Gerakan perjuangan tanpa kekerasan yang diajarkan mahatma gandhi adalah….

Klik Untuk Melihat Jawaban

#Jawaban di bawah ini, bisa saja salah karena si penjawab bisa saja bukan ahli dalam pertanyaan tersebut. Pastikan mencari jawaban dari berbagai sumber terpercaya, sebelum mengklaim jawaban tersebut adalah benar. Selamat Belajar..#


Answered by gumantinr on Fri, 22 Jul 2022 19:37:38 +0700 with category Sejarah and was viewed by 345 other users

Gerakan perjuangan tanpa kekerasan yang diajarkan oleh Mahatma Gandhi adalah ahimsa [b]. Ahimsa berasal dari kata himsa yang berarti kejam. Jadi, ahimsa berarti antikekejaman atau antikekerasan.

Pembahasan

Lima gerakan Mahatma Gandhi adalah

  1. Swadesi, yaitu gerakan untuk membuat dan memakai bahan buatan dalam negeri sendiri.
  2. Ahimsa, yaitu gerakan melawan tanpa kekerasan atau dilarang membunuh, bahkan menyakiti.
  3. Satyagraha, artinya gerakan untuk tidak bekerja sama dengan Inggris.
  4. Hartal [berkabung], yaitu gerakan sebagai tanda protes [mogok].
  5. Purnaswaray, yaitu gerakan untuk merdeka penuh.

Kata kunci dari soal di atas adalah "gerakan perjuangan tanpa kekerasan". Gerakan perjuangan tanpa kekerasan adalah gerakan ahimsa.

Pelajari lebih lanjut

Empat konsep perjuangan Mahatma Gandhi dapat dilihat di #Link#

Biografi singkat Mahatma Gandhi dapat dilihat di #Link#

-------------------------------

Detil Jawaban

Kelas: XI

Mapel: Sejarah

Bab: Pergerakan Kebangsaan [bab 5]

Kode: 11.3.5

Baca Juga: Coba Buat gambar ilustrasi berdasarkan cerita yang anda buat!​


en.dhafi.link Merupakan Website Kesimpulan dari forum tanya jawab online dengan pembahasan seputar pendidikan di indonesia secara umum. website ini gratis 100% tidak dipungut biaya sepeserpun untuk para pelajar di seluruh indonesia. saya harap pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi para pelajar yang sedang mencari jawaban dari segala soal di sekolah. Terima Kasih Telah Berkunjung, Semoga sehat selalu.

tirto.id - Ajaran Mahatma Gandhi, tokoh penting Gerakan Kemerdekaan India berpengaruh luas menanamkan nilai patriotisme dan semangat melawan penjajahan. Empat prinsip perjuangan Gandhi itu, mulai dari satyagraha hingga swadesi adalah saripati perlawanan tanpa kekerasan yang mengantarkan India pada kemerdekaan pada 1947.

Sejarah India tidak terlepas dari peristiwa penjajahan Inggris sepanjang 1857-1947. Dalam kurun waktu tersebut, berbagai pemberontakan terjadi untuk melawan penindasan pemerintah kolonial Inggris.

Salah satu tokoh perjuangan India dalam menentang bangsa Inggris adalah Mahatma Gandhi. Mengutip Ensiklopedia Britannica, Mahatma Gandhi yang bernama lengkap Mohandas Karamchand Gandhi lahir pada 2 Oktober 1869 di Porbandar, India dan wafat pada 30 Januari 1948 di New Delhi, India.

Gandhi adalah aktivis gerakan kemerdekaan India sekaligus penganut Hindu taat yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dalam perlawanannya.

Gandhi meyakini bahwa perlawanan bersenjata yang berbau kekerasan akan sia-sia. Selain membuang tenaga, perlawanan demikian juga memakan banyak korban jiwa.

Oleh karenanya, dalam melawan penjajahan Inggris, Gandhi mengusung ajaran yang sarat dengan kedamaian. Konsep ini juga dicetuskan Gandhi sebagai bentuk penghargaan terhadap hak asasi manusia.

Dikutip dari buku Semangat Melawan Penjajah di Asia Afrika [2018] yang ditulis Soepriyanto, berikut merupakan penjelasan 4 prinsip perjuangan Mahatma Gandhi yang terdiri dari empat ajaran, yakni satyagraha, ahimsa, hartal, dan swadesi.

1. Satyagraha

Secara sederhana, satyagraha diartikan sebagai prinsip nonkooperasi atau penolakan kerja sama dengan kaum penjajah. Tujuannya adalah untuk melawan kolonialisme di India kala itu.

Cara ini dilakukan dengan dengan menolak mengambil bagian dalam sistem yang tidak adil.

Praktik ini bukan ditujukan kepada perorangan, melainkan kepada sistem yang sarat ketimpangan yang jadi sumber penderitaan rakyat, sebagaimana dijelaskan dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora.

Contoh praktik satyagraha dilakukan dengan menolak tunduk atau tidak mematuhi aturan hukum pemerintah kolonial Inggris terkait pembayaran pajak.

Cara tersebut dimaknai sebagai kebenaran yang didasarkan pada tindak antikekerasan untuk mencapai kemerdekaan.

Istilah satyagraha berasal dari bahasa Sansekerta yang secara harfiah berarti suatu ketetapan hati untuk mencari dan mencapai kebenaran tanpa kenal lelah.

Baca juga:

  • Jelang Hari Kemerdekaan India
  • Sejarah Gerakan Kemerdekaan India Mekar di antara Dua Perang Dunia

2. Ahimsa

Secara bahasa, ahimsa berarti tidak menyakiti. Prinsip ahimsa termasuk dalam tradisi pemikiran India yang berarti antikekerasan.

Garis besarnya, ahimsa dimaknai sebagai prinsip melawan tanpa kekerasan. Prinsip ini ditujukan dalam berbagai tindakan non-koersif, mulai dari tidak akan melukai, membunuh, atau membahayakan seluruh makhluk hidup.

Selain itu, Gede Prama dalam Nyanyian Kedamaian: Kesembuhan, Kedamaian, Keheningan [2015] menjelaskan bahwa ahimsa sebagai prinsip nirkekerasan yang di tingkatan awal berarti tidak menyakiti sama sekali.

Kemudian, di tingkatan lanjut, ahimsa adalah tindakan atau perilaku tersenyum penuh pengertian pada setiap berkah masa kini.

3. Hartal

Hartal berarti mogok kerja. Dalam melawan kolonialisme pemerintahan Inggris, hartal dilakukan dengan cara menghentikan seluruh urusan dagang atau kegiatan ekonomi.

Maka dari itu, para pekerja menutup dan menghentikan operasional toko-toko untuk memboikot kesewenang-wenangan kolonial Inggris.

4. Swadesi

Swadesi merupakan prinsip cinta terhadap tanah air, ditunjukkan dengan suatu pengabdian terhadap negara berdasarkan rasa kemanusiaan.

Menurut Gandhi, urutan swadesi dimulai dari pengabdian diri untuk keluarga, pengorbanan keluarga untuk desa, kemudian desa untuk negara, dan negara untuk kemanusiaan.

Gandhi mengemukakan bahwa ajaran swadesi bertujuan untuk mewujudkan ketentraman dunia. Sebaliknya, pengingkaran terhadap prinsip tersebut akan menimbulkan kekacauan.

Pelaksanaan prinsip swadesi dilangsungkan dengan menggunakan produk dalam negeri, yakni dengan praktik khaddar [memintal dan menenun sendiri] dan tidak membeli produk impor dengan tujuan memboikot produk asing.

Di samping perjuangannya di India, Mahatma Gandhi juga merupakan pembela hak sipil orang Asia di tanah Afrika Selatan.

Gandhi tutup usia pada 79 tahun karena dibunuh di Birla House, New Delhi oleh Nathuram Vinayak Godse--simpatisan kelompok ekstrem Hindu Mahasabha--yang memanfaatkan momen peribadatan massal kala itu.

Baca juga:

  • Akar Polemik Pencopotan Patung Mahatma Gandhi di Afrika
  • Satyagraha, Pembangkangan Sipil Tanpa Kekerasan ala Mahatma Gandhi

Baca juga artikel terkait MAHATMA GANDHI atau tulisan menarik lainnya Syaima Sabine Fasawwa
[tirto.id - ssf/hdi]

Penulis: Syaima Sabine Fasawwa Editor: Abdul Hadi Kontributor: Syaima Sabine Fasawwa

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Lihat Foto

Wikimedia Commons

Mahatma Gandhi saat memimpin 'long march' menentang monopoli garam yang diberlakukan pemerintah kolonial Inggris.

KOMPAS.com - Mohandas Karamchand Gandhi dikenal sebagai Mahatma Gandhi. Mahatma berarti memiliki jiwa besar. Mahatma Gandhi menjadi tokoh terkemuka dalam perjuangan India melawan Inggris.

Mengutip dari Encylcopaedia Britannica, Mahatma Gandhi lahir di Porbandar, India pada 8 Oktober 1869 dan meninggal pada 30 Januari 1948.

Mahatma Gandhi dikenal sebagai sosok yang sangat mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan [humanisme] atau tanpa kekerasan, khususnya dalam melawan Inggris di abad ke-20.

Mahatma Gandhi memperkenalkan empat ajaran yang digunakannya dalam melawan Inggris. Apa sajakah itu?

Ahimsa

Dilansir dari situs BBC, ahimsa dapat diartikan sebagai tidak membahayakan orang lain. Ahimsa merupakan salah satu prinsip religius yang lumrah ditemui dalam ajaran agama Buddha, Hindu serta Jainisme [salah satu aliran keagamaan di India Barat].

Mahatma Gandhi tidak hanya menggunakan ahimsa dalam perlawanannya terhadap pemerintahan kolonial, tetapi juga dalam lingkup kejahatan sosial. Contohnya diskriminasi rasial.

Baca juga: Gerakan Nasionalisme India

Mengutip dari situs Mahatma Gandhi One Spot Complete Information, kata ahimsa berasal dari kata kerja dalam Bahasa Sansekerta, yakni root san yang berarti membunuh. Kata 'hims' dalam ahimsa berarti membunuh. Dalam kalimatnya diberikan awalan 'a' sebagai bentuk negasi.

Maka a-himsa berarti tidak memiliki keinginan untuk membunuh. Ahimsa diartikan tidak membahayakan diri sendiri, orang lain dan seluruh makhluk hidup di bumi.

Secara garis besar, ahimsa tidak mengajarkan kekerasan terhadap seluruh makhluk hidup. Karena merupakan bentuk perlindungan harga diri serta rasa hormat seseorang.

Hartal

Dilansir dari situs Hindustan Times, 30 Maret 1919 merupakan hari hartal atau pemogokan di seluruh India. Banyak daerah di India yang melakukan hartal atau pemogokan.

Hartal merupakan cara yang ditempuh Mahatma Gandhi dalam melawan penjajahan Inggris di India. Hartal dilakukan dengan cara menutup toko serta para pekerjanya melakukan mogok massal.

Dalam jurnal yang berjudul Pemikiran Mahatma Gandhi Tentang Nilai-Nilai Kemanusiaan [2014] karya Safina Lukman Hakim, dkk, hartal merupakan awalan dari gerakan perjuangan India selama 28 tahun melawan penjajahan Inggris.

Walau hartal dipahami sebagai bentuk aksi mogok, namun dalam penerapannya hartal dilakukan dengan berpuasa dan menjalankan kegiatan agama lainnya.