Bagaimana Cara burung menciptakan peta navigasi nya?

Bagaimana Cara burung menciptakan peta navigasi nya?

Bagaimana Cara burung menciptakan peta navigasi nya?
Lihat Foto

KOMPAS.COM/ROSYID AZHAR

Migrasi burung yang telihat di Danau Limboto. Dari 94 jenis burung di danau Limboto 35 persennya adalah kenis migran.

KOMPAS.com - Hewan mempunyai perilaku melakukan perpindahan atau migrasi dari satu tempat ke tempat lain. Biasa itu terjadi saat munculnya pergantian musim.

Tahukah kamu jika migrasi hewan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan medan magnet yang ada di bumi?

Sebagian besar hewan akan memanfaatkan medan magnet bumi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Medan magnet bumi adalah daerah di sekitar bumi yang masih dipengaruhi oleh gaya tarik bumi. Medan magnet akan memengaruhi kehidupan makhluk bumi salah satunya hewan.

Baca juga: Menyambangi Pantai Cemara Sadu, Tempat Migrasi Burung-burung Cantik

Dilansir Live Science, garis medan magnet bergerak dari kutub utara magnet, berputar kembali ke kutub selatan. Di setiap kutub, garis-garis medan magnet hampir vertikal.

Di dalam tubuh hewan terdapat magnet. Maka hewan akan mampu mendeteksi medan magnet bumi. Fenomena itu disebut biomagnetik.

Medan magnet bumi juga bisa membantu hewan untuk menentukan arah migrasi, mencari mangsa, atau menghindari musuh. Karena ada sel-sel yang sensitif secara magnetis.

Para peneliti menjelaskan, jika kamu melihat ke dalam otak seekor burung selama orientasi kompas magnetik. Maka hanya sistem visual yang sangat sensitif.

Bermigrasi malam hari

Sebagian besar hewan dalam hal ini burung akan bermigrasi pada malam hari. Karena burung akan melihat magnetisme bumi dan mengarahkan diri sendiri selama penerbangn di malam hari.

Para peneliti menemukan molekul yang disebut cryptochromes atau protein mata yang mengubah kimia dihadapan medan magnet. Itu ada di retina mata burung yang bermigrasi.

Bagaimana Cara burung menciptakan peta navigasi nya?

Bagaimana Cara burung menciptakan peta navigasi nya?
Lihat Foto

pixabay.com

Penyu adalah hewan yang memanfaatkan medan magnet untuk melakukan navigasi


KOMPAS.com – Setiap spesies hewan punya sistem navigasi. Ada yang mengandalkan kemagnetan bumi untuk bernavigasi.

Hewan-hewan yang memanfaatkan kemagnetan bumi untuk melakukan navigasi adalah penyu, lobster duri, salmon, burung, dan hiu.

Penyu

Penyu adalah seorang ibu yang baik. Ketika penyu menetas di suatu pantai, mereka kemudian akan berenang ke lautan bermil-mil jauhnya selama beberapa tahun. Namun, ketika akan kawin penyu tersebut akan kembali ke pantai tempatnya menetas.

Menurut penyu, tempatnya dahulu menetas adalah tempat yang baik pula untuk telur-telurnya menetas. Pemanfaatan medan magnet dalam pola migrasi penyu membantu dalam hal menemukan jalur migrasi ke tempatnya dahulu menetas.

Dilansir dari National Geographic, penyu bernavigasi di laut dengan cara merasakan garis-garis medan magnet yang tidak terlihat. Hal tersebut mirip dengan bagaimana manusia menentukan koordinat suatu tempat melalui garis lintang dan garis bujurnya.

Baca juga: Manfaat Medan Magnet Bumi pada Migrasi Hewan

Pemanfaatan medan magnet pada migrasi lobster duri adalah untuk menemukan jalur migrasi dan menetukan posisi.

Dilansir dari The Lohmann Lab University of North Carolina at Chapel Hill, lobster duri dapat mendeteksi medan magnet untuk mempertahankan arah migrasinya dan mengetahui lokasi geografisnya.

Sehingga, lobster duri dapat memetakan keadaan geografis disekitarnya dan melakukan navigasi seakurat penyu dan ikan salmon.

Salmon

Salmon memiliki alasan migrasi yang sama dengan hiu, untuk menetaskan anaknya di tempat paling potensial (tempat kelahirannya). Mereka berenang snagat jauh, bahkan melawan arus untuk sampai ke tempat asalnya. 

Salmon melakukan navigasi dalam migrasinya dengan bantuan sensor geomagnetik yang dimilikinya. Sendor tersebut dapat mendeteksi medan magnet bumi dan memetakan jalur migrasi mereka.

Baca juga: Bagaimana Salmon Bermigrasi?

Lebih seringlah menengadah ke langit. Jika kamu melihat burung-burung melintas apalagi dalam jumlah banyak, bisa jadi mereka datang dari bumi bagian utara. Migrasi adalah petualangan terbesar dalam kehidupan burung. Ini bukan perjalanan yang mudah, sebab risiko besar menanti mereka di depan samudera. Tak sedikit dari mereka yang mati sebelum menginjak tanah idaman/perantauannya di dunia tropis.

Burung-burung migran harus menyeberangi lautan, melintasi padang pasir, dengan risiko terjebak badai atau menjadi santapan pemangsa. Setibanya di lokasi tujuan, tak jarang kompetisi dengan burung lokal ataupun penetap menyebabkan nyawa melayang tanpa raga.

Burung migran memiliki kemampuan menemukan rute perjalanan dari satu lokasi migrasi ke lokasi lainnya. Kemampuan itu masih menimbulkan kekaguman para ilmuwan. Sebab, hingga saat ini belum ada teori yang spesifik dan akurat yang dapat menjelaskan bagaimana burung bernavigasi.

Memori spasial burung yang kompleks mampu menciptakan peta ingatan lokasi-lokasi yang mereka kenal, termasuk hubungan antarlokasi, dan tanda-tanda dan bentang alam yag istimewa. Kemampuan ini juga dapat menghubungkan lokasi-lokasi yang pernah dikunjungi dan memperkirakan rute penerbangan teraman.

Agar dapat dengan mulus tiba di lokasi migrasi, burung migran tidak cukup hanya mengandalkan orientasi arah. Mereka memiliki kemampuan navigasi lainnya serupa kompas matahari yang diketahui pertama kali oleh Gustav Kramer, peneliti burung, pada 1950. Dengan kompas dan bantuan “jam” pada tubuhnya ini, burung-burung migran dapat mengurangi risiko kehilangan arah dan memperhitungkan pergerakan matahari.

Berbeda dengan jenis burung-burung malam. S.T. Emlen, ahli zoologi asal Amerika Serikat pada 1967, menemukan bukti bahwa burung-burung malam menggunakan bintang sebagai kompas. Mereka mengorientasikan diri pada gerak putar keseluruhan bintang di langit.

Di atas khatulistiwa, bintang-bintang tampak bergerak cepat. Namun, mendekati kutub kecepatannya berkurang. Sebab tepat di atas kutub, bintang akan “berhenti” atau dikenal sebagai titik perputaran langit. Selain itu, bantuan orientasi penerbangan bagi burung-burung malam adalah magnet Bumi.

Penelitian Institut Zoologi di Jerman berhasil membuktikan melalui pengujian perilaku jenis prenjak kutub dan sikatan berdada putih di bawah langit berbintang artifisial di laboratiorium. Kedua jenis tersebut biasa terbang ke arah barat daya.

Dalam rangkaian pengujian tersebut, kedua jenis burung berhasil mengarahkan diri ke arah barat daya secara tepat saat mengorientasikan diri pada medan magnet Bumi. Sedangkan, jika medan magnet Bumi diubah, mereka akan terbang ke arah selatan.

Kemampuan andal burung bernavigasi kemudian memunculkan pertanyaan dari para ahli: Di mana “kompas” para burung itu berada? Sejumlah ahli biologi dari Frankfurt, Jerman, menemukan kristal-kristal magnetik renik pada kulit bagian atas dekat paruh pada jenis burung merpati pos. Mereka menduga, kristal ini berhubungan dengan kinerja otak sebagai alat orientasi. Tetapi, peran kristal magnetis sebagai alat navigasi burung belum dapat dipastikan.

Kompas burung ini tidak membedakan arah utara atau selatan, tetapi mengetahui arah kutub dan khatulistiwa. Oleh sebab itu, burung akan mencatat sudut inklinasi antara garis medan magnet dengan permukaan bumi karena sudut ini lebih dekat ke garis khatulistiwa daripada ke kutub agar mengetahui pada garis lintang berapa mereka berada. Burung-burung migran menggunakan ketiga kompas ini sesuai kebutuhan. Kompas matahari atau bintang digunakan saat awal perjalanan. Sedangkan untuk mengorientasikan perjalanan jarak jauh, mereka mamanfaatkan kemampuan kompas magnet.

Lalu, bagaimana cara mereka kembali ke tempat asalnya? Sebagian orang meyakini burung-burung migran menyimpan memori peta topografi migrasi di otaknya. Sementara yang lain menduga, burung berorientasi pada cahaya, tekanan udara, atau aroma lingkungan daerahnya.

Jenis burung-burung migran

Anatidae, Scolopacidae, Accipitridae, Muscicapidae, Alcedinidae, dan Sylviidae adalah beberapa contoh keluarga jenis burung migran. Banyak jenis burung seperti layang-layang dan warbler bermigrasi ke lokasi yang hangat dan kaya akan jenis serangga. Mereka umumnya bermigrasi pada malam hari mengandalkan bulan dan bintang sebagai penunjuk arah. Di siang hari, para layang-layang memanfaatkan matahari untuk menunjukkan arah.

Kemampuan burung melakukan perjalanan jauh serupa dengan pelaut ulung yang andal bertualangan di samudera. Aktivitas migrasi burung-burung migran bukan sekadar untuk mencari makanan berlimpah di bawah khatulistiwa, tetapi juga untuk mempertahankan diri demi kelangsungan hidup dan keturunannya.

Maka tak heran jika mereka menempuh ribuan mil untuk untuk kembali dari tempatnya mencari makan ke tempat asalnya di utara. Burung-burung migran adalah petualang yang tangguh dan tak kenal kompromi dalam menjalani hidup dan takdirnya. Maju terus, pantang mundur!

Artikel ini telah tayang di burung.org dengan judul "Navigasi dalam Migrasi: Kompas Ajaib Burung-burung Migran"

//www.burung.org/2017/10/25/navigasi-dalam-migrasi-kompas-ajaib-burung-burung-migran/

Tahukah kamu bahwa ternyata hewan dapat mendeteksi medan magnet bumi, dimana detektor yang dimilikinya tersebut berada pada tubuhnya. Salah satu manfaat dari detektor magnet yang ada pada tubuh hewan tersebut adalah untuk membantunya dalam menentukan arah migrasi, mencari mangsa, serta melindunginya dari ancaman musuh.

Nah, apa saja sih hewan-hewan yang memanfaatkan medan magnet bumi tersebut dengan kelebihan yang mereka miliki?

Burung

Tentu kamu pernah mengetahui bahwa burung-burung melakukan migrasi pada tiap musim tertentu. Hal tersebut dilakukannya untuk mendapatkan tempat yang lebih hangat karena adanya perubahan suhu di tempat sebelumnya.

Burung-burung seperti elang, layang-layang, dan sebagainya menggunakan partikel magnetik yang tersimpan dalam tubuhnya untuk menciptakan peta navigasi dengan memanfaatkan magnet bumi.

Tak hanya elang dan burung layang-layang, medan magnet bumi juga sangat bermanfaat bagi burung merpati pos. Tentu kamu pernah mendapatkan informasi, bahwa pada zaman dahulu, burung merpati sering dimanfaatkan sebagai kurir surat.

Lantas, bagaimana cara si burung merpati ini untuk mengetahui arah pulang? Nah, ternyata merpati memanfaatkan medan magnet bumi pula sebagai kompas menuju jalan pulang.

Hal tersebut pernah dibuktikan dalam sebuah riset yang dilakukan oleh Comel pada tahun 1974, dimana pembuktian tersebut dilakukan dengan memasang magnet di kepala burung merpati. Alhasil, setelah magnet tersebut dipasang pada kepalanya, burung merpati itu pun tiba-tiba kehilangan arah dan tidak mengetahui jalan pulang.

Nah, Mengapa pemasangan magnet pada kepala burung menyebabkan burung tersesat? Untuk mendapatkan jawabannya cobalah untuk mendiskusikan hal tersebut kepada temanmu. Sekarang, berikut adalah hewan-hewan yang memanfaatkan medan magnet

Ikan Salmon

Tahukah kamu ikan salmon? Ikan yang dinilai memiliki kandungan manfaat ini juga kerap menjadi santapan ekslusif semua masyarakat di seluruh dunia. Hidup di Samudra Atlantik dan Pasifik, ikan satu ini juga melakukan migrasi untuk berkembang biak.

Salmon, memiliki kemampuan untuk kembali ke aliran sungai air tawar tempat dimana awal mereka menetas dan tumbuh setelah berenang ribuan kilometer dalam mengarungi lautan. Berdasarkan dari hasil penelitian, ditemukan bahwa bahwa ikan salmon yang melewati Sungai Fraser di Kanada dapat kembali lagi ke Sungai Fraser setelah mereka bermigrasi selama dua tahun.

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Ya, betul banget! Ternyata sungai Fraser mempunyai medan magnet tertentu yang dapat dideteksi oleh ikan salmon

Penyu

Selain burung dan ikan salmon, ternyata penyu juga menjadi salah satu hewan yang memanfaatkan medan magnet bumi sebagai penunjuk arah ketika mereka bermigrasi. Diketahui bahwa penyu memulai dan mengakhiri migrasi di Pantai Timur Florida Amerika Serikat, dimana jalur migrasi tersebut melintas sepanjang 12.900 km melewati Laut Sargasso, wilayah perairan Laut Atlantik Utara.

Sementara itu, waktu yang dibutuhkan untuk sekali migrasi antara 5 hingga 10 tahun. Berbeda dari migrasi hewan lain yang umumnya dilakukan secara berkelompok, penyu bermigrasi tanpa mengikuti penyu lainnya.

Hal tersebut dikemukakan oleh seorang peneliti yang bernama Kenneth Lohmann dari Universitas Carolina Utara yang mempelajari tingkah laku tukik atau anak penyu saat dihadapkan dengan medan magnet yang berbeda-beda.

BACA JUGA :   Sumber Daya Alam : Pengertian, Jenis, & Manfaatnya

Pengujian riset tersebut dilakukan dengan meletakkan penyu ke dalam sebuah wadah air yang dikelilingi alat yang dapat menimbulkan medan magnet. Kemudian, medan magnet yang dihasilkan disesuaikan dengan medan magnet jalur migrasi penyu, yaitu wilayah Florida utara, wilayah timur laut dekat Portugal.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penyu mengikuti jalur migrasi yang diberikan. Ketika seekor penyu mengetahui sekaligus mendeteksi medan magnet yang mirip dengan medan magnet wilayah dekat Portugal, maka ia akan langsung berenang menuju selatan ke arah Portugal.

Nah, pergerakan penyu dalam mengikuti jalur medan magnet tersebut memiliki tujuan untuk menjaga penyu agar tetap berada di lautan yang hangat dan wilayah yang kaya akan sumber makanan.

Lobster Duri

Lobster duri juga merupakan salah satu hewan yang melakukan migrasi. Seorang peneliti bernama Kenneth Lohmann pernah melakukan riset mengenai kemampuan lobster duri untuk mendeteksi medan magnet dengan cara meletakkan lobster duri tersebut ke dalam bak air yang dapat diatur medan magnetnya.

Setiap kali medan magnet diubah, lobster duri pun juga akan menyesuaikan diri untuk tetap bergerak menuju arah kutub utara. Melalui penelitian tersebut lobster duri mampu merasakan medan magnet bumi untuk memandu migrasi yang dilakukan dari lepas pantai Florida menuju lautan lepas yang lebih hangat dan tenang di setiap akhir musim gugur.

Bakteri

Nah, hewan yang terakhir adalah bakteri. Oya, bakteri juga masuk ke dalam salah satu jenis hewan yang melakukan migrasi dengan memanfaatkan medan magnet, lhoo…

Tahukah kamu, bahwa dalam tubuh bakteri Magnetotactic bacteria [MTB] terdapat organel [komponen] khusus yang disebut magnetosome?

BACA JUGA :   Mengenal Benda Padat: Sifat & Perubahannya

Nah, Magnetotactic bacteria merupakan kelompok bakteri yang mampu melakukan navigasi dan bermigrasi dengan memanfaatkan medan magnet.

Beberapa jenis bakteri ini mempunyai flagela yang berfungsi sebagai pendorong saat bergerak. Jenis bakteri tersebut ditemukan pertama kali oleh Richard P. Blakemore pada tahun 1975.

Nah, Magnetosome tersusun atas senyawa magnetite [Fe3 O 4 ] atau greigite [Fe3 S 4 ] yang mempunyai sifat kemagnetan jauh lebih kuat dibandingkan dengan magnet sintetik atau yang dibuat oleh manusia.

Sampai hari ini, Magnetosome dan senyawa yang terkandung di dalamnya masih terus diteliti dan diduga memiliki potensi yang besar untuk digunakan dalam bidang kesehatan.

Ingin mengetahui konsep, teori, dan bagaimana pengaplikasian magnet dalam produk-produk teknologi? Atau bagaimanakah manfaat magnet dalam aktivitas sehari-hari? Yuk, buruan langganan aplikasi bimbingan belajar online bersama Ruangguru, dimana kamu sekarang bisa belajar kapanpun dan dimanapun.

Jika kamu ingin belajar secara mandiri, produk Ruangguru yaitu ruangbelajar akan menemanimu dalam memahami beragam materi pelajaran yang kamu inginkan. Di dalamnya kamu akan mendapatkan video pembelajaran yang interaktif sehingga proses belajarmu lebih menyenangkan.

Buruan langganan aplikasi belajar Ruangguru sekarang dan dapatkan diskon spesial disini

Video yang berhubungan