Pendahuluan Teknologi pengolahan Tanaman Obat terdiri dari beberapa tahapan yaitu sortasi, pencucian, penirisan atau pengeringan, penyimpanan dan pengolahan. Sortasi dilakukan setelah panen pada komiditi tanaman obat. Tanaman obat yang diambil daun, rimpang atau umbi dibersihkan dari kotoran. Bagian tanaman yang sudah dipanen lalu dipisahkan dari bagian yang busuk, tanah, pasir maupun gulma yang menempel harus dibersihkan. Ada beberapa tanaman yang dihasilkan melalui umbi seperti jahe, kunyit, kencur dan keladi tikus. Pencucian dilakukan setelah disortir. Pencucian sebaiknya dengan menggunakan air mengalir dengan mencuci bagian tanaman yang dipanen. Pencucian dapat dilakukan dengan air mengalir dari mata air atau PAM. Pencucian dapat dilakukan dengan cara merendam sambil disikat dengan menggunakan air bersih. Saat dicuci tidak boleh terlalu lama untuk menghindari zat-zat tertentu yang terdapat dalam bahan dapat larut dalam air yang dapat mengakibatkan mutu bahan menurun. Rimpang atau umbi diperbolehkan untuk disikat bagian lekukannya dan bagian daun-daunan cukup dicuci sampai bersih. Setelah pencucian umbi, rimpang dan daun ditiriskan pada rak pengering. Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari suatu bahan dengan menggunakan sinar matahari. Pengeringan dapat memberikan keuntungan antara lain: memperpanjang masa simpan, mengurangi penurunan mutu sebelum diolah lebih lanjut, memudahkan dalam pengangkutan, menimbulkan aroma khas pada bahan serta memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Pengeringan Bahan dapat dilakukan diatas para-para dengan menggunakan sinar matahari dan ditutupi dengan kain hitam juga dapat dilakukan dengan kombinasi antara sinar matahari dengan alat. Bahan Herbal yang sudah dikeringkan disebut Simplisia. Simplisia merupakan hasil pengeringan dari tanaman obat yang belum diolah lebih lanjut atau baru dirajang saja yang kemudian dijemur. Dari simplisia dapat diolah menjadi berbagai macam produk, seperti : serbuk, minyak atsiri, ekstrak kental/oleoresin, ekstrak kering maupun kapsul. Tanaman obat dapat diolah menjadi berbagai macam produk seperti:simplisia, serbuk, minyak atsiri, ekstrak kental, ekstrak kering, instan, sirup, permen dll,sehingga dapat menambah nilai ekonomi tanaman obat sekaligus menambah pendapatan petani. Disamping itu produk yang telah diolah tahan lebih lama disimpan dari pada bentuk segar. Panen dengan hasil yang berlebihan (panen raya) harga akan turun sehingga perlu diolah lebih lanjut. B. Teknologi Pengolahan Jahe Rimpang jahe memilki banyak manfaat antara lain untuk bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biscuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe dapat digunakan dalam industri obat, minyak wangi juga. Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu. Jahe dapat merangsang kelenjar pencernaan, baik untuk membangkitkan nafsu makan dan pencernaan.Jahe yang digunakan sebagai bumbu masak terutama berkhasiat untuk menambah nafsu makan, memperkuat lambung, dan memperbaiki pencernaan. Jahe memiliki kandungan senyawa bioaktif yaittu seskuiterpena, zingiberena, sineol, zingiberal, borneol, geranial, linaool dan limonene. Pengolahan rimpang jahe dapat dilakukan dengan beberapa tahap yaitu mencuci, mengeringkan, menyortir, pengemasan dan penyimpanan. Simplisia jahe yang disimpan dapat dijadikan berbagai produk minuman atau obat. Teknologi pengolahan minuman jahe instan. Cara pengolahan jahe instan yaitu rimpang jahe dikupas hingga bersih, kemudian rimpang tersebut dipotong-potong dengan ukuran agak besar agar mudah dibersihkan. rimpang dicuci tersebut hingga bersih. Rimpang jahe yang sudah dibersihkan lalu dipotong kecil-kecil. Jahe yang telah dipotong kecil-kecil tersebut dicampur dengan air, kemudian di blender sampai halus. Jahe halus yang sudah diblender kemudian diperas menggunakan saringan halus. Air perasan jahe tersebut digunakan sebagai bahan pokok.Air perasan jahe, daun pandan, kayu manis, cengkeh, gula pasir dimasukkan ke dalam panci, kemudian ditambahkan satu gelas air, lalu aduk hingga rata. Campuran bahan yang telah diaduk kemudian direbus. Api yang digunakan untuk merebus jangan terlalu besar. Aduk terus agar tidak lengket/gosong. Jika bahan yang direbus sudah mulai masak, tandanya telah mengkristal dan berwarna putih agak coklat muda, segera angkat lalu biarkan hingga dingin. Jahe instan diayak hingga kristalnya halus dan rata. Kristal jahe yang masih kasar dihaluskan lalu diayak lagi sampai halus dan rata. Jahe instan siap disajikan atau dikemas. Daftar Pustaka Hoesen DSH. 2007. Pertumbuhan dan perkembangan tunas Typhonium secara in vitro. Berita Biologi. 8(5): 413-422. Lai, C.S., Mas, R.H.M.H., Nair, N.K., Majid, M.I.A., Mansor, S.M. & Navaratnam, V. 2008. Typhonium flagelliforme inhibits cancer cell growth in vitro and induces apoptosis: An evaluation by the bioactivity guided approach. Journal of Ethnopharmacology, 118:14-20. Farry B.P dan Murhananto. 1999. Budidaya, Pengolahan, Perdagangan Jahe. Edisi Revisi. Teo CKH dan Ch’ng BI. 1996. Cancer yet they live. Penang, Malaysia. Era Maps Sdn Bhd: 53-70. Sianipar, N. F., Maarisit, W. & Valencia, A. 2013. Toxic activities of hexane extract and column chromatography fractions of rodent tuber plant (Typhonium flagelliforme Lodd.) on Artemia salina. Indonesia Journal Agriculture Sciences. 14: 1-6. Syahid, S. F. & Kristina, N. N. 2007. Induksi dan regenerasi kalus keladi tikus (Typhonium flagelliforme Lodd.) secara in vitro. Jurnal Littri. 13: 142-146. Published at : 25 March 2015
Pada kegiatan pembelajaran ini akan disampaikan tentang produksi minuman herbal (simplisia dan segar), karakteristik bahan, prinsip dasar pengolahan , faktor- faktor yang mempengaruhi, jenis dan prinsip kerja alat pengolahan, alur proses pengolahan, pengolahan , pengendalian mutu,pengemasan sederhana. B. Kegiatan Belajar 1. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai kegiatan ini siswa mampu: a. Menjelaskan karakteristik bahan b. Memahami Prinsip dasar pengolahan dan faktor yang mempengaruhi c. Menjelaskan Jenis dan prinsip kerja alat pengolahan d. Menjelaskan Alur proses pengolahan e. Melakukan Pengendalian mutu f. Melakukan Pengemasan sederhana 2. Uraian Materi Minuman herbal bagi tubuh tidak dapat dilepaskan dengan 3 (tiga) bahan pokok, yang terdiri dari a. air sehat, b. gula sehat (gula jawa) dan c. bahan dasar 115 yang meliputi teh, kopi, susu kedelai, serai, buah asem, secang, kolang- kaling, jeruk , tape, dan masih banyak lagi Bahan rempah – rempah dapat dihasilkan dari umbi, biji, kulit batang, bunga, daun dan buah. Rempah-rempah yang merupakan umbi atau rimpang misalnya: jahe, kunyit, temulawak, kencur, kunci, lengkuas, temu ireng dan lempuyang. Rempah- rempah yang berasal dari biji misalnya: pala, kemiri, kapol atau kardamon dan lain- lain Kayu manis merupakan rempah yang berasal dari kulit batang. Rempah- rempah yang berasal dari bunga misalnya cengkeh dan bunga pala.Lada atau mrica merupakan rempah- rempah berasal dari buah Hal yang harus diperhatikan dalam memilih simplisia bahan baku makanan herbal adalah aroma, warna, rasa, kandungan kimia, maupun sifat fisiologisnya. Kelima faktor tersebut pada berbagai simplisia tanaman herbal seperti daun, akar, rimpang, buah,dan bunga, ada yang sama dan ada pula yang berbeda. a. Simplisia Akar (Radiks) Simplisia akar merupakan bahan dasar produk herbal yang diperoleh dari pengambilan sebagian atau keseluruhan bagian bawah tanaman yang menghunjam ke dalam tanah. Bahan baku akar ini dapat berupa akar pokok (dalam bentuk akar tunggang) atau hanya berupa akar penunjang (serabut akar). Untuk mendapatkan simplisia akar yang berkualitas perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini: 116 2) Pilih akar yang masih utuh dan tidak rusak oleh serangan ulat atau hama tanah lainya 3) Pilih akar yang tidak berjamur / bercendawan atau tidak ditumbuhi lumut 4) Pilih akar induk, bukan bulu- bulu akar 5) Bersihkan akar dari tanah, pasir, atau kotoran lainya yang masih melekat Berikut gambar Simplisia akar lunak (Akar ginseng) Gambar 18, Simplisia Akar Keras (Akar alang – alang ) Sumber gambar: Panduan meracik herbal, B.Mahendra, Seri Agriserat b. Simplisia Rimpang (Rhizome) Simplisia rimpang biasanya diperoleh dari jenis tanaman empon- emponan, seperti temu lawak, kunir putih,kunyit, dan jahe. Rimpang pada umumnya dapat dijumpai dibagian bawah tanaman dan berada di dalam tanah. Namun demikian , rimpang bukan akar. Simplisia rimpang tersebut merupakan bahan baku obat herbal yang dapat disajikan dalam bentuk 117 potong- potongan tipis yang dikeringkan atau yang telah dibuat dalam bentuk serbuk halus. Rimpang , umbi batang, umbi lapis, dan umbi akar umumnya memiliki sifat yang hampir sama, yakni agak keras dan agak rapuh.Ini disebabkan adanya zat pati, protein yang tinggi dan kandungan air yang tinggi pula. Beberapa umbi lapis memiliki sifat agak lunak , misalnya bawang merah (Allium cepa). Penanganan dan pengelolaan untuk produk tanaman obat berupa rimpang dan umbi- umbian ini harus sesuai dengan memperhatikan sifat- sifat umum yang dimiliki. Untuk mendapatkan simplisia rimpang yang berkualitas perlu memperhatikan hal berikut ini: 1) Pilih rimpang yang benar- benar telah tua 2) Pilih rimpang yang yang masih utuh dan tidak rusak oleh bakteri, jamur, atau hama lain 3) Pilih rimpang yang tidak berjamur, bersih dari cendawan dan tidak ditumbuhi lumut 4) Bersihkan rimpang dari tanah, pasir, atau kotoran lainya yang masih melekat c. Simplisia Umbi (Bulbus) Simplisia umbi merupakan bahan baku obat herbal yang berada dibagian bawah tanaman, tetapi bukan termasuk akar. Umbi ini dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis seperti berikut: 1) Umbi berlapis (bawang merah , bawang putih, bawang bombai) 2) Umbi akar (gingseng, wortel, kentang) 118 Untuk mendapatkan simplisia umbi yang berkualitas perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1) Pilih umbi yang telah tua sempurna 2) Pilih umbi yang masih utuh dan tidak rusak oleh bakteri, jamur atau hama 3) Pilih umbi yang tidak berjamur, bersih dari cendawan, dan tidak ditumbuhi lumut 4) Bersihkan umbi dari tanah , pasir, atau kotoran lainya yang masih melekat d. Simplisia Batang/ kayu (Lignum) Simplisia kayu merupakan pemanfaatan sebagian atau keseluruhan dari batang tanaman yang meliputi batang pokok, cabang, atau ranting. Dalam penyajiannya simplisia tersebut dapat dibentuk menjadi potongan – potongan kecil atau serutan kayu kemudian dihaluskan. Pada simplisia batang / kayu banyak mengandung serat selulosa, hemisesulosa, serta lignin yang tinggi. Untuk mendapatkan simplisia batang/ kayu yang berkualitas perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1) Pilih batang yang telah tua 2) Pilih batang yang masih utuh dan tidak rusak oleh serangga maupun hama 3) Pilih batang yang tidak berjamur, bersih dari cendawan dan tidak ditumbuhi lumut. 119 Berikut gambar simplisia batang/ kayu (Brotowali) Gambar 19. Batang Brotowali Sumber gambar: Panduan meracik herbal, B.Mahendra, Seri Agriserat e. Simplisia Kulit Batang (Korteks) Korteks merupakan bahan dasar obat herbal yang yang diperoleh dari pengambilan bagian terluar dari batang tanaman yang berkayu. Bagian yang sering digunakan sebagai bahan ramuan meliputi kulit batang, kulit cabang, atau kulit ranting sampai ke lapisan epidermis. Potongan atau hasil pengelupasan kulit batang tersebut terkadang memiliki bentuk dan ukuran tidak beraturan, tergantung dari ukuran batang atau cabangnya .Kulit batang memiliki sifat kaku, keras, dan ulet. Hal ini dikarenakan keduanya memiliki kandungan serat selulosa, hemiselulosa, serta lignin yang tinggi. Untuk mendapatkan simplisia kulit batang yang berkualitas perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1) Pilih kulit batang yang telah tua 2) Pilih kulit batang batang yang masih utuh dan tidak rusak 3) Pilih kulit batang yang tidak berjamur, cendawan, atau tidak ditumbuhi lumut 120 Berikut gambar Simplisia kulit (Kayu manis) Gambar 20. Kayu Manis Sumber gambar: Panduan meracik herbal, B.Mahendra, Seri Agriserat f. Simplisia Daun (Folium) Daun merupakan jenis simplisia yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku ramuan obat tradisional. Simplisia daun dapat pula berupa pucuk atau yang telah tua. Daun tersebut ada yang berupa lembaran daun tunggal atau majemuk. Jenis simplisia ini pada umumnya dapat dipakai dalam bentuk segar atau kering. Secara umum , simplisia daun kering bentuknya selalu tidak beraturan, yakni menjadi keriput, menggulung, dan sangat rapuh. Daun umumnya bertekstur lunak karena kandungan airnya tinggi, antara 70- 80 %. Jaringan tersusun dari jaringan parenkhim . Pada permukaan daun kadang – kadang dijumpai lapisan semacam zat lilin , mengilap, dan ada pula yang berbulu halus atau berambut dengan bentuk yang beragam. Beberapa simplisia daun tanaman obat dipanen pada waktu masih muda atau berupa tunas daun, misalnya daun teh, beluntas dan daun jambu mete. Namun ada pula yang dipanen setelah tua, misalnya daun sirih, jati belanda, keji beling, tempuyung, daun ungu dan daun dewa. 121 Umur pemanenan setiap daun tidak sama sehingga penanganan dan pengelolaan pasca panennya juga berbeda, Daun yang di panen pada usia muda biasanya dikeringkan secara perlahan – lahan mengingat kandungan airnya tinggi sehingga masih memungkinkan reaksi enzimatis berlangsung dengan cepat. Disamping itu, jaringan yang memiliki daun muda masih sangat lunak sehingga mudah hancur atau rusak. Oleh karenanya, penanganan pascapanennya juga harus hati- hati. Daun yang dipanen pada umur tua juga diberi perlakuan khusus berupa pelayuan, lalu dilanjutkan dengan proses pengeringan secara perlahan agar diperoleh warna yang menarik. Pemanenan daun yang mengandung minyak asiri harus ditangani secara hati- hati. Bila hendak memanfaatkannya minyaknya maka daun langsung diolah ketika masih segar. Kalaupun harus dikeringkan, daun harus dianginkan terlebih dahulu agar penguapan minyak asiri seminimal mungkin. Untuk mendapatkan simplisia daun yang berkualitas maka perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1) Pilih jenis daun yang berwarna cerah 2) Pilih daun yang telah terbentuk sempurna dan dalam keadaan segar 3) Pilih daun yang bersih dari cendawan atau jamur 4) Pilih daun yang tidak terserang oleh hama maupun penyakit 5) Tidak memilih daun yang telah berubah warna 122 Gambar 21. Simplisia Kering, Daun Teh Sumber gambar:Panduan meracik herbal, B.Mahendra, Seri Agriserat Gambar 22. Daun Sambung Nyawa 123 g. Simplisia Bunga (Flos) Bagian bunga yang digunakan sebagai obat kadang bervariasi, tergantung kebutuhan herbalis atau peracik obat herbal. Bagian bunga yang umum digunakan meliputi seluruh bagian bunga yaitu, kelopak, mahkota, serta putik atau benang sari. Warna bunga yang telah dipanen dan dikeringkan pada umumnya akan mengalami perubahan. Hal ini disebabkan terjadinya proses oksidasi dan fermentasi pada bunga tersebut. Pengolahan bunga yang banyak mengandung minyak asiri harus lebih hati-hati agar kandungan minyak tidak banyak yang hilang karena menguap. Cara pengeringan bunga pada prinsipnya hampir sama dengan penanganan dan pengelolaan daun. Hanya saja penanganan pascapanen pada bunga harus dilakukan dengan hati- hati karena bunga mudah rapuh, rusak, serta rontok. Untuk mendapatkan simplisia bunga yang berkualitas maka perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1) Pilih bunga yang sangat cerah 2) Pilih bunga yang telah mekar sempurna dan dalam keadaan segar 3) Pilih bunga yang tidak bercendawan atau berjamur 124 Gambar 23. Simplisia Bunga (Bunga Kumis Kucing) Sumber gambar: Panduan meracik herbal, B. Mahendra, Seri Agriserat Gambar 24. Simplisia Bunga (Bunga Adas) Sumber gambar: Panduan meracik herbal, B. Mahendra, Seri Agriserat h. Simplisia Buah (Fruktus) Simplisia buah merupakan bahan baku obat herbal yang berasal dari bagian buah secara keseluruhan atau sebagian. Simplisia buah dapat dimanfaatkan dalam bentuk segar, irisan- irisan tipis yang telah dikeringkan, atau telah diolah dalam bentuk serbuk halus. 125 Buah memiliki kandungan air yang cukup tinggi, yaitu antara 70 – 80 %. Namun ada beberapa jenis buah yang memiliki kandungan air kurang dari 70 %. Selain mengandung air, buah yang lunak juga mengandung lemak, vitamin, protein, atau zat-zat lain sehingga membutuhkan tindakan khusus dalam proses. Pengeringan agar zat yang dimilikinya tidak hilang, secara umum, jaringan buah tersusun dari jaringan parenkhim yang menyebabkan buah menjadi lunak. Beberapa jenis buah ada yang hanya dimanfaatkan kulitnya, daging buah, atau bijinya saja untuk dijadikan bahan baku obat herbal. Buah dipanen ketika masak karena kandungan senyawa aktif pada waktu itu telah terbentuk sempurna. Penanganan dan pengelolaan buah harus dilakukan secara cepat, khususnya pada buah yang memiliki kandungan minyak asiri. Hal ini penting dilakukan agar kandungan minyak asiri tidak banyak yang menguap pada proses pengolahan. Buah yang mengandung minyak asiri umumnya diolah pada saat buah tersebut masih dalam keadaan segar. Untuk mendapatkan simplisia buah berkualitas maka perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1) Pilih buah yang berwarna cerah 2) Pilih buah yang telah tua/ masak sempurna dan dalam keadaan segar 3) Pilih buah yang tidak terserang hama dan penyakit 4) Pilih buah yang bersih dan bebas dari cendawan dan jamur 5) Tidak memilih buah yang telah berubah warna 126 Gambar 25. Simplisia Buah (Mahkota Dewa), Sumber gambar: Panduan meracik herbal, B. Mahendra, Seri Agriserat Untuk dijadikan simplisia, kulitnya harus dikupas secara hati- hati agar tidak mengenai biji Gambar 26. Buah Mengkudu 127 i. Simplisia Kulit Buah (Perikarpium) Simplisia kulit buah merupakan bahan obat yang diperoleh dari kulit buah. Untuk memperoleh simplisia ini, diperlukan keterampilan khusus untuk mengupas kulit buah yang masih segar. Untuk mendapatkan simplisia kulit buah yang berkualitas maka perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1) Pilih kulit buah yang berwarna cerah 2) Pilih kulit buah yang segar dan tidak keriput 3) Pilih kulit buah yang tidak terserang hama dan penyakit 4) Pilih kulit buah yang bebas dari cendawan atau jamur 5) Tidak memilih kulit buah yang telah berubah warna j. Simplisia Biji (Semen) Simplisia biji adalah bahan baku obat herbal yang berasal dari biji secara utuh. Jika biji tersebut dibungkus oleh kulit buah dan daging buah maka perlu dilakukan pengupasan terlebih dahulu, kemudian biji dikeluarkan dari dalam daging buah. Namun jika biji tersebut merupakan biji utuh, tanpa daging buah, maka pengambilannya dapat dilakukan secara langsung. Biji ada yang keras dan ada pula yang lunak. Biji banyak mengandung zat tepung, protein, dan minyak. Selain itu, biji-bijian memiliki kadar air yang bervariasi dari rendah sampai tinggi, tergantung dari umur biji saat panen. Semakin tua umur biji maka kadar airnyapun semakin rendah. Untuk itu penanganannya harus memperhatikan sifat umum biji agar tidak mudah hancur, pecah, dan rusak. Demikian juga dengan penyimpanan, sedapat mungkin dihindari tempat yang lembab. Hal ini dibiarkan berlanjut, lingkungan yang lembab akan merangsang perkecambahan . Untuk mendapatkan simplisia biji yang berkualitas maka perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 128 1) Pilih biji yang tua sempurna 2) Pilih biji yang masih utuh dan tidak rusak oleh penyakit atau hama tanaman 3) Pilih biji yang tidak berjamur, tidak bercendawan, dan tidak ditumbuhi lumut Gambar Simplisia biji yang sudah dikeringkan Gambar 27. Biji Adas Sumber gambar: Panduan meracik herbal, B.Mahendra, Seri Agriserat k. Simplisia Getah /Lendir Bahan simplisia berupa getah biasanya berbentuk cairan dengan tingkat kekentalan lebih besar dibandingkan air. Susunan kimiawinyapun bermacam- macam, tergantung jenis dan asal tumbuhan. Beberapa jenis getah dari tanaman obat yang bersifat cepat menjadi padat setelah berhubungan dengan udara akibat terjadinya reaksi oksidasi. Untuk mempertahankan agar tetap dalam bentuk cair maka getah harus ditangani dengan hati- hati. Cara penangananya, misalnya dengan memberikan zat kimia tertentu ke dalamnya. Sebagai contoh, pemberian 129 Na- bisulfit pada getah pepaya dapat menjaga tetap dalam bentuk cair sebelum mengalami pengolahan lebih lanjut. Untuk mendapatkan simplisia getah yang berkualitas maka perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1) Pilih getah yang masih segar 2) Pilih getah yang masih murni dan tidak bercampur dengan getah tanaman lain 3) Pilih getah yang masih baik dan tidak rusak oleh cendawan , hama, dan parasit. 1. KARAKTERISTIK BAHAN Amatilah dengan mencari informasi karakteristik bahan baku, penerapan prinsip dasar pengolahan produk minuman herbal melalui media pembelajaran (buku, media cetak, media elektronik, lingkungan, dan sejenisnya) Tanyakan kepada guru dengan mengajukan pertanyaan untuk mempertajam pemahaman prinsip dasar pengolahan produk minuman herbal , misalnya: Bagaimana karakteristik bahan ? Alat yang digunakan ,persyaratannya bagaimana ? Bagaimana alur proses pengolahan ? Lakukan ekplorasi/experimen/ lakukan percobaan dengan: Praktek mengolah produk hasil minuman herbal Mengasosiasi: buatlah laporan Menganalisis hasil praktek serta membuat kesimpulan Komunikasikan dengan: Menyampaikan atau mempresentasikan hasil / laporan praktek di depan teman sekelasnya 130 a. Jenis Herbal Menurut Asal Tanamannya 1) Herbal dari Rimpang (akar) Rimpang , umbi batang, umbi lapis, dan umbi akar umumnya memiliki sifat yang hampir sama, yakni keras dan agak rapuh. Ini disebabkan adanya zat pati, protein yang tinggi, dan kandungan air yang tinggi pula. Beberapa jenis umbi lapis memiliki sifat agak lunak misalnya bawang putih (Allium sativum) . Penanganan dan pengelolaan untuk produk tanaman obat berupa rimpang dan umbi- umbian ini harus sesuai dengan memperhatikan sifat- sifat umum yang dimiliki. a) Jahe (Zingiber officinale Roxb) Jahe termasuk dalam familia Zingiberaceae, Rimpang jahe bercabang – cabang, berwarna putih kekuningan dan berserat.Bentuk rimpang jahe pada umumnya gemuk agak pipih dan kulitnya mudah dikelupas.Rimpang jahe berbau harum dan berasa pedas. Rimpang jahe dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masak, manisan, minuman, obat- obatan tradisional serta sebagai bahan tambahan pada kue, puding dan lain- lain. Disamping itu rimpang jahe dapat diambil oleoresinnya yang dapat digunakan untuk industri parfum, sabun, kosmetika, farmasi dan lain- lain Jahe dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya sebagai berikut: Jahe putih atau jahe kuning besar, jahe jenis ini biasa disebut jahe gajah karena memiliki ukuran paling besar 131 Jahe putih atau jahe kuning kecil, jahe ini biasa disebut dengan jahe sunti atau jahe emprit. Merupakan jenis jahe yang memiliki rasa lebih pedas daripada jahe gajah Jahe merah, memiliki rimpang dengan ukuran paling kecil dan berwarna merah Jahe putih atau kuning besar merupakan jahe yang cocok digunakan sebagai bahan campuran minuman atau jahe olahan. Jahe putih atau jahe kuning kecil dan jahe merah merupakan jenis jahe yang cocok digunakan untuk ramuan obat – obatan. Manfaat pengobatan yang didapat dari jahe antara lain karminatif (peluruh kentut), antimuntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti-inflamasi, antimikroba, antiparasit, antipiretik, antirematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu. Jahe atau Zingiber officinale memiliki berbagai sebutan nama antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak karo), pege (Toba), sipodeh (Minang kabau), Sipodei (Mandailing), lahia (Nias) , Jhi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa), jae/jahya (Bali), jahai (Madura), melito (Gorontalo), lia (Flores), goraka (Ternate), gora (Tidore), dan lali (Irian jaya). Kandungan Senyawa Aktif dalam Jahe Berbagai manfaat yang terkandung dalam jahe disebabkan adanya kandungan berbagai senyawa aktif, seperti minyak asiri, Zingeberena (Zingerona), Zingiberol kamfena, lemonin, bisabolena, kurkumen , gingerol, filandrena, dan resin pahit. Kandungan senyawa kimia lain dalam jahe, yakni senyawa flavonoid, fenolik utama, asam organik, alkaloid, dan terpenoid. 132 Sedangkan oleoresin pada jahe berperan dalam menimbulkan rasa pedas. Kandungan minyak atsiri jahe bervariasi, berkisar 1-3 %, sedangkan kandungan oleoresin berkisar antara 4-7,5%. Senyawa lain yang turut menyebabkan rasa pedasvpada jahe adalah golongan fenilalkil keton atau yang biasa disebut gingerol dan (6)-gingerol. Keduanya merupakan komponen paling aktif dalam jahe. Khasiat dan Manfaat Jahe Jahe diketahui memiliki aktivitas antialkohol, antiallergi, antimikroba, antitusif, antikanker, antidepresan, antirematik, anti-inflamasi, antioksidan, antinarkotik, dan antipenggumpalan darah. Jahe juga dipercaya memiliki aktivitas pereda rasa nyeri, penurun panas, dan penangkal imunitas. Selain itu, jahe diketahui berkhasiat untuk meluruhkan kentut (karminatif), stomakik (peningkat selera makan), stimulan, diaforetik (perangsang keringat), membantu melancarkan ASI, mengobati mulas, gatal (Obat luar), sakit kepala (obat luar), dan salesma (obat luar). Tahukah anda ? Sifat khas yang dimiliki jahe timbul karena adanya kandungan minyak asiri dan oleoresin. Minyak atsiri berperan untuk menimbulkan aroma pedas pada jahe. 133 Jahe sering kali digunakan sebagai obat rematik karena kandungan gingerol dan rasa hangat yang ditimbulkannya membuat pembuluh darah terbuka dan memperlancar sirkulasi atau jalannya peredaran darah. Alhasil, suplai makanan dan oksigen menjadi lebih baik sehingga nyeri sendi akan berkurang. Gingerol, Gingerdiol, dan Zingerone- Senyawa Antifungal Ekstrak rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc) mengandung senyawa gingerol, gingerdiol, dan zingerone yang memiliki efek anti jamur. Ekstrak jahe dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur patogen pada manusia. Kandungan senyawa gingerol dan gingerdiol dari ekstrak jahe yang dapat menghambat jamur patogen pada manusia secara invitro dalam konsentrasi 1mg/ml. Flavonoid, Fenolik, Alkaloid, Terpenoid, dan minyak atsiri- Senyawa antibakteri Flavonoid, Fenolik, Alkaloid, Terpenoid, dan minyak atsiri- yang dihasilkan pada jahe dengan ekstraknya dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen yang merugikan manusia. Antara lain bakteri Eccherichia coli dan terhadap koloni bakteri Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus. Gambar 28. Jahe 134 b) Kunyit Kunyit dikenal dengan nama kunir. Kunyit atau Curcuma domestica atau Curcuma longa masih satu familia dengan jahe yaitu Zingiberaceae dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masak, pewarna, dan obat tradisional. Disamping itu kunyit juga dapat digunakan sebagai bahan kosmetika tradisional Induk rimpang kunyit berbentuk bulat, silindris, membentuk rimpang-rimpang cabang yang banyak jumlahnya di kiri dan kanan. Rimpang–rimpang ini bercabang –cabang lagi, sehingga keseluruhannya membentuk suatu rumpun. Bekas- bekas akar tampak jelas pada rimpang- rimpang ini. Kandungan senyawa aktif dalam kunyit Kandungan senyawa bermanfaat dalam rimpang kunyit, diantaranya minyak atsiri, pati, zat pahit, resin, selulosa, dan beberapa mineral. Kandungan minyak atsiri kunyit berkisar 3–5 % yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpene. Komponen utama yang paling penting dari rimpang kunyit ini adalah kurkumin, desmetoksikurkumin, dan bisdes-metoksikurkumin. Selain kurkumin, minyak esensial yang terkandung dalam rimpang kunyit meliputiar- tumeron (31,1 %), turmeron (10 %), kurlon (10,6 %) dan ar- kurkumin (6,3 %) Khasiat dan manfaat kunyit Berbagai khasiat kesehatan ditawarkan oleh rimpang kuning ini, meliputi obat penurun panas (mendinginkan), diabetes melitus, tifus, haid tidak lancar, keputihan, perut mulas haid, amandel, radang selaput hidung, koreng, gatal, sesak napas, cacar air, obat sakit maag, obat diare, dan mengobati infeksi pada luka. Semua 135 khasiat ini disebabkan adanya kemampuan kunyit sebagai antioksidan, antimikroba, antifungal, serta anti-inflamasi. Kurkumin, Antioksidan Alami Kunyit merupakan sumber antioksidan alami yang dapat membantu mencegah dan menangani oksidasi sel- sel tubuh. Seperti yang kita ketahui, oksidasi sel- sel tubuh dapat menyebabkan terjadinya penyakit, khususnya penyakit degeneratif, seperti kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah, serta diabetes. Senyawa Fenolik dan Minyak Kunyit – Senyawa Antimikroba |