Salah satu restoran yang menyajikan makanan halal di Itaewon-dong di Seoul, Korea Selatan, saat didatangi Kompas.com pada Minggu (28/5/2017). SEOUL, KOMPAS.com - Bagi banyak orang di Indonesia, beribadah Ramadhan di Tanah Air lebih enak ketimbang di negara orang. Jam berpuasa, yaitu jarak dari sahur hingga berbuka puasa, bisa dibilang lebih mudah untuk dijalani, terutama karena faktor kebiasaan. Namun, tidak susah menjalankan ibadah Ramadhan, terutama puasa, di Korea Selatan. Setidaknya ini yang dialami Kompas.com saat berada di Korsel selama sepekan lalu, Sabtu (27/2/2017) hingga Jumat (2/6/2017). Ibadah puasa di Korsel memang lebih panjang jika dibandingkan di Indonesia. Jika dihitung dari shalat Subuh pukul 03.20 hingga Maghrib pada pukul 19.50, maka ibadah puasa dijalani sekitar 16 jam 30 menit. Sebagai perbandingan, pada saat yang sama, puasa di Jakarta dijalani selama 13 jam 10 menit. Ini berarti waktu puasa di Korsel lebih lama, setidaknya hingga 3 jam 20 menit. (BACA: 5 Rekomendasi Restoran Ramah Muslim di Seoul Korsel) Namun, cuaca sejuk dan matahari yang tidak begitu terik membuat dahaga tidak begitu terasa. Saat Kompas.com berada di Seoul, cuaca berkisar 17 derajat Celcius hingga 25 derajat Celcius. Makanan halal Salah satu hal yang kerap mengganggu pikiran saat akan berpuasa di Korsel adalah ketersediaan makanan halal. Dengan posisi umat Muslim sebagai minoritas, ada kekhawatiran sulitnya mendapatkan makanan halal di Korsel. (BACA: Korsel Targetkan 1,2 Juta Turis Muslim Sepanjang 2017) Namun, kekhawatiran ini bisa dihilangkan, tentu tergantung niat tiap individu untuk mencari makanan halal. Meski terbilang tidak banyak, namun terbilang mudah menemukan restoran atau penjual yang menyajikan makanan halal. Jakarta - Muhammad Irfan Akbar berbagi pengalamannya menjalankan puasa Ramadan di negeri ginseng. Mahasiswa asal Indonesia yang akrab disapa Irfan ini sempat mengalami kesulitan puasa karena perbedaan waktu. Irfan menjelaskan, saat musim salju waktu siang hari akan lebih pendek dari biasanya. Kebalikan dengan musim panas yang waktu siangnya terasa lebih lama. Akibatnya waktu malam menjadi sangat pendek.
"Saya tahun pertama puasa pas lagi summer. Buka jam 8 malam kemudian sahurnya itu bisa jam 3 pagi. Jadi lebih lama 4 jam lah durasinya," Jelas Irfan kepada Detikedu, Senin (12/4/2022). "Untuk siasati pertama pasti bakal lebih lama, lebih lemes kan puasanya. Setelah dua sampai tiga hari udah pasti kebiasa, sih," sambungnya. Irfan kini sedang menempuh tahun ke-4 kuliah di KAIST dengan double major Computer Science dan Business. Daerah kampusnya di Daejeon memiliki pusat kegiatan muslim bernama Daejeon Islamic Center (IC). Aktivitas ibadah seperti salat Jumat hingga buka bersama biasa diadakan di Daejon IC. Letak KAIST dan Daejon IC tidak terlalu jauh, sehingga memudahkan Irfan melakukan peribadatan khas muslim. "Untungnya 1 kilo dari KAIST ada Islamic Center of Daejeon. Banyak acara berhubungan dengan Ramadan. Salat tarawih juga masih lancar, Alhamdulillah. Di 10 malam terakhir ada itikaf. Hampir sama dengan di Indonesia, Alhamdulillah," kata Irfan. Selain tempat umat muslim, IC di Daejeon juga menjadi tempat untuk kegiatan lain. Irfan mengatakan, IC punya dapur bersama yang digunakan para ibu memasak hidangan buka puasa Ramadan khas tiap negara. "Di ICD lantai 3 ada kitchen, dapur untuk masak bareng-bareng. Biasanya itu ibu-ibu dari Pakistan, Indonesia masak nasi biryani dan rendang," kata Irfan. Dengan segala kemudahan dan tantangan selama puasa Ramadan di Korea Selatan, Irfan tetap kangen suasana di tanah air. Ramadan di Korea tidak menyuguhkan kebiasaan khas Indonesia. "Enggak ada tuh yang main petasan pas ngabuburit. Kalau misalkan buka puasa bareng temen ga semasif di Indo," kata Irfan. Selain itu, Korea selatan tidak menyuguhkan jalanan yang ramai dengan pedagang takjil layaknya Indonesia. Suasana Ramadan bisa dibilang hanya bisa dirasakan atau terpusat di Daejon IC. Untuk menjaga silaturahmi, sebelum pandemi Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Korea Selatan akan mengadakan buka puasa bersama satu hingga dua minggu sekali. Kegiatan ini biasa dilangsungkan setiap hari Minggu. Simak Video "Uji Coba Kedua Peluncuran Roket Luar Angkasa Korea Selatan Berhasil" (row/row)
Selama bulan suci Ramadan, umat Islam di berbagai belahan dunia menjalani ibadah puasa dengan durasi atau lama waktu yang berbeda-beda. Ini berdasarkan letak wilayah mereka. Selasa, 13 April 2021 - 12:24 WIB Penulis: Redaksi Solopos Editor: Bambang Aris Sasangka | Solopos.com SOLOPOS.COM - Warga muslim menunaikan Salat Tarawih dengan menjaga jarak di Masjid Al Ahmad, Buenos Aires, Argentina, Senin (12/4/2021). (Anadolu Agency/Muhammed Emin Canik)
Solopos.com, ANKARA – Selama bulan suci Ramadan, umat Islam di berbagai belahan dunia menjalani ibadah puasa dengan durasi atau lama waktu yang berbeda-beda. Ini berdasarkan letak wilayah mereka. Ramadan kali ini, yang bertepatan dengan musim semi di belahan bumi utara dan musim gugur di belahan bumi selatan, membuat jam puasa bervariasi sesuai dengan panjang jam siang hari di berbagai lokasi. Menurut situs web Direktorat Urusan Agama Turki, pada hari pertama bulan suci, umat Islam di Kota Murmansk, Rusia, akan berpuasa selama 16 jam dan 53 menit. Mereka yang tinggal di Tromso, Norwegia, akan berpuasa selama 16 jam dan 52 menit. Kota Ushuaia di Argentina akan menjalani selama 12 jam dan 12 menit. Muslim yang tinggal di kota-kota di garis lintang utara akan berpuasa lebih lama daripada di selatan. Di Ibu Kota Norwegia, Oslo, durasi pada hari pertama Ramadan adalah 16 jam enam menit. Di negara tetangganya, Swedia, kaum muslim berpuasa tiga menit lebih pendek. Sementara Moskow, Rusia dan Kopenhagen, Denmark, memiliki durasi puasa yang sama yaitu 15 jam 45 menit. Di Ibu Kota Jerman, Berlin, waktu puasa 15 jam dan 32 menit. Di London, Inggris, durasi puasa mencapai 15 jam 28 menit, sedangkan di Paris, Prancis, 15 jam dan 19 menit. Durasi puasa pada hari pertama di Toronto, Kanada adalah 15 jam 10 menit sementara di Roma, Italia, mencapai 15 jam dua menit. Muslim di ibu kota Yunani, Athena, akan berpuasa selama 14 jam dan 46 menit. Warga Ibu Kota Iran, Teheran, akan berpuasa selama 14 jam dan 37 menit. Ibu Kota Amerika Serikat, Washington, D.C. memiliki durasi puasa 15 jam 14 menit. Muslimin di Ibu Kota Korea Selatan, Seoul, waktu puasanya 14 jam dan 44 menit. Belahan Bumi Selatan Lebih CepatIbu kota Lebanon, Beirut, dan Ibu Kota Pakistan, Islamabad, memiliki durasi puasa yang sama yaitu 14 jam 31 menit. Ibu Kota Irak, Baghdad, hanya satu menit lebih pendek. Muslim di Jerusalem akan berpuasa selama 14 jam 28 menit. Warga Ibu Kota Mesir, Kairo, berpuasa selama 14 jam 20 menit. Warga di Ibu Kota India, New Delhi, berpuasa14 jam 16 menit. Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh, memiliki durasi puasa 14 jam enam menit. Ibu Kota Ethiopia, Addis Ababa, 13 jam 36 menit, dan Ibu Kota Kenya, Nairobi, 13 jam 22 menit. Sementara itu, warga muslim di Kota Rio de Janeiro, Brasil, akan berpuasa selama 12 jam 59 menit. Mereka yang berada di Cape Town, Afrika Selatan, dan Buenos Aires di Argentina akan menahan diri untuk makan dan minum selama 12 jam dan 49 menit.
Cerita Pengalaman Puasa di Korea Selatan, Waktunya Lebih Lama, Tapi Punya Keunikan POS-KUPANG.COM - Waktu untuk puasa di setiap negara tidak sama. Di Indonesia mungkin 13 jam lebih. Tetapi di beberapa negara, waktu puasa bisa lebih dari 13 jam. Bagaimana dengan puasa di Korea Selatan ( Korsel)? Setidaknya ini yang dialami Kompas.com saat berada di Korsel selama sepekan, Sabtu (27/2/2017) hingga Jumat (2/6/2017). Ibadah puasa di Korsel memang lebih panjang jika dibandingkan di Indonesia. Jika dihitung dari shalat Subuh pukul 03.20 hingga Maghrib pada pukul 19.50, maka ibadah puasa dijalani sekitar 16 jam 30 menit. Sebagai perbandingan, pada saat yang sama, puasa di Jakarta dijalani selama 13 jam 10 menit. Ini berarti waktu puasa di Korsel lebih lama, setidaknya hingga 3 jam 20 menit. Namun, cuaca sejuk dan matahari yang tidak begitu terik membuat dahaga tidak begitu terasa. Saat Kompas.com berada di Seoul, cuaca berkisar 17 derajat Celcius hingga 25 derajat Celcius. Makanan halal Salah satu hal yang kerap mengganggu pikiran saat akan berpuasa di Korsel adalah ketersediaan makanan halal. Dengan posisi umat Muslim sebagai minoritas, ada kekhawatiran sulit mendapatkan makanan halal di Korsel. Namun, kekhawatiran ini bisa dihilangkan, tentu tergantung niat tiap individu untuk mencari makanan halal. Meski terbilang tidak banyak, namun terbilang mudah menemukan restoran atau penjual yang menyajikan makanan halal. "Yang paling gampang sih kebab Turki. Karena komunitas Turki di sini memang menyediakan menu makanan halal," kata Hamada, salah seorang WNI yang berada di Seoul, saat bertemu Kompas.com, Minggu (29/5/2017). Halaman selanjutnya arrow_forward Sumber: Kompas.com |