Dalam mengadakan generalisasi regional, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu....... *

Proses penentuan suatu wilayah berdasarkan kriteria kualitas dan kuantitas melalui penggabungan atau penggolongan beberapa wilayah. Perwilayahan juga terdiri atas wilayah formal dan fungsional. Pewilayahan formal dapat ditentukan dari batas-batas di permukaan bumi untuk tujuan tertentu berdasarkan beberapa kriteria seperti administrasi, fisik, sosial, dan ekonomi. Sementara perwilayahan fungsional ditentukan berdasarkan hubungan titik-titik pertumbuhan di suatu wilayah dengan pusat pertumbuhan.

Metode Generalisasi (region generalization)

Generalisasi wilayah (region generalization) yaitu golongan beberapa wilayah ke dalam satu bagian wilayah dengan cara menghilangkan faktor-faktor tertentu yang dianggap kurang penting.

Indonesia terkenal sebagai wilayah yang beriklim tropis tetapi sebenarnya sebagian kecil wilayah indonesia ada yang beriklim sabana dan muson tropis sehingga lebih kering. Faktor iklim sabana dan muson tersebut dihilangkan untuk menonjolkan iklim tropis yang lebih dominan di indonesia atau di Generalisasi kan menjadi indonesia berikli  tropis.

Suatu proses atau usaha membagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu menjadi beberapa bagian. Generalisasi dilakukan dengan cara mengubah atau menghilangkan faktor-faktor tertentu yang dianggap kurang penting atau tidak relevan. Pengubahan atau penghilang itu dimaksudkan untuk menojolkan karakter-karakter tertentu.

Dalam mengadakan generalisasi regional, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu....... *
Generalisasi (region generalization)

Metode Delimitasi

Delimitasi adalah cara atau metode dalam menenutukan batas terluar dari suatu wilayah, yang dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Generalisasi adalah penyemarataan yaitu membagi – bagi permukaan bumi menjadi beberapa bagian dengan menghilangkan beberapa faktor yang dianggap kurang penting. Metode Delimitasi terbagi menjadi 2 yaitu :

Dalam mengadakan generalisasi regional, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu....... *
Delimitasi Wilayah

Delimitasi Kualitatif

Delimitasi kualitatif merupakan cara penentuan batas terluar suatu wilayah berdasarkan kenampakan-kenampakan yang dominan pada suatu tempat. Di dalam konsep ini, yang ditekankan bukan batas-batas wilayah, melainkan inti wilayah tersebut.

Dalam mengadakan generalisasi regional, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu....... *
Delimitasi Kualitatif

Delimitasi Kuantitatif

Delimitasi Kuantitatif, merupakan penentuan batas terluar dari suatu wilayah dengan menggunakan parameter kuantitatif (angka). Data angka kemudian dituangkan dalam suatu peta yang akan memberikan gambaran mengenai pola persebaran data dan kaitannya dengan ruang.

  • Pembagian waktu karena letak wilayah berdasarkan angka kuantitatif garis bujur sehingga waktu indonesia terbagi menjadi 3
  • Pembagian iklim didasarkan pada garis lintang tertentu sehingga tiap wilayah memiliki tipe iklim berbeda tergantung posisi pada garis lintang

Dalam mengadakan generalisasi regional, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu....... *
Delimitasi Kuantitatif


Ilmu wilayah (regional science) merupakan kajian yang sangat penting bagi seorang perencana untuk dapat menggunakan pendekatan dan strategi pembangunan wilayah dengan tepat. Ilmu wilayah adalah ilmu yang mempelajari wilayah sebagai suatu sistem, khususnya yang menyangkut hubungan interaksi dan interdependensi antara subsistem utama eco-system dengan subsistem utama social-system, serta kaitannya dengan wilayah lain dalam membentuk suatu kesatuan wilayah guna pengembangan, termasuk penjagaan kelestarian wilayah tersebut (Sutami, 1977). 


Pengertian Wilayah

Banyak ahli memberikan batasan mengenai wilayah, akan tetapi definisi tersebut memiliki beragam perbedaan, tergantung sudut pandang bidang studi ahli tersebut. Salah satu batasan wilayah dikemukakan oleh E.G.R. Taylor pada tahun 1950 sebagai berikut:

‘A region may be defined as a unit area of the earth’s surface distinguishable from a more area by the exhibition of some unifying characteristic or property’.

Wilayah dapat didefinisikan sebagai suatu daerah tertentu di permukaan bumi yang dapat dibedakan dengan daerah tetangganya atas dasar kenampakan karakteristik atau properti yang menyatu.

Walaupun ada bermacam batasan pengertian wilayah, ada beberapa unsur kesamaan yang bila disimpulkan akan menjadi tiga dasar penggolongan, yaitu: kelompok pertama mendasarkan definisi pada gejala-gejala kemanusiaan (human phenomena), kelompok kedua mendasarkan pada gejala-gejala alamiah (natural phenomena) dan kelompok ketiga mendasarkan pada gejala-gejala geografi (geographical phenomena) dengan mengkaitkan faktor alamiah dan manusiawi dalam jalinan yang harmonis. Dari pengertian tentang wilayah tersebut, konsep wilayah dapat dikelompokkan dalam:

  1. Konsepsi wilayah ditinjau dari segi tipenya,
  2. Konsepsi wilayah ditinjau dari rank/hierarkinya,
  3. Konsepsi wilayah ditinjau dari segi kategorinya, (Minshull, 1970).

A.    KONSEPSI WILAYAH BERDASARKAN TIPE

Menyoroti arti dan eksistensi wilayah berdasarkan tipe, titik tolaknya ada pada ide-ide homogenitas dan heterogenitas.

a.       Ide Homogenitas

Populer dengan istilah formal region/homogeneous region/uniform region. Dalam hal ini yang penting adalah keseragaman dari properti yang ada pada wilayah tersebut, baik secara individual maupun gabungan dari beberapa unsur. Dengan kesukaran dalam delimitasinya maka muncul istilah wilayah inti/core region (Alexander,1963). Wilayah dari segi homogenitas, yang dipentingkan bukan semata-mata pengenalan sejauh mana batas-batas terluar wilayah tertentu, melainkan mengenal bagian intinya. Mengingat karakter utama suatu wilayah tercermin dari bagian intinya. Daerah inti adalah bagian dari suatu wilayah yang memiliki derajat diferensiasi paling besar diantara wilayah lain, sedang batas-batas wilayah dalam pandangan ide homogenitas merupakan bagian dengan derajat diferensiasi terkecil atau nol dari wilayah tetangganya. Daerah peralihan semata-mata merupakan wilayah tersendiri dengan ciri tersendiri.  

b.      Ide Heterogenitas

Dalam ide ini tercermin pola interdependensi dan pola interaksi antara subsistem utama ecosystem dengan subsistem utama social system. Penekanan utamanya menyangkut segi-segi kegiatan manusia (man’s activities). Dalam ide ini tercermin pola unity in diversity dengan keberbagaian gejala dalam batas-batas tertentu tercipta kesatuan hubungan dan pola ketergantungan. Biasanya sistem yang ada dalam batas wilayah tersebut terkontrol oleh sebuah titik pusat.

Selain menekankan ide heterogenitas juga menekankan pandangan pada ide sentralitas. Banyak cara dalam penentuan batas wilayah (delimitation of region), baik secara kualitatif maupun kuantitatif, atau generalisasi maupun klasifikasi atau keduanya. Titik berat pada hubungan fungsional maka disebut wilayah fungsional (functional region).   

Gambar 1. Functional Region






Dalam mengadakan generalisasi regional, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu....... *


Dalam mengadakan generalisasi regional, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu....... *

 


B.     KONSEPSI WILAYAH BERDASARKAN HIERARKI

Pengertian wilayah selalu ditekankan pada sifat khasnya (unique characteristic). Untuk meninjau rank/hirarki suatu wilayah dapat bertitik tolak dari berbagai segi, seperti ditinjau dari segi size (ukuran), form (bentuk), function (fungsi), faktor lain atau gabungan dari faktor-faktor tersebut. Passarge (Jerman) mengemukakan ide mengenai rank of region. Secara diafragmatis oleh Chorley & Hagget (1970) digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Hirarki Wilayah (regional hierarchy)

A

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

B

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

C

1          2

3          4

5          6

7          8

9          10

           11         12

13          14

15          16

D

1          2          3          4

5          6          7          8

9            10          11          12

13          14          15          16

E

                                 1           2            3           4            5             6           7           8

                                 9          10          11         12          13          14          15         16

Keterangan:

A: gegend – rank of the 1st order : satuan wilayah terkecil

B: landschaftsteil - rank of the 2nd order : gabungan beberapa gegend

C: landschaft - rank of the 3rd order : gabungan beberapa landschaftsteil

D: landsteil - rank of the 4th order : gabungan beberapa landschaft

E: land - rank of the 5th order : gabungan beberapa landsteil

C.    KONSEPSI WILAYAH BERDASARKAN KATEGORI

Wilayah berdasarkan katgorinya memiliki realisasi bermacam-macam. Penggolongan yang umum digunakan adalah:

1.  Single Topic Region (wilayah bertopik tunggal)

Wilayah yang eksistensinya didasarkan pada satu macam unsur saja. Bila ditinjau dari tipenya dapat berupa wilayah formal atau wilayah fungsional. Contoh: delimitasi wilayah atas curah hujan.

2.  Combined Topic Region (wilayah bertopik gabungan)

Wilayah yang dibentuk sebagai realisasi gabungan beberapa unsur yang masih satu topik. Contoh: delimitasi regional berdasarkan beberapa topik seperti curah hujan, temperatur dan tekanan udara, dalam jangka waktu panjang akan menghasilkan wilayah dengan iklim berkarakteristik berbeda. 

3.  Multiple Topic Region (wilayah bertopik banyak)

Wilayah yang eksistensinya berdasarkan pada beberapa topik berbeda antara satu dengan yang lain tapi masih berhubungan, tergantung tujuan. Contoh: delimitasi daerah pertanian, data yang diperlukan iklim, keadaan tanah, geomorfologi dan lainnya yang dianggap penting.   

4.  Total Region (wilayah total)

Delimitasi mencakup semua unsur dalam suatu wilayah. Regionalisasi bersifat klasik dengan kesatuan politik sebagai dasar. Keuntungan total region terletak pada pelaksanaannya, terutama ditinjau dari segi administratic convenience. Akan tetapi kesulitan yang dihadapi lebih banyak karena luasan masalah yang dicakup.

5.  Compage

Pertimbangan utama dalam delimitasi adalah menonjolnya aktivitas manusia di suatu tempat, bukan banyak sedikitnya topik. Orientasi titik berat bukan pada physical setting tapi bobot kegiatan manusia. 

Konsepsi wilayah berdasarkan kategori ini tidak mengharuskan kita untuk menganut salah satu dari konsep tersebut tapi juga dapat dilakukan kombinasi silang antara berbagai konsep. Hal ini tergantung pada jenis kegiatan, lingkup usaha, masalah, luas daerah dan tujuan perancangan program.  







 

Dalam mengadakan generalisasi regional, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu....... *

 
























Dalam mengadakan generalisasi regional, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu....... *


Dalam mengadakan generalisasi regional, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu....... *

Dalam mengadakan generalisasi regional, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu....... *

Dalam mengadakan generalisasi regional, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu....... *






Gambar 3. Single Topic Region

 

Gambar 4. Combined Topic Region

 



Dalam mengadakan generalisasi regional, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu....... *


Dalam mengadakan generalisasi regional, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu....... *




Gambar 5. Multiple Topic Region

 



 




Dalam mengadakan generalisasi regional, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu....... *
 


Pengertian Pewilayahan

Pewilayahan memegang peranan penting dalam sebuah perencanaan karena sangat berguna untuk mengetahui variasi karakter wilayah tertentu. Pewilayahan adalah usaha untuk membagi-bagi permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula. Pembagiannya dapat mendasarkan pada kriteria tertentu seperti administratif, politis, ekonomis, sosial, kultural, fisis, geografis dan lainnya.

Pewilayahan di Indonesia berhubungan erat dengan pemerataan pembangunan dan mendasarkan pembagian pada sumber daya lokal sehingga prioritas pembangunan dapat dirancang dan dikelola sebaik-baiknya. Pewilayahan untuk perencanaan pengembangan wilayah di Indonesia bertujuan untuk:

1.      menyebar-ratakan pembangunan, untuk menghindarkan pemusatan kegiatan pembangunan di daerah tertentu.

2.      menjamin keserasian dan koordinasi antar berbagai kegiatan pembangunan di tiap daerah.

3.      memberikan pengarahan kegiatan pembangunan untuk pemerintah, swasta maupun masyarakat umum (Hairy Hadi, 1974).

Prinsip-Prinsip Pewilayahan

Secara garis besar, metode pewilayahan digolongkan menjadi dua, yaitu:

1.      Penyamarataan Wilayah (Regional Generalization)

2.      Klasifikasi Wilayah (Regional Classification)

A.   Penyamarataan Wilayah (Regional Generalization)

Penyamarataan Wilayah (generalisasi regional) adalah suatu proses atau usaha untuk membagi permukaan bumi atau bagian dari permukaan bumi tertentu menjadi beberapa bagian dengan cara mengubah atau menghilangkan faktor-faktor tertentu dalam populasi yang dianggap kurang penting atau kurang relevan, dengan maksud untuk menonjolkan karakter tertentu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam generalisasi regional adalah:

1.      Skala Peta

Studi wilayah yang detail menghendaki ketelitian dan ketepatan pengukuran-pengukuran yang dilakukan di lapangan. peta berskala besar dalam hal ini digunakan untuk visualisasi data. Daerah survei pada taraf ini daerah liputannya tidak terlalu luas. Generalisasi dengan cakupan luas dengan sendirinya akan menggunakan peta berskala kecil.

Akibat yang timbul dari penggunaan skala peta yang berbeda adalah:

a.       Makin besar skala peta (makin detail feature yang diamati) akan makin kecil derajat penyamarataan wilayah yang dilakukan.

b.      Makin kecil skala peta akan semakin besar derajat penyamarataan wilayah yang dilakukan (James, 1952).

2.      Tujuan Pewilayahan

Tujuan pewilayahan akan mempengaruhi derajat generalisasi yang dilakukan. Contoh: pemetaan tata guna tanah mempunyai derajat generalisasi yang lebih kecil dibanding generalisasi regional untuk tujuan analisis klimatologis. Hal ini dipengaruhi oleh visual features daerah penelitian. Visual data akan mengalami derajat generalisasi lebih kecil dibandingkan unvisual data dengan batasan faktor-faktor lain adalah sama.

Delimitasi dalam Generalisasi Regional

Masalah yang dihadapi dalam perencanaan pengembangan wilayah (regional development planning) adalah pewilayahan, yaitu ‘delimitasi regional’. Delimitasi adalah cara-cara penentuan batas terluar suatu wilayah untuk tujuan tertentu.    

1.      Delimitasi Kualitatif

Tinjauan menyeluruh terhadap sifat-sifat yang ada dalam suatu wilayah akan menimbulkan image tentang kenampakan yang menyolok dari suatu wilayah. Tiap daerah memiliki karakteristik khas, masing-masing daerah tersebut secara konsepsional akan dibatasi oleh garis pemisah (garis batas). Garis pemisah ini pada hakekatnya bukan merupakan batas tegas antar wilayah tetapi lebih merupakan suatu wilayah peralihan (zone of transision) antara dua kenampakan yang berbeda. Deferensiasi kenampakan paling kabur adalah wilayah peralihan sedangkan deferensiasi dengan kenampakan paling tegas adalah daerah inti atau core region (Alexander, 1963).

Delimitasi kualitatif dalam generalisasi regional banyak dikerjakan dalam interpretasi foto udara maupun ERTS Imagery. Delimitasi kenampakan didasarkan pada rona, tekstur dan pola dalam foto udara. Delimitasi kualitatif lebih menguntungkan dan dapat dipercaya daripada delimitasi yang mendasarkan pada peta garis (line maps). Delimitasi wilayah kualitatif dalam generalisasi memiliki kelemahan yang disebabkan oleh cara memisah-misahkan wilayah yang satu dengan yang lain semata-mata mendasarkan pada pengamatan bersifat kualitaf. Delimitasi ini cocok untuk pre planning period untuk mendapatkan gambaran umum suatu wilayah sebagai pedoman penentuan langkah selanjutnya yang lebih konkrit dan tegas.  

2.      Delimitasi Kuantitatif

Menekankan parameter kuantitatif, data yang digunakan sebagai dasar generalisasi diambil dari berbagai bidang. Data yang sudah terkumpul dituangkan dalam peta yang akan memberikan gambaran penyebaran data dalam kaitannya dengan ruang. Contoh: pewilayahan klimatologis oleh US Weather Beureau, mendasarkan delimitasi pada lokasi stasiun-stasiun meteorologi yang tersebar diseluruh daerah. Dengan menghubungkan beberapa titik dan membuat garis berat masing-masing penghubung antar dua stasiun. Maka akan diperoleh wilayah klimatologi dengan batas garis berat dan stasiun meteorologi sebagai pusatnya. Wilayah tersebut menjadi bentukan yang disebut sebagai poligon. Cara ini dikemukakan oleh Thiesen dan dikenal dengan Thiesen Polygon (Hagget, 1970). 






Dalam mengadakan generalisasi regional, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu....... *



Gambar 8. Thiesen Polygon

 
 


Metode lain yang dapat digunakan adalah Raillys Law yang dikenal dengan istilah Law of Retail Gravitation. Seiring kemajuan teknologi, maka digunakan pula alat hitung elektronik (komputer)  dalam teknik pewilayahan. Keuntungan penggunaan alat ini adalah kecepatan kinerja dan konsistensi yang tinggi. Delimitasi dapat dilakukan dengan jalan mendeliniasi batas-batas antara penyebaran jenis-jenis data yang berlainan.



Dalam mengadakan generalisasi regional, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu....... *
 


B.   Klasifikasi Wilayah (Regional Classification)

Secara etimologis, klasifikasi adalah metode untuk mengatur data secara sistematis menjadi golongan-golongan atau beberapa bagian yang dalam hal ini dapat berupa grup, kelas, atau keluarga (Webster, 1966).

Klasifikasi wilayah adalah usaha untuk mengadakan penggolongan wilayah secara sistematis kedalam bagian-bagian tertentu berdasarkan properti tertentu. Penggolongan yang dimaksud haruslah memperhatikan keseragaman sifat dan semua individu. Semua individu dalam polulasi mendapatkan tempat dalam golongan masing-masing. Tujuan utama klasifikasi adalah untuk tidak menonjolkan sifat-sifat tertentu dari sejumlah individu, melainkan mencari diferensisasi antar golongan. Cara klasifikasi dapat dikerjakan dengan sifat kualitatif maupun kuantitatif. Klasifikasi dapat bertujuan untuk mengetahui deferensiasi jenis dan deferensiasi tingkat.  

1.      Deferensiasi Jenis

Deferensiasi jenis dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai sifat suatu wilayah. Jenis ini biasanya menggunakan cara kualitatif. Contoh: klasifikasi wilayah berdasarkan penyebaran tata guna tanah. Makin teliti klasifikasi maka akan makin baik informasinya.

2.      Deferensiasi Tingkat

a.      Metode Interval (Interval Method)

Regionalisasinya berdasarkan data statistik, sifat utama adalah kuantitatif. Yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah parameter-parameter klas yang digunakan untuk dasar penggolongan. Makin banyak klas yang dibentuk dalam diferensiasi atau makin kecil interval yang digunakan sebagai dasar penggolongan maka makin banyak informasi yang dapat diperoleh dari data yang bersangkutan (Robinson AH & RD Sale, 1969). Dari penyebaran data secara keruangan yang tidak teratur, dapat diperoleh sistematika penyebaran data pada interval tertentu.   

b.      Metode Hirarki (Hierarchical Method)

Masing-masing klas mempuyai hubungan dengan klas-klas dibawahnya atau diatasnya, karena orde yang lebih tinggi merupakan gabungan dari klas dibawahnya (Chorley & Hagget, 1970). Secara diafragmatis, pembagian klas dengan metode hirarki dapat dilihat pada gambar 2.

PUSTAKA

Hadi Sabari Yunus, 1991, Konsepsi Wilayah dan Pewilayahan, PT. Hardana Ekacitra Tunggal, Jogjakarta.


Page 2