk.

Kepada mengurangi kerugian, sementara pengolah mengambil perlintasan pintas mempergunakan bahan-bahan kimia seperti pestisida dan formalin. Bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan ini dipergunakan sbg pengawet tambahan kepada mencegah pembusukan. Formalin juga mencegah pengurangan bobot ikan yang amat sangat dampak menguapnya cairan tubuh ikan yang diasinkan.

Alternatif bahan pengawet tambahan yang terlindung merupakan khitosan. Akan tetapi bahan yang diekstrak dari cangkang udang dan kepiting ini belum populer dan belum dibuat secara massal di Indonesia.

Lihat pula

Pustaka

Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 1989. Pengawetan dan pengolahan ikan. Penerbit Kanisius, Jogyakarta. ISBN 979-413-032-X

Pranala luar

  • Kisah ikan asin berformalin, Harian Kompas Nopember 2005 (arsip [1])

Sumber :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, p2k.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya.


Page 4

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang di awetkan dengan menambahkan

Ikan asin di pasar tradisional

Ikan asin merupakan bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan cara pengawetan ini daging ikan yang kebanyakan membusuk dalam ketika singkat bisa disimpan di suhu kamar kepada jangka ketika berbulan-bulan, meskipun kebanyakan wajib ditutup rapat.Selain itu daging ikan yang diasinkan akan bertahan semakin lama dan terhindar dari kerusakan fisik dampak infestasi serangga, ulat lalat dan beberapa jasad renik perusak lainnya.

Bagian pembuatan

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang di awetkan dengan menambahkan

Ikan layang tengah direndam dan ditaburi garam. Muara Angke

Beraneka jenis ikan yang biasa diasinkan, adun ikan darat maupun ikan laut. Ikan-ikan ini dikumpulkan dalam suatu wadah dan lalu ditaburi atau direndam dalam larutan garam pekat. Ikan-ikan yang luhur kebanyakan dibelah atau dipotong-potong semakin dulu supaya garam mudah meresap ke dalam daging.

Karena perbedaan kepekatan dan tekanan osmosis, kristal-kristal garam akan menarik cairan sel dalam daging ikan keluar dari tubuhnya. Sementara itu partikel garam meresap masuk ke dalam daging ikan. Bagian ini berlanjut sampai tercapai keseimbangan konsentrasi garam di luar dan di dalam daging.

Konsentrasi garam yang tinggi dan menyusutnya cairan sel akan membubarkan bagian autolisis dan menghambat pertumbuhan bakteri dalam daging ikan.

Setelah itu, ikan-ikan ini dijemur, direbus atau difermentasi kepada meningkatkan keawetannya.

Faktor-faktor yang berpengaruh

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang di awetkan dengan menambahkan

Menjemur ikan asin di pelataran PHPT Muara Angke

Kecepatan penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dipengaruhi oleh beberapa hal. Di antaranya:

Semakin tinggi konsentrasi garam yang dipergunakan, semakin cepat bagian masuknya garam ke dalam daging ikan. Akan semakin adun apabila dipergunakan garam kristal kepada mengasinkan.Garam dapur murni (NaCl 95%) semakin mudah diresap dan berproduksi ikan asin dengan mutu yang semakin adun. Garam rakyat berisi unsur-unsur lain (Mg, Ca, senyawa sulfat), kotoran, bakteri dan lain sebagainya yang bisa menghambat penetrasi garam dan merusak rasa ikan.Semakin tebal daging ikan, bagian pengasinan akan membutuhkan ketika yang semakin lama dan garam yang semakin banyak. Sehingga ikan-ikan luhur kebanyakan dibelah-belah, dikeping atau diiris tipis sebelum diasinkan.Kadar lemak yang tinggi (di atas 2%) akan memperlambat penetrasi garam ke dalam daging ikan.Ikan yang kurang segar mempunyai daging yang semakin lunak dan cairan tubuh yang mudah keluar, sehingga bagian pengasinan mampu semakin cepat. Namun juga garam yang masuk bisa terlalu banyak sehingga ikan dijadikan terlalu asin dan kaku.Semakin tinggi suhu daging ikan, semakin cepat garam masuk ke dalam tubuh ikan.

Ikan asin dan bahan pengawet berbahaya

Pengolahan ikan asin secara tradisional nyaris selalu membutuhkan bantuan sinar matahari kepada mempercepat pengeringan, dan mencegah supaya ikan tidak dijadikan busuk.

Masalahnya matahari tidak selalu bersinar dengan cukup setiap harinya, terutama di musim hujan di mana awan mendung seringkali menutupi langit. Akibatnya, banyak ikan yang tidak terawetkan dengan adun, menurun mutunya, dan bahkan dijadikan busuk.

Kepada mengurangi kerugian, sementara pengolah mengambil perlintasan pintas mempergunakan bahan-bahan kimia seperti pestisida dan formalin. Bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan ini dipergunakan sbg pengawet tambahan kepada mencegah pembusukan. Formalin juga mencegah pengurangan bobot ikan yang amat sangat dampak menguapnya cairan tubuh ikan yang diasinkan.

Alternatif bahan pengawet tambahan yang terlindung merupakan khitosan. Akan tetapi bahan yang diekstrak dari cangkang udang dan kepiting ini belum populer dan belum dibuat secara massal di Indonesia.

Lihat pula

Pustaka

Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 1989. Pengawetan dan pengolahan ikan. Penerbit Kanisius, Jogyakarta. ISBN 979-413-032-X

Pranala luar

  • Kisah ikan asin berformalin, Harian Kompas Nopember 2005 (arsip [1])

Sumber :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, p2k.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya.