Mewujudkan Iman Kristiani dalam Kehidupan sehari-hari
- Seorang beriman Kristiani adalah seorang yang religious, yaitu orang yang selalu menyandarkan hidupnya pada Kristus dan menyadari bahwa seluruh peristiwa hidupnya merupakan karya Kristus yang menyelamatkan. -Pengertian Iman Iman adalah penyerahan diri secara total ( menyeluruh ) kepada kehendak Allah. Sifat-sifat iman antara lain : 1) Mengatur manusia kepada keselamatan 2) Iman yang hidup -Kekhasan iman Kristiani Ciri penghayatan hidup beriman yang dipelihara umat Kristiani yang dihimpun dalam Gereja Katolik antara lain : - Sakramen Baptis artinya ia dilahirkan kembali dalam Tuhan dan dilantik menjadi anak-anak Allah - Menerima dan merayakan sakramen-sakramen lain sebagai sarana Tuhan untuk menyelamatkan umatNya, dalam pimpinan gembala-gembala Gereja yang dalam hal ini adalah hierarki.
- Berhimpun gereja pada hari Minggu untuk merayakan Perayaan Ekaristi. - Aktif terlibat dalam lingkungan, wilayah dan paroki. - Terlibat secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat.. - Rajin membaca Kitab Suci dan berdoa
Oleh: V. G. Asthaningroem Panggilan Orang Tua Salah satu janji yang diucapkan calon pasangan suami isteri yang menikah di Gereja Katolik adalah berusaha dengan sekuat tenaga untuk mendidik anak-anak secara Katolik. Janji tersebut diucapkan di hadapan Imam dan dua saksi yang bertindak sebagai “orang” yang menyaksikan dan mendengarkan kesaksian yang diucapkan calon pasangan suami isteri tersebut. Maka pelaksana atas janji tersebut adalah calon pasangan suami isteri tersebut. Hal ini sangat jelas menunjukkan bahwa ketika keduanya sudah hidup bersama sebagai keluarga Katolik lalu lahir anak-anak, orangtua terikat kewajiban untuk mendidik anak-anak mereka. Secara sosial ada 3 (tiga) lembaga pendidikan: lembaga formal yakni sekolah, informal yakni keluarga dan nonformal yakni masyarakat. Ketiganya memiliki peran dan fungsi yang berbeda, namun saling berkaitan dan tidak dapat terpisahkan, sehingga proses pendidikan yang ditempuh memiliki proses sendiri-sendiri. Namun, mesti disadari bahwa pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan informal dalam keluarga. Peranan orangtua dalam kehidupan keluarga khususnya bagi anak-anak tidak hanya sebatas melahirkan, memberikan makan, membelikan pakaian, menyediakan tempat tinggal/rumah bagi mereka, tetapi menjadikan keluarga sebagai sekolah yang tepat untuk hidup dan kehidupan. Ada beberapa hal esensial yang hanya dapat dipelajari dalam keluarga, yakni belajar memahami dan menerima orang lain apa adanya, berusaha mewujudkan rasa aman, penerimaan atas setiap pribadi, hormat terhadap otoritas keluarga, memiliki kemampuan membedakan yang benar dan yang salah, bertanggungjawab, kontrol diri dan belajar mencintai dan dicintai. Anak mengenal kasih Allah karena di dalam kehidupan keluarga sehari-hari ia merasakan kasih dari ayah dan ibunya. Sebaliknya jika di dalam kehidupan keseharian anak terus menerus dimarahi, diomeli bahkan dipukul oleh ayah ibunya, maka Allah yang ia kenal adalah Allah yang jahat. Dalam kaitan inilah orangtua sungguh mempunyai peranan sangat penting yang tidak dapat diwakilkan kepada pihak mana pun. Kehadiran dan peranan guru di sekolah atau katekis dalam lembaga Gereja, harus dilihat sebagai bantuan bagi orangtua dalam menjalankan peranannya sebagai pendidik pertama dan utama; karena itu peranan sekolah atau Gereja tidak boleh dimutlakkan seolah-olah menggantikan peran orangtua. Orangtua semestinya menyadari bahwa merekalah pendidik utama bagi anak-anak sehingga mereka tidak hanya memusatkan perhatian untuk urusan dan pekerjaan mereka sendiri. Dari kesadaran sebagai pendidik utama itulah, kemudian orangtua melakukan segala daya upaya agar proses pendidikan dan pertumbuhan anak dalam keluarga menjadi maksimal. Hal ini dilakukan misalnya menyediakan waktu khusus bagi anak-anak untuk bermain dan berkomunikasi, membentuk mereka menjadi pribadi yang utuh dan berkualitas, baik secara manusiawi dan rohani. Sebagai orangtua mereka juga seharusnya ikut terlibat dalam proses pendidikan yang dilakukan oleh sekolah. Mengetahui apa yang sedang dipelajari di sekolah, mengetahui buku-buku yang sedang dipelajari bahkan mengenal teman-teman di kelas maupun di sekolah.Diharapkan dengan mengenal dan mengetahui seluruh proses pendidikan tersebut, orangtua dapat membaca sikap, perubahan dan perkembangan dalam diri anak.Keluarga Sebagai Sekolah Iman Dalam proses pendidikan iman anak diperlukan komitmen yang kuat dari setiap orang tua. Hal ini disadari karena tidak mudah melakukannya karena ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat, di satu sisi memberikan manfaat, tetapi di sisi lain merugikan kehidupan manusia itu sendiri. Banyak film-film yang ditujukan untuk anak-anak tetapi bernuansa kekerasan, perselingkuhan, kemewahan, budaya instant, dsbnya. Perkembangan jaman turut merubah pola kehidupan dalam masyarakat yakni sifat individualisme: segala sesuatu untuk kepentingan diri sendiri atau kelompoknya dan masa bodo dengan orang lain sehingga cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Sifat materialisme: segala sesuatu dinilai dari banyak tidaknya kepemilikan materi. Sifat sektarianisme: yang dipentingkan adalah kelompok suku bangsa atau agamanya saja dan merendahkan kelompok suku bangsa atau agama lainnya. Apabila sifat-sifat tersebut terus berlangsung tanpa ada kesadaran untuk memperbaiki diri, maka kehidupan keluarga, Gereja dan masyarakat akan mengalami kemunduran bahkan kerusakan. Dengan adanya banyak tantangan tersebut, komitmen orangtua/keluarga dalam pendidikan iman anak menjadi sangat penting. Bila tidak disadari dan dilakukan dengan benar, maka anak dapat dengan mudah terpengaruh dan mengikuti budaya-budaya negatif yang kini tumbuh subur di masyarakat. Komitmen itu dapat ditunjukkan oleh orangtua dengan berperan aktif dalam proses pendidikan iman anak, misalnya mengikuti berbagai program pengayaan keterampilan sebagai orangtua yang diselenggarakan oleh Gereja atau lembaga lainnya. Diharapkan orangtua lalu mempraktikkannya dalam hidup sehari-hari, atau dengan ikut memberikan sumbangsih pendapat dan pikiran dalam proses pendidikan iman anak di Gereja sehingga pembinaan iman anak di Gereja menjadi lebih dinamis dan edukatif, atau dengan menjadi sahabat bagi anak-anak yang menjadi tempat curhat anak-anak bila mereka dalam masalah. Hal-hal ini bila dilakukan dengan baik dan sungguh-sungguh, niscaya anak-anak nantinya tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang bukan hanya penuh iman dan bakti kepada Allah, tetapi juga menjadi pribadi yang berintegritas tinggi dan bisa menjadi soko guru dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Gereja sungguh-sungguh memberi perhatian besar mengenai peran keluarga dalam membina iman setiap anggota keluarga, terutama kehidupan iman anak. Gerakan maupun aktifitas dilakukan Gereja bagi keluarga, karena Gereja menyadari bahwa anak yang saat ini berumur 10 tahun kelak 20 tahun lagi adalah pewaris Gereja, maka Gereja menghendaki bahwa para pewaris Gereja masa depan adalah pribadi yang utuh dan kuat imannya sehingga warta kegembiraan yang dibawa Yesus Kristus akan terus berlanjut dan semakin banyak orang mengalami akan kasih Allah. Semoga berkat Tuhan melimpah atas diri Anda bersama keluarga. |