Ibu merupakan guru pertama bagi anak-anaknya. Ibu mengajarkan pelajaran-pelajaran berharga untuk anaknya mulai dari anak lahir, sampai anak tumbuh dewasa. Berikut ini beberapa peran ibu dalam pengasuhan anak: Show Sebagai pelindungIbu adalah pelindung bagi anak-anaknya. Sejak lahir, anak sudah merasakan kehadiran ibu, sentuhan ibu, dan suara ibu yang semuanya membuat anak merasa aman. Saat anak menangis biasanya yang dicari anak adalah ibunya, ini merupakan reaksi pertama dari segala sesuatu yang mengganggunya karena ibu merupakan tempat anak untuk merasa aman dan nyaman. Anak merasa terlindungi bila di dekat ibunya. Ibu melindungi anak dari bahaya lingkungan, dari orang asing, dan dari diri mereka sendiri. Saat anak mulai tumbuh dewasa, ibu tetap menjadi pelindungnya, lebih dari pelindung dalam segi emosional. Ibu selalu mendengarkan keluhan anaknya dan selalu ada untuk memberikan kenyamanan saat anak membutuhkannya. Ibu selalu ingin anaknya merasa aman. Jika anak dapat mempercayai ibu, anak akan percaya diri dan memiliki keamanan emosional. Jika anak tidak dapat menemukan keamanan, biasanya dapat menyebabkan anak mempunyai banyak masalah emosional dan psikologis. Merangsang mental dan emosionalIbu selalu berinteraksi dengan anaknya, melalui permainan atau percakapan, yang merangsang kemampuan kognitif anak. Bahkan permainan bentuk fisik dengan ibu tetap mengikuti aturan yang dibutuhkan anak untuk mengkoordinasikan mental tindakan mereka. Ibu yang membuat mental anak kuat untuk menghadapi dunia luar ketika ia pertama kali meninggalkan rumah untuk sekolah. Sebagai seorang ibu dan pengasuh utama di awal-awal kehidupan anak, ibu menjadi orang pertama yang membuat ikatan emosional dan keterikatan dengan anak. Anak akan belajar emosi pertamanya kepada ibu. Hubungan ibu dan anak yang terbentuk selama tahun-tahun awal akan sangat mempengaruhi cara anak berperilaku dalam pengaturan sosial dan emosional di tahun-tahun berikutnya. Seorang ibu dapat dengan mudah memeluk anak dan berbicara tentang perasaan dengan anaknya sehingga ibu lebih bisa untuk mengajarkan anak bagaimana menangani emosi yang lebih baik. Seorang ibu adalah orang yang mengerti kebutuhan dan suasana hati anaknya. Ibu tahu apa keinginan anaknya bahkan ketika anak belum berbicara kepadanya. Sebagai seorang ibu, seberapa cepat ibu bereaksi terhadap kebutuhan anak dan bagaimana ibu mencoba untuk mengurus kebutuhan anak akan banyak mengajarkan anak tentang memahami orang lain dan kebutuhan emosional. Siedoo.com – Pendidikan keluarga merupakan lingkup dasar bagi perkembangan karakter anak. Ayah bagaikan gunung yang tinggi, sedangkan ibu bagaikan lautan yang luas. Di dalam pendidikan keluarga mereka berdua memiliki keunggulan masing-masing. Harus dilaksanakan hingga mencapai Yin dan Yang, saling mengisi mencapai satu keseimbangan. Serta mencegah munculnya fenomena “Yin menguat dan Yang melemah”. Dengan keseimbangan tersebut, pendidikan keluarga dapat menjadi modal untuk pendidikan di sekolah. Ada sebagian ayah menyerahkan tanggung jawabnya untuk mendidik kepada istrinya. Membiarkan sang istri yang mengurusi anak, sedangkan dia sendiri bersantai tidak mempedulikannya. Sebenarnya tindakan ini kurang baik jika di dalam hati anak merasakan bahwa, ayahnya kurang bertanggung jawab kepada dirinya. Dan bila menemui masalah, tidak mencari pendapat dari ayahnya. Maka, kepercayaan dan kewibawaan dari ayah kian lama akan menjadi kian rendah. 1. Mendidik secara Yin menguat dan Yang melemahSuatu survei, dimana orang tua yang diundang untuk menghadiri pertemuan. Hal menarik yang ditemukan bahwa yang duduk di bawah panggung hampir semuanya wanita. Hal tersebut membuat peneliti teringat, dalam masalah mendidik anak apakah telah terjadi fenomena “Yin menguat dan Yang melemah” dalam masyarakat. Ketika peneliti menanyakan kepada sebagian ayah tentang perannya dalam pendidikan keluarga, jawabnya sibuk bekerja, tidak ada waktu mengurusi anak. Ada pula yang menjawab tabiatnya kurang baik, tidak sanggup memarahi anak. Sebagai seorang ayah, mencampakkan tanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya merupakan suatu kesalahan yang sangat besar. Jika ayah yang berada di rumah juga mencampakkan tanggung jawabnya untuk mendidik. Dari kecil hingga besar, anak itu menerima didikan dari kaum perempuan. Apakah dia masih bisa memiliki kekerasan “Yang” ? Bisakah tidak menjadi “Yin menguat dan Yang melemah”? Dengan merujuk pada keadaan ini, sang guru menyarankan agar si ayah lebih banyak melakukan komunikasi dengan anaknya. Pendidikan keluarga di dalam rumah diutamakan menggunakan pendidikan dari ayah. // Baca juga : Apakah Guru Menikmati Kegiatan Mengajar? Maka dari itu, penulis berpandangan bahwa di dalam pendidikan keluarga harus diperkuat dengan pendidikan dari kaum pria. Terdapat perbedaan watak diantara pria dan perempuan, jika dibicarakan dari keseluruhan, ibu lebih lemah lembut, sedangkan ayah memiliki kekerasan “Yang”. Perlu kelembutan, ketelitian, kesabaran serta perhatian dari sang ibu, dan kelapangan dada, serta watak yang terang-terangan dari sang ayah. Dalam mendidik anak harus mencapai keseimbangan antara Yin dan Yang. Untuk merubah kurangnya pendidikan keluarga dari kaum pria dan kelebihan pendidikan keluarga dari kaum perempuan. Maka pendidikan kaum pria harus diperkuat. Namun, kekurangan pendidikan keluarga dari kaum pria acapkali akan membuat sang anak mengekspresikan perasaan murung. Berwatak lemah tak teguh, bernyali kecil serta memiliki ciri-ciri sifat aneh suka mengasingkan diri, minder dan lain-lain. 2. Untuk Pendidikan Keluarga kaum pria yang berani dan tegasJustru pendidikan dari kaum pria inilah yang telah menutupi kelemahan ini. Ciri khusus dari kaum pria acapkali adalah teguh, berani, tegas, percaya diri, terus terang dan mandiri. Terhadap perempuan, sifat-sifat tersebut nampaknya agak kurang, hal tersebut telah menunjukkan efek dari pendidikan kaum pria yang tidak dapat digantikan. Dipandang dari sudut cara mendidik, acapkali pendidikan keluarga dari kaum pria memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Maka dari itu, terhadap proses pertumbuhan seorang anak yang “sedikit pun tidak berdebu” bukanlah hal yang baik. Kalau begitu, sikap longgar dari kaum pria terhadap masalah kebersihan seorang anak. Sebaliknya malah bisa membantu dalam proses pertumbuhan seorang anak. 3. Ibu cermat dan ayah berfilsafatPada kenyataannya telah terbukti, bahwa masalah kecil dalam keseharian seorang anak acapkali menggantungkan ibunya. Tetapi di saat kritis dalam kehidupan, saat menghadapi masalah yang lebih besar, mereka akan menggantungkan pada ayahnya. Percakapan antara ibu dan anak acapkali sangat cermat, sedangkan percakapan seorang ayah dan anaknya selalu mengandung filosofi. Di dalam mata hati seorang anak ibu bagaikan air, ayah adalah gunung. Air dan gunung saling bergantung, satu pun tidak boleh kurang. Karena itu, ketika mendidik anak, ayah dan ibu harus menuaikan tanggung jawabnya masing-masing, berat dan ringannya dilihat dari waktu. // Baca juga: Resep Agar Anak Berkarakter. Masa kecil anak, ibu harus bertanggung jawab lebih banyak, karena saat itu anak membutuhkan asuhan yang cermat dari ibu. Setelah anak itu tumbuh besar, ayah harus memberi didikan yang lebih banyak karena secara psikis akan mengalami perubahan. Merawat terlalu cermat malah bisa menimbulkan keantipatian. Tidak peduli bagaimana pun juga, dalam masalah mendidik anak sebagai seorang ayah. Tidak boleh sama sekali melepas tanggung jawab dan tidak mau ikut mengurus, tanggung jawab ini harus diemban. Pendidikan keluarga telah menghimbau kaum pria untuk turut mendidik, dan sebagai seorang ayah harus mengemban tanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya. Sumber: Revoltase |