2021-04-06 22:30:45 2021-04-07 07:20:16
Alo dokter. KasusSeorang perempuan 45th datang ke pkm dengan keluhan utama lemah separuh wajah sebelah kanan dirasakan pertama kali sejak 24 jam yang lalu,... Show
Bell’s Palsy merupakan kondisi medis ketika adanya kelemahan sementara atau kurangnya kemampuan bergerak pada satu sisi wajah. Biasanya, kondisi ini membaik dengan sendirinya dalam waktu 9 bulan.
Saat seseorang terkena bell’s palsy, otot-otot di salah satu sisi wajahnya akan melemah atau mengalami kelumpuhan. Kondisi ini hanya akan mempengaruhi salah satu sisi wajah sewaktu-waktu, menyebabkan sisi tersebut menjadi kaku. Bell’s palsy bisa terjadi karena adanya semacam trauma pada saraf kranial ketujuh atau yang disebut juga saraf wajah. Secara umum, bell’s palsy dapat terjadi pada siapa saja. Namun, umumnya penderita bell’s palsy adalah orang-orang yang menderita diabetes atau sedang dalam masa pemulihan dari infeksi virus. Gejala yang muncul saat seseorang terkena bell’s palsy serupa dengan gejala stroke. Namun, gejalanya hanya terjadi dalam beberapa saat dan berbeda dengan gejala stroke pada umumnya.
Penyebab Bell’s PalsyBell’s Palsy bisa terjadi saat saraf wajah mengalami kekakuan. Para ahli percaya bahwa kondisi ini disebabkan oleh kerusakan pada saraf wajah yang berujung pada pembengkakan. Saraf wajah menjalar melewati daerah yang sempit dan bertulang di dalam tengkorak. Ketika saraf membengkak, pembengkakkan tersebut mendorong permukaan keras tengkorak. Hal ini berdampak pada kinerja saraf. Selain itu, para peneliti juga mencurigai infeksi virus sebagai penyebab dari kondisi bell’s palsy. Virus herpes genital menjadi salah satu virus yang paling umum menyebabkan gejala bell’s palsy. Secara umum, virus yang bisa menyebabkan gejala bell’s palsy adalah virus yang mengakibatkan:
Saraf wajah yang terinfeksi oleh virus juga dapat mempengaruhi bagian lainnya pada wajah, seperti air mata, air liur, kemampuan mengecap dan tulang kecil di bagian tengah telinga. Pasien penderita bell’s palsy dapat melakukan konsultasi dengan dokter spesialis saraf. Dokter akan melakukan diagnosa dengan melihat kondisi wajah pasien dan meminta pasien untuk mencoba menggerakkan bagian wajahnya, seperti dengan mengedipkan mata, mengangkat alis, memperlihatkan gigi, dan mengerutkan kening. Pertama-tama, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap. Apabila dokter mencurigai pasien menderita gejala bell’s palsy, dokter akan mencoba untuk menutup kelopak mata pasien pada bagian wajah yang terkena. Apabila kelopak tidak bisa menutup, dokter akan mendiagnosis bahwa pasien mengalami bell’s signal atau bell’s phenomenon. Pada kondisi ini, mata pasien akan berputar ke atas dan menjorok keluar saat dicoba untuk ditutup. Terkadang, gejala bell’s palsy serupa dengan gejala penyakit lain seperti stroke dan tumor. Oleh sebab itu, dokter memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan gejala yang dialami pasien benar merupakan gejala dari bell’s palsy. Beberapa pemeriksaan tambahan tersebut meliputi:
Gejala Bell’s PalsyBiasanya, gejala bell’s palsy dapat terjadi secara tiba-tiba. Oleh sebab itu, banyak orang mengira gejala yang mereka alami adalah gejala bell’s palsy. Beberapa orang merasakan nyeri pada bagian belakang telinga sekitar 1 sampai 2 hari sebelum mereka menyadari kerusakan atau keanehan pada saraf wajah mereka. Beberapa pasien lainnya juga mengakui bahwa mereka mendengar suara dalam volume yang lebih besar dibandingkan hari-hari biasanya menjelang munculnya gejala bell’s palsy. Secara garis besar, gejala bell’s palsy yang paling umum terjadi adalah:
Kelemahan dan kondisi wajah yang terkulai biasanya mencapai puncak dalam waktu 1-2 hari. Sebagian besar pasien merasa lebih baik setelah beberapa minggu. Proses penyembuhan baru benar-benar pulih setelah 3 sampai 9 bulan. Dalam beberapa kasus, pasien mungkin akan mengalami gejala permanen. Cara Mengobati Bell’s PalsyKondisi bell’s palsy tidak harus selalu diobati dengan metode pengobatan tertentu. Sebagian besar pasien berhasil pulih dengan sendirinya tanpa upaya khusus dalam kurun waktu tiga sampai sembilan bulan. Apabila dokter mencurigai bahwa gejala bell’s palsy yang dialami pasien disebabkan oleh virus, misalnya virus herpes genital, dokter mungkin akan obat-obatan antivirus seperti acyclovir. Akan tetapi, jenis obat ini tidak selalu terjamin untuk meringankan kondisi bell’s palsy. Selain itu, dokter juga mungkin akan memberikan obat-obatan lain berjenis kortikosteroid sebagai obat anti-inflamasi. Kortikosteroid bekerja paling baik apabila dikonsumsi beberapa hari setelah gejala muncul. Selain obat-obatan, terapi fisik juga bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi bell’s palsy yang dialami pasien. Terapis dapat membantu pasien dalam memijat dan melatih otot-otot wajah agar kekakuan pada wajah tak terulang lagi. Dalam beberapa kasus, operasi dekompresi juga mungkin dilakukan untuk mengurangi tekanan pada saraf wajah dengan membuka bagian tulang yang dilewati oleh wajah. Akan tetapi, operasi ini sangat tidak dianjurkan karena resiko komplikasi yang mungkin muncul, seperti cedera saraf wajah atau gangguan pendengaran permanen. Sebagai tambahan, upaya pengobatan bell’s palsy juga meliputi:
Estimasi Biaya Pengobatan Bell’s PalsyBiaya pengobatan bell’s palsy berbeda-beda, tergantung pada gejala yang dialami, tingkat keparahan, dan metode pengobatan yang dilakukan. Mencegah Bell’s PalsyKondisi bell’s palsy tidak dapat dicegah dengan sepenuhnya. Hal ini disebabkan kondisi yang muncul kemungkinan disebabkan oleh infeksi virus yang tak terhindarkan. Sebagian besar bell’s palsy disebabkan oleh virus herpes genital. Oleh sebab itu, pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan dan kesehatan saat berhubungan seks. Umumnya, bell’s palsy hanya terjadi sekali. Seseorang yang pernah mengalami bell’s palsy memiliki kemungkinan lebih kecil untuk terkena gejala yang sama untuk kedua kalinya. Pasien bell’s palsy bisa melakukan pengobatan sendiri di rumah tanpa melakukan perawatan khusus dari rumah sakit. Sebagian besar pasien bell’s palsy bisa sembuh dengan sendirinya tanpa membutuhkan perawatan spesial. Salah satu perawatan yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan plester bedah secara rutin setiap malam untuk memastikan mata benar-benar tertutup saat tidur. Selain itu, konsumsilah juga obat-obatan pemberian dokter sesuai dengan dosis dan durasi yang tepat.
|