Apakah yang dimaksud dengan padewasan

WARIGA
(I Ketut Bangbang Gde Rawi)
Wariga adalah asal kata dari wara dan ika.
– Wara = hari
– Ika = itu (ika = iga)
Jadi WARIGA adalah suatu ilmu yang menguraikan tentang persoalan hari-hari baik dan hari-hari yang buruk bagi suatu pekerjaan yang akan dimulai yang disebut juga perhitungan hala hayuning dewasa”.
(I Ketut Guweng)
Wariga bersala dari kata :
– Wara = Mulia/sempurna
– I = menuju/ mengarah
– Ga = Jalan / pergi

Jadi WARIGA adalah Jalan untuk menuju yang sempurna. (perhitungan hari sebagai petunjuk untuk menuju arah yang lebih baik).

Kata “DEWASA” terdiri dari kata;
“de” yang berarti dewa guru,
“wa” yang berarti apadang/lapang dan
“sa” yang berarti ayu/baik.

Dewasa adalah satu pegangan yang berhubungan dengan pemilihan hari yang tepat agar semua jalan atau perbuatan itu lapang jalannya, baik akibatnya dan tiada aral rintangan.

 Wariga dan Dewasa, merupakan Ilmu astronomi ala Bali

o Masalah wariga dan dewasa mencakup pengertian pemilihan hari dan saat yang baik, ada perlu diperhatikan beberapa ketentuan yang menyangkut masalah “wewaran, wuku, tanggal, sasih dan dauh” dimana kedudukan masing-masing waktu itu secara relative mempunyai pengaruh .
didalilkan sebagai berikut:
-Wewaran dikalahkan oleh wuku
-Wuku dikalahkan oleh tanggal panglong
-Tanggal panglong dikalahkan oleh sasih
-Sasih dikalahkan oleh dauh
-Dauh dikalahkan oleh de Ning WETUniya Sanghyang Triodasa Sakti (keheningan hati).

Untuk dapat memahami hubungan kesemuanya itu perlu mempelajari arti wewaran dan hubungannya dengan alam ghaib.

Yang dimaksud dengan WEWARAN
Wewaran berasal dari kata “wara” yang dapat diartikan sebagai hari, seperti hari senin, selasa dll. Masa perputaran satu siklus tidak sama cara menghimpunnya. Semua unsur itu menetapkan sifat-sifat padewasaan (baik-buruknya dewasa). Siklus ini dikenal misalnya dalam sistim kalender hindu dengan istilah bilangan, sebagai berikut;

1. EKA WARA
 luang (tunggal)
2. DWI WARA
 menga (terbuka), pepet (tertutup).
3. TRI WARA
 pasah(memisahkan), beteng(mempertemukan), kajeng(kekuatan).
4. CATUR WARA
 sri (makmur), laba (pemberian), jaya (unggul), menala (sekitar daerah).
5. PANCA WARA
 umanis (penggerak), paing (pencipta), pon (penguasa), wage (pemelihara), kliwon (pelebur).
6. SAD WARA
 tungleh (tak kekal), aryang (kurus), urukung (punah), paniron (gemuk), was (kuat), maulu (membiak).
7. SAPTA WARA
 redite (minggu), soma (senin), Anggara (selasa), budha (rabu), wrhaspati (kamis), sukra (jumat), saniscara (sabtu).
8. ASTA WARA
 sri (makmur), indra (indah), guru (tuntunan), yama (adil), ludra (pelebur), brahma (pencipta), kala (nilai), uma (pemelihara).
9. SANGA WARA
 dangu (antara terang dan gelap), jangur (antara jadi dan batal), gigis (sederhana), nohan (gembira), ogan (bingung), erangan (dendam), urungan (batal), tulus (langsung/lancar), dadi (jadi).
10. DASA WARA
 pandita (bijaksana), pati (dinamis), suka (periang), duka (jiwa seni/mudah tersinggung), sri (kewanitaan), manuh (taat/menurut), manusa (sosial), eraja (kepemimpinan), dewa (berbudi luhur), raksasa (keras)

Disamping pembagian siklus yang merupakan pembagian masa dengan nama-namanya, lebih jauh tiap wewaran dianggap memiliki nilai yang dipergunakan untuk menentuk ukuran baik buruknya suatu hari. Nilai itu disebut “urip” atau neptu yang bersifat tetap. Karena itu nilainya harus dihafalkan.

Wuku jumlahnya 30, satu wuku memiliki umur tujuh hari, dimulai hari minggu (raditya/redite). setiap wuku mempunyai urip/ neptu, tempat dan dewa yang dominan, juga ke semuanya unsur itu menetapkan sifat-sifat padewasaan.
– 1 tahun kalender pawukon = 30 wuku, sehingga 1 tahun wuku = 30 x 7 hari = 210 hari.
Adapun nama-nama wukunya sebagai berikut;
Sita, landep, ukir, kilantir, taulu, gumbreg, wariga, warigadean, julungwangi, sungsang, dunggulan, kuningan, langkir, medangsia, pujut, Pahang, krulut, merakih, tambir, medangkungan, matal, uye, menial, prangbakat, bala, ugu, wayang, klawu, dukut dan watugunung.

 Selain perhitungan wuku dan wewaran ada juga disebut dengan Penanggal dan panglong. Masing masing siklusnya adalah 15 hari.
• Perhitungan PENANGGAL dimulai 1 hari setelah (H+1) hari Tilem (bulan Mati)
• Perhitungan PANGLONG dimulai 1 hari setelah (H+1) hari purnama (bulan penuh).
– H-1 Tilem => Purwaning Tilem
– H-1 Purnama => Purwaning Purnama

Padewasaan yang berhubungan dengan tanggal panglong dibagi dalam empat kelompok, yaitu:
– Padewasasan menurut catur laba (empat akibat: baik – buruk – berhasil – gagal)
– Padewasaan berdasarkan penanggal untuk pawiwahan (misalnya hindari menikah pada penanggal ping empat karena akan berakibat cepat jadi janda atau duda)
– Padewasaan berdasarkan panglong untuk pawiwahan (misalnya hindari pangelong ping limolas karena akan berakibat tak putus-putusnya menderita)
– Padewasaan berdasarkan wewaran, penanggal, dan pangelong (misalnya: Amerta dewa, yaitu Sukra penanggal ping roras, baik untuk semua upacara)

Sasih secara harafiahnya sama diartikan dengan bulan. Sama sepertinya kalender internasional, sasih juga ada sebanyak 12 sasih selama setahun, perhitungannya menggunakan “perhitungan Rasi” sesuai dengan tahun surya (12 rasi = 365/366 hari) dimulai dari 21 maret. Padewasaan menurut sasih dikelompokkan dalam beberapa jenis kegiatan antara lain: untuk membangun, pawiwahan, yadnya, dll. adapun pembagian sasih tersebut adalah;

1. Kasa = Rekata = Juni– Juli.
2. Karo = Singa = Juli –Agustus.
3. Ketiga = Kania = Agustus – September.
4. Kapat = Tula = September – Oktober.
5. Kelima = Mercika = Oktober – November.
6. Kenem = Danuh = November – Desember.
7. Kepitu = Mekara = Desember – Januari.
8. Kewulu = Kumba = Januari – Februari.
9. Kesanga = MIna = Februari – Maret.
10. Kedasa = Mesa = Maret – April.
11. Jiyestha = Wresaba = April – Mei.
12. Sadha = Mintuna = Mei – Juni.

 Yang dimaksud dengan WETU adalah kodrat atau kehendak Hyang Widhi sebagai Yang Maha Kuasa mengatur dan menetapkan segalanya. dan semua itu bisa berjalan dengan yadnya yang berdasarkan MANAH (pikiran) hening suci nirmala.

Dalam pengertian ini ditafsirkan bahwa ala ayuning dewasa dapat dikecualikan dalam keadaan yang sangat mendesak, tetapi menggunakan upacara dan upakara tertentu.

Misalnya jika tidak dapat dihindarkan melaksanakan upacara penguburan mayat secara massal sebagai korban peperangan, huru-hara, dll., maka padewasaan dapat dikecualikan dengan upacara maguru piduka, macaru ala dewasa, mapiuning di Pura Dalem, Ngererebuin, dll.

Yang dimaksud dengan kalimat “alah dening” adalah “kalah dengan” atau ditafsirkan lebih lengkap sebagai “pertimbangkan juga…”

 Pelaksanaan padewasaan dapat dikelompokkan dalam dua bagian besar, yaitu:
1. padewasaan sadina artinya sehari-hari, dan
2. padewasaan masa artinya berkala.

Padewasaan sadina ditentukan oleh Wewaran dan Pawukon (wuku).

adalah padewasaan menurut Pawukon, pada saat mana terjadi pertemuan urip Pancawara dan urip Saptawara menjadi 13 (tiga belas) beruntun tiga kali, yaitu: Sukra Pon, Saniscara Wage, dan Redite Kliwon.

Hari-hari itu jatuh pada Wuku: Kulantir, Tolu, Julungwangi, Sungsang, Medangsia, Pujut, Tambir, Medangkungan, Prangbakat, Bala, Dukut, dan Watugunung.

adalah pertemuan urip Saptawara dan urip Pancawara14 (empat belas), yaitu Sukra Kliwon pada Wuku: Tolu, Sungsang, Pujut, Medangkungan, Bala, Watugunung; Saniscara Umanis pada Wuku: Tolu, Sungsang, Pujut, Medangkungan, Bala, Watugunung; dan Redite Paing pada Wuku: Sinta, Gumbreg, Dungulan, Pahang, Matal, Ugu.

Selanjutnya mari kita ikuti perumusan – perumusanUrip Wewaran :

Urip Panca wara;
– Umanis (5),
– Pahing (9),
– Pon (7),
– Wage (4),
– Kliwon (8).
Urip Sapta wara;
– Dina Redite/Minggu (5),
– Soma/Senin (4),
– Anggara/Selasa (3),
– Budha/Rabu (7),
– Wraspati/Kamis (8),
– Sukra/Jumat (6),
– Saniscara/Sabtu (9).

Urip Wuku;
Sita (7), landep (1), ukir (4), kilantir (6), taulu (5), gumbreg (8), wariga (9), warigadean (3), julungwangi (7), sungsang (1), dunggulan (4), kuningan (6), langkir (5), medangsia (8), pujut (9), Pahang (3), krulut (7), merakih (1), tambir (4), medangkungan (6), matal (5), uye (8), menial (9), prangbakat (3), bala (7), ugu (1), wayang (4), klawu (6), dukut (5) dan watugunung (8).

RUMUS PERHITUNGAN WARIGA
Ingkel (pantangan) mulai dari Redite/Minggu dan berakhir pada Saniscara/Sabtu (7 hari) dan bilangan wuku dibagi 6, sisa;
• Wong / yang berhubungan dengan Manusia.
• Sato / yang berhubungan dengan Hewan.
• Mina / yang berhubungan dengan Ikan.
• Manuk / yang berhubungan dengan Burung/Unggas.
• Taru / yang berhubungan dengan Tumbuhan Berkayu.
• Buku / yang berhubungan dengan Tumbuhan Berbuku.

 Cara mencari EKA WARA
 Yaitu dengan menjumlahkan urip sapta wara dengan pancawara pada suatu hari,
 Jika ganjil = Luang,
 Jika genap = kosong.

 Cara mencari DWI WARA

 Yaitu dengan menjumlahkan urip sapta wara dengan pancawara pada suatu hari,
 Jumlah Genap =Menga
 Jumlah Ganjil = Pepet (Bambang Gde Rawi)

Contoh : -Saniscara (9) + Kliwon (8) = 17 (Pepet)

 Cara Mencari PANCAWARA
® ® ® ® ®
2
PAING 4
WAGE 1
UMANIS 3
PON 5
KLIWON
Ket :
a). Perhitungan wuku dimulai dari angka 2,4,1,3 5, dan kembali keangka 2 dst
b). perhitungan pancawara mengikuti urutan angka, 1=umanis, 2=paing, 3pon, 4=wage, 5=kliwon
c). ® adalah singkatan dari Redite, yang selalu menjadi dasar perhitungan dimana wuku itu jatuh disanalah Reditenya dan untuk menghitung hari berikutnya dihitung berdasarkan urutan angka.
Contoh :
-wuku medangsia (R3)
Redite Medangsia = pon
Soma Medangsia = wage
Anggara Medangsia = kliwon
Buda Medangsia = umanis
Wraspati Medangsia = paing
Sukra Medangsia = pon
Saniscara Medangsia = wage

No Tri Wara Sad Wara
1 Pasah Tungleh
2 Beteng Aryang
3 kajeng Urukung
4 Pasah Paniron
5 Beteng Was
6 kajeng Maulu
 Cara mencari TRI WARA & SAD WARA
®
1 ®
2 ®
3

®
6 ®
5 ®
4
Ket :
a) Perhitungan wuku dimulai dari wuku sinta pada angka 1, landep 2, dst kembali ke angka 1
b) Perhitungan wewaran mengikuti urutan angka
c) ® = Redite, menjadi dasar perhitungan

Contoh :
-Tentukan tri wara dan sad wara dari wuku Dunggulan (R5):
-Redite Dunggulan = Beteng, Was
-Soma Dunggulan = Kajeng, Maulu
-Anggara Dunggulan = Pasah, Tungleh
-Buda Dunggulan = Beteng, Aryang
-Wraspati Dunggulan = Kajeng, Urukung
-Sukra Dunggulan = Pasah, Paniron
-Saniscara Dunggulan = Beteng, Was

No Catur Wara Asta Wara
1 Sri Sri
2 Laba Indra
3 Jaya Guru
4 Menala Yama
5 Sri Rudra
6 Laba Brahma
7 Jaya Kala
8 Menala Uma
 Cara mencari CATUR WARA & ASTA WARA

®
1 ®
2 ®
3
®
8 ®
4
®
7 (D) ®
6 (D) ®
5 (D)

Ket :
a) Perjitungan wuku dimulai dari sinta 1, landep 8, ukir 7, kulantir 6, taulu 5, gumbreg 4, wariga 3, warigadean 2, julungwangi 1, dst
b) Perhitungan wewaran mengikuti angka
c) ® = Redite menjadi dasar perhitungan
d) (D) = Dunggulan , merupakan wuku perkecualian yang diikuti oleh Jaya Tiga & Kala Tiga
Yaitu :
Redite Dunggulan = Jaya Tiga & Kala Tiga
Soma Dunggulan = Jaya Tiga & Kala Tiga
Anggara Dunggulan = Jaya Tiga & Kala Tiga

 Cara mencari SANGA WARA
No Sanga Wara
1 Dangu
2 Jangur
3 Gigis
4 Nohan
5 Ogan
6 Erangan
7 Urungan
8 Tulus
9 dadi

®
7 ®
2 ®
4
®
5 ®
9 ®
6
®
3 ®
1 ®
8

Ket :

a) Perhitungan euku dimulai dari wuku sinta 7, landep 5, ukir 3, kulantir 1, taulu 8, gu,breg 6, wariga 4, warigadean 2, julungwangi 9, sungsang kembali keangka 7, dst
b) ® = Redite yg menjadi dasar perhitungan
c) Perhitungan wewaran mengikuti urutan angka
d) Wuku sinta adalah perkecualian yang diikuti oleh Dangu 4
-Redite Sinta = Dangu
-Soma Sinta = Dangu
-Anggara Sinta = Dangu
-Buda Sinta = Dangu
-Wraspati Sinta = Jangur
-Sukra Sinta = Gigis
-Saniscara Sinta = Nohan

 Cara mencari DASA WARA

 Yaitu dengan menjumlahkan urip sapta wara dengan pancawara pada suatu hari,

Urip Panca Wara Urip Sapta Wara

Umanis 5 Redite 5
Paing 9 Soma 4
Pon 7 Anggara 3
Wage 4 Budha 7
kliwon 8 Wraspati 8
Sukra 6
saniscara 9
Ket :

Urip Dasa Wara
10 Pandita
11 Pati
12 Suka
13 Duka
14 Sri
15 Manu
16 Manusa
7 / 17 Raja
8 / 18 Dewa
9 Raksasa

Contoh :
-Wraspati Julungwangi
1). Luang
2). Menga (8+9= 17)
3). pasah
4). Sri
5). Paing
6). Tungleh
8). Rudra
9). Nohan
10). Raja

-Saniscara Dukut
1). Luang
2). Pepet (9+9= 18)
3). Beteng
4). Sri
5). Wage
6). Was
8). Sri
9). Jangur
10). Duka

TIKA
( Kebiasaan Umat dengan Uraian Lontar Sundarigama)
Wuku/Hari
Redite Coma Anggara Buda Wrespati Sukra Saniscara
Sinta + * * β
Landep 0 T
Ukir * W
Kulantir @ 0
Tolu
Gumbreg β 0
Wariga T
Warigadean * W 0
Julungwangi @
Sungsang * *0
Dunggulan * * * β
Kuningan * * * T0
Langkir W
Medangsia @
Pujut 0
Pahang β
Krulut 0 T+
Merakih W *
Tambir @ 0
Medangkungan
Matal β 0
Uye T
Menail W 0
Prangbakat @
Bala 0
Ugu β
Wayang * T 0
Kulawu W
Dukut @
Watugunung 0 *

Keterangan:
β = Buda Kliwon
T = Tumpek
@ = Rahina Anggarkasih
W = Buda Wage
0 = Kajeng Kliwon
+ = Hari suci tambahan menurut kebiasaan masyarakat Hindu
* = hari suci yang disarankan oleh Sundarigama

SRI SEDANA (PERIODE KELAHIRAN)
UMUR URIP PANCAWARA + URIP SAPTA WARA
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
0-6 4 4 2 1 2 0 0 1 2 0 1 2
7-12 1 1 2 0 4 5 1 0 0 3 1 5
13-18 4 0 1 4 1 1 0 1 1 1 0 1
19-24 1 1 0 1 1 0 5 4 1 2 5 0
25-30 0 0 4 1 8 4 0 4 5 0 0 5
31-36 2 3 1 3 1 0 1 0 2 1 1 1
37-42 0 0 4 0 0 1 1 1 0 3 1 4
43-48 7 0 0 1 0 5 4 1 1 5 0
49-54 7 4 2 1 2 1 2 2 2 1
55-60 4 0 4 0 4 5 1 0 4
61-66 2 4 1 4 5 2 1 4
67-72 0 2 1 1 0 2 0
73-78 5 1 0 1 5 0
79-84 0 4 1 5 2
85-90 4 0 1 1
91-96 2 0 4
97-102 4 0
103-108 0
Urip Panca Wara Urip Sapta Wara

Umanis 5 Redite 5
Paing 9 Soma 4
Pon 7 Anggara 3
Wage 4 Budha 7
kliwon 8 Wraspati 8
Sukra 6
saniscara 9

Keterangan :
0. = Kesakitan (penderitaan)
1. = Penghasilan sedikit
2. = madya (sedang)
3. = Baik
4. = Baik sekali
5. = Hidup senang
6. = Hidup Mewah
7. = apa yang diinginkan tercapai (hidup sukses)

Jelaskan apa yang dimaksud dengan hari baik dan hari buruk?

Jawaban. hari baik dan hari buruk itu tidak ada karena semua hai itu baik tidak ada yang buruk, hari dikatakan baik karena dalam hari itu dapat di lalui tanpa masalah dan hari buruk itu karena hari yang di jalani kurang beruntung atau terdapat sedikit persoalan.

Kenapa Wuku memiliki peran yang penting dalam Pedewasaan?

Wuku dalam penentuan padewasan menduduki peranan yang penting, sebab wewarannya baik, apabila wukunya tidak baik, dianggap dewasa tersebut kurang baik. Sistem tahun wuku, menggunakan sistem sendiri, tidak tergantung pada tahun surya atau tahun candra. Satu tahun wuku panjangnya 420 hari, yang terdiri atas 30 wuku.

Apa yang dimaksud dengan Tilem?

Purnama dan Tilem adalah hari suci bagi umat Hindu, dirayakan untuk memohon berkah dan karunia dari Hyang Widhi. Hari Purnama, sesuai dengan namanya, jatuh setiap malam bulan penuh (Sukla Paksa). Sedangkan hari Tilem dirayakan setiap malam pada waktu bulan mati (Krsna Paksa).