Finally, setelah 2 tahun lebih saya berkesempatan juga untuk menulis kisah perjalanan ini. Ya, perjalanan bersama KM kelud yang kami lewati waktu Najmi baru berusia 3 bulan. Saya pernah menulis tentang perjalanan ini disini dan disini untuk perjalanan kembali ke Batam, sudah ditulis juga disini. Tapi tulisannya pada gak ada gambarnya, dan lebih fokus pada detail perjalanan sebelum dan setelah naik kapal kelud ini sendiri. Dalam rangka mudik lebaran saat itu, demi ngirit dan melalui pengalaman baru naik kapal laut, finally pilihan kita berlabuh untuk berangkat menggunakan kapal laut. Meskipun setelah difikir-fikir, sama aja dan lebih rugi kalau naik kapal laut, jadi kalau niatnya efisiensi ga nyaranin deh. Keuntungan kapal laut itu, memang tiketnya lebih murah, untuk kelas ekonomi itu 350 ribu, sementara tiket pesawat itu biasanya 500-600 ribu’an. Hanya saja, lama perjalanan nya berkali-kali lipat. Dengan pesawat, 1 jam 45 menit, kita sudah sampai ke Soekarno Hatta Airport. Sementara naik Kelud? 30 jam! Keuntungan lainnya adalah bagasi yang dibawa bisa sepuasnya, sebanyak yang bisa kamu angkut! Maka penumpang kapal pun rata-rata adalah mereka yang mau berdagang di Jakarta, atau sebaliknya, belanja di Jakarta dan dijual di Medan atau Batam. Mereka bawa barang dagangan yang menggunung. Terlihat dalam pandangan saya adalah mereka, para pemuda yang bergerombol untuk berdagang. Baiklah, kita sebenarnya dapat ferry jam 3 sore, supaya gak terlambat, jam 2 kita sudah sampai di Sekupang. Ternyata kita memang sudah bisa naik kapal dari jam 3, tapi Ferry baru berangkat jam 5 sore. Untuk mengisi waktu kita sempatkan keliling kapal dan melihat setiap pojoknya : Saya coba ingat-ingat, ada 5 lantai di Kapal Kelud ini. Lantai paling bawah adalah ekonomi 1. Sempit, dan pusing. Karena latai 1 ini berada di bawah laut! Seremnya, disini juga kita bisa lihat tiang-tiang berlumut dan air yang merembes! Belum lagi, goyangannya yang heboh, namanya juga di bawah permukaan laut. Lantai 2, persis di atas air laut. Jadi jika kita tengok kejendela, kaki sama dada kita itu ada di dalam laut, tapi kepala kita ada diatas laut. Gitu. Serem kan. Lantai dua ini, selain ekonomi 2, juga tempat ruang masak. Jadi kalau pas kita antri makanan, kita turun ke lantai 2 ini. Lantai 3, itu ekonomi 3 dan eksekutif. Agak lumayan enak, ada restoran disini, ada ruang rekreasi, yang katanya kalau di musim lebaran ada PS nya dan tempat bermain anak. Pun, disini kita sudah bisa keluar untuk melihat angin. Dilantai 1 & 2, tidak ada… pan deket air laut. Lantai 2, itu dek utama, tempat kamar-kamar VIP dan kafe. Tempat yang pas buat nongkrong. Mushola juga disitu. Uniknya, shalat di kapal itu ganti-ganti kiblat! Haha. Iya, jadi kadang pas shalat dzuhur kita ngadep ke depan kapal, pas maghrib bisa malah ke sisi kanan kapal. Shalat di kapal juga sering di jama’. Jadi adzan cuma 3X : Subuh, Dzuhur dan Maghrib. Selain subuh, sisanya shalat Jama’ Ta’dhim. Setidaknya itu yang saya ingat waktu naik kapal ini. Kapal pun melaju di Jam 5 sore, meninggalkan Batam dan melaju pelan menuju Tanjung Priok. Sepanjang perjalanan, kami shalat, makan, nonton TV dan cuma lihatin Hape! Karena gak ada sinyal! Namanya juga di tengah laut. Katanya sih kalau Simpat* itu bisa ada sinyal, operator lain? Nihil. Paling kalau pas dekat-dekat pulau, baru deh ada sinyal. Kapal juga jarang mengarungi laut lepas, lebih sering melaju di pinggiran pulau. Sepertinya sih demi alasan keselamatan. Malam hari, untuk melepas penat saya ngopi di Kafe Kapal. Bergiliran menjaga Najmi bareng Istri. Katanya nih kapal bakal padat banget kalau pas musim mudik lebaran. Tapi, karena saat itu udah bukan musim lebaran, kapal pun sepi. Katanya, kalau lebaran kadang suka ada penumpang yang sampai tidak kebagian tempat tidur, sampai tidur di selasar, gang-gang dan lorong kapal. Sekarang? Ah, lantai 1 dan 2 aja kosong! Lantai 3 juga gak penuh-penuh amat. Yang dikeluhkan saat naik kapal adalah pusing. Yah, mabuk laut mungkin ya? Beneran kurang nyaman deh kalau tinggal di laut lama-lama, malam berasa panjang, dan tidur pun goyang-goyang. Sepi, hanya debur ombak dan dzikir yang menemani. Menyadari bahwa betapa kecil saya ini. Kegiatan saya pagi itu, ya kembali menyusuri kapal, dan akhirnya bisa menemukan ruang rahasia, yaitu kamar VVIP yang disana ada peralatan olah raga! Ya, kita olah raga dulu aja, biar gak bosen. Sempet degdegan dan takut dimarahin awak kapal, karena ternyata ini ruangan persis di belakang ruang kemudi. Tapi ternyata pas ketahuan, ga dimarahin tuh 😀 Yah, lama menunggu, akhirnya kita sampai di Tanjung Priok jam 9 malam. Benar-benar deh, padahal jadwal sebenarnya itu, kapal harusnya sampai jam 5 sore. Sebelum saya tutup, buat yang pengen lihat bagaimana kamar kelas ekonomi disana, ini penampakannya : Alhamdulillah, Tanjung Priok sudah kelihatan, terima kasih sudah menemani hingga penghujung tulisan dan sampai jumpa lagi. |