Buku yang didalamnya terdapat unsur rekaan bersifat imajinatif dan memiliki makna kias disebut

Buku yang didalamnya terdapat unsur rekaan bersifat imajinatif dan memiliki makna kias disebut

Ilustrasi toko buku. (dok. mohamed_hassan/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Bola.com, Jakarta - Secara umum, pembagian genre buku bisa dikategorikan dalam dua kelompok. Kedua kategori tersebut ialah buku fiksi dan non fiksi.

Bagi orang yang hobi membaca buku, pastinya tidak asing dengan buku fiksi dan non fiksi. Kendati demikian, kedua istilah tersebut masih belum dipahami sebagian orang.

Buku fiksi dan nonfiksi adalah dua hal yang berbeda. Tak jarang orang yang belum memahami apa perbedaan buku fiksi dan non fiksi.

Padahal, untuk membedakan buku fiksi dan non fiksi cukup gampang. Satu di antara perbedaan buku fiksi dan nonfiksi bisa ditinjau dari bagian isi buku.

Buku fiksi ditulis berdasarkan imajinasi sehingga isi dari jenis buku ini lebih banyak berupa cerita yang menghibur dan membangkitkan emosi. Sementara, buku nonfiksi adalah buku yang ditulis berdasarkan kenyataan. Buku jenis ini menyajikan suatu informasi dan pengetahuan baru.

Jika belum paham, masih banyak perbedaan lain antara buku fiksi dan non fiksi. Apa saja perbedaan dari keduanya?

Berikut ini rangkuman mengenai perbedaan buku fiksi dan non fiksi, seperti dilansir dari laman Lebkur dan Portal-Ilmu, Rabu (13/1/2021).

Buku yang didalamnya terdapat unsur rekaan bersifat imajinatif dan memiliki makna kias disebut

Ilustrasi perpustakaan. (Sumber: Pixabay)

Sebelum mempelajari perbedaan buku fiksi dan non fiksi, sebaiknya coba memahami dulu pengertian kedua jenis buku tersebut.

Pengertian Buku Fiksi

Buku fiksi merupakan buku yang berisi cerita, sifatnya imajinatif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata fiksi berarti cerita rekaan atau khayalan yang tidak berdasarkan pada kenyataan.

Buku-buku fiksi ditulis oleh pengarang dengan mengembangkan imajinasi yang mereka punya. Mulai tokoh, konflik, alur cerita, semua dibuat berdasarkan imajinasi.

Kendati demikian, hampir setiap buku fiksi dibuat dengan menyertakan fakta-fakta sejarah dan sosial yang ada untuk memperkuat cerita agar lebih meyakinkan.

Kemudian bahasa yang digunakan biasanya bahasa kiasan atau konotatif. Jadi, pembaca diajak untuk masuk ke cerita itu dengan bahasa yang tidak biasa.

Buku yang didalamnya terdapat unsur rekaan bersifat imajinatif dan memiliki makna kias disebut

Ilustrasi perpustakaan. (AFP Photo)

Buku non fiksi merupakan buku yang berisi kejadian sebenarnya dan bersifat informatif. Menurut KBBI, non fiksi adalah yang tidak bersifat fiksi, tetapi berdasarkan fakta dan kenyataan (tentang karya sastra, karangan, dan sebagainya).

Dalam buku jenis ini memuat informasi, deskripsi, peristiwa, tempat, karakter dari suatu objek yang benar-benar ada di kenyataan.

Buku non fiksi dibuat berdasarkan pengamatan dan data yang berisi fakta-fakta. Hal tersebut yang membuat buku non fiksi sering dijadikan sumber informasi oleh para pembaca.

Adapun bahasa yang digunakan biasanya bahasa denotatif atau bahasa sebenarnya, jadi pembaca dapat langsung memahami maksud dari isi buku.

Buku yang didalamnya terdapat unsur rekaan bersifat imajinatif dan memiliki makna kias disebut

Ilustrasi buku. | pexels

Ciri-ciri Buku Fiksi

1. Fiksi memuat hal-hal yang bersifat imajinatif.

2. Isinya membuat kebenaran yang relatif atau tidak mutlak.

3. Menggunakan bahasa santai dan bersifat konotatif.

4. Tidak mempunyai sistematika baku dalam penulisannya.

5. Tujuannya memengaruhi emosi atau perasaan para pembacanya sehingga terhanyut dalam cerita yang terdapat dalam buku.

6. Terdapat pesan moral dalam buku.

Ciri-Ciri Buku Non Fiksi

1. Penulisannya menggunakan bahasa formal.

2. Metode penulisannya bersifat denotatif.

3. Mengandung fakta atau bersifat faktual.

4. Berbentul tulisan ilmiah populer.

5. Berisi tentang penyempurnaan penelitian atau temuan yang sudah ada maupun temuan penelitian baru.

Buku yang didalamnya terdapat unsur rekaan bersifat imajinatif dan memiliki makna kias disebut

Ilustrasi buku fiksi. (dok. Pixabay/Novi Thedora)

Contoh Buku Fiksi

Untuk memperjelas lagi, berikut ini beberapa contoh buku fiksi:

  • Cerpen
  • Novel
  • Dongeng
  • Drama
  • Puisi
  • Hikayat
  • Fabel
  • Mitos
  • Komik
  • Cerita Rakyat

Contoh Buku Non Fiksi

Berikut ini beberapa contoh buku non fiksi:

  • Karya tulis ilmiah
  • Skripsi, tesis, disertasi
  • Buku pelajaran
  • Jurnal
  • Buku ensiklopedia
  • Biografi
  • Esai
  • Opini
  • Pidato

Sumber: Lebkur, Portal-ilmu

Buku yang didalamnya terdapat unsur rekaan bersifat imajinatif dan memiliki makna kias disebut

Ilustrasi buku fiksi. Credit: pexels.com/Annelis

Bola.com, Jakarta - Buku fiksi adalah jenis buku yang isinya berupa cerita yang sifatnya imajinatif. Jadi, untuk menuliskan buku fiksi tidak diperlukan adanya pengamatan.

Tak hanya itu, dalam menulis buku fiksi juga tidak perlu pula pertanggungjawaban kebenarannya karena ide cerita yang ditulis merupakan khayalan atau imajinasi penulis.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fiksi adalah cerita rekaan atau khayalan yang tidak berdasarkan pada kenyataan.

Dalam cerita fiksi biasanya menggambarkan kejadian, pengalaman seseorang, atau sejarah yang dibumbui dengan imajinasi dan kreativitas dari penulis.

Cerita fiksi cenderung memiliki struktur yang bebas atau sesuai dengan penulis. Kendati demikian, cerita fiksi biasanya sarat pesan moral di dalamnya.

Adapun contoh genre buku fiksi, yaitu cerita anak, dongeng, novel, cerita pendek (cerpen), fabel, dan komik.

Berikut ini rangkuman tentang ciri-ciri buku fiksi dan unsur-unsurnya yang perlu diketahui, seperti dilansir dari emodul.kemdikbud.go.id, Selasa (2/11/2021).

Buku yang didalamnya terdapat unsur rekaan bersifat imajinatif dan memiliki makna kias disebut

Ilustrasi membaca cerita fiksi. Credit: pexels.com/Enzo

Sebelum membahas ciri-ciri buku fiksi, ketahui dulu unsur-unsurnya. Adapun unsur-unsur dari buku fiksi, sebagai berikut:

1. Sampul buku.

2. Perincian subbab buku.

3. Judul subbab.

4. Tokoh dan penokohan.

5. Tema cerita.

6. Bahasa yang digunakan.

7. Penyajian alur cerita.

8. Latar.

9. Amanat.

Buku yang didalamnya terdapat unsur rekaan bersifat imajinatif dan memiliki makna kias disebut

Ilustrasi membaca cerita fiksi. Credit: unsplash.com/Thought

1. Penulisan Fiksi Menggunakan Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan pemilihan atau penggunaan kata yang digunakan dalam menulis karangan fiksi. Adapun gaya bahasa yang digunakan biasanya bermajas metafora, personifikasi, dan perumpamaan.

Pengertian majas adalah gaya bahasa yang digunakan oleh penulis karya fiksi untuk menyampaikan pesan secara imajinatif atau kiasan. Hal tersebut bertujuan untuk menghidupkan perasaan atau menggugah emosi pembaca.

Ada banyak jenis-jenis majas. Jenis majas yang sering digunakan dalam karya fiksi adalah majas metafora dan personifikasi. Untuk memahami jenis-jenis majas bisa mengeklik tautan ini.

Buku yang didalamnya terdapat unsur rekaan bersifat imajinatif dan memiliki makna kias disebut

Ilustrasi membaca cerita fiksi. Credit: pexels.com/Aline

2. Bahasa Bersifat Konotatif

Kata yang digunakan dalam penulisan karangan fiksi mengandung makna yang tidak sebenarnya atau konotatif. Hal ini menyebabkan pesan yang disampaikan penulis tidak disampaikan secara langsung dan tersamarkan.

Kata yang bersifat konotasi dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu konotasi positif dan konotasi negatif. Konotasi positif adalah kata kiasan yang memiliki makna positif/baik. Sedangkan konotasi negatif adalah kata kiasan yang memiliki makna negatif/kurang baik.

Contoh penggunaan kata kiasan bermakna positif, 'Didin adalah keturunan darah biru'. Kata 'darah biru' bermakna sebagai keturunan bangsawan.

Contoh penggunaan kata kiasan yang bermakna negatif, 'Marco Bento sudah tahu akal bulus Bejo. Kata 'akal bulus' tersebut mempunyai makna sebagai licik atau penipu.

Buku yang didalamnya terdapat unsur rekaan bersifat imajinatif dan memiliki makna kias disebut

Ilustrasi membaca cerita fiksi. Credit: pexels.com/Gabby

3. Berdasarkan imajinasi atau khayalan

Dalam karangan yang bersifat fiksi, penggambaran kehidupan berdasarkan imajinasi penulis. Kemampuan imajinasi akan meningkat seiring berkembangnya kemampuan seseorang dalam berbicara dan berbahasa.

Imajinasi lahir dari proses mental yang manusiawi dan dapat mendorong semua kekuatan yang merangsang emosi untuk berperan aktif dalam pemikiran dan gagasan kreatif.

Sumber: Kemdikbud