Show
Jawaban: sya akn menjaln kn ny dengan iklas dan tulus karna di semua cobaan pasti ad terkait setiap mkna nya jdi jngn mnyerh ya tetap berusha teruss semngat dan tetap lh tawakal ingat kepadabyg mha kuasa srhknla kepdany dengan semua cobaan yg di berikan
Jawaban:pernah,mengikuti kata hati berusaha dan berbuat sesuatu agar keinginan kita tercapai selanjutnya berserah diri kepada allah krn hanya dialah yg mengetahui takdir kita seperti apa. Penjelasan:maaf kalau salah:-)
Beriman kepada takdir selalu terkait dengan 4 (empat) hal yang selalu berhubungan dan tidak terpisahkan. Keempat hal itu adalah iman kepada takdir itu sendiri, ikhtiar, do’a, dan tawakal. a. Takdir Mengapa manusia tidak mampu terbang laksana burung, tumbuh-tumbuhan berkembang subur, lalu layu, dan kering. Rumput-rumput subur bila selalu disiram dan sebaliknya bila dibiarkan tanpa pemeliharaan akan mati. Semua contoh tersebut, adalah ketentuan Allah Swt. dan itulah yang disebut Takdir. Manusia mempunyai kemampuan terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan Allah Swt. kepadanya Di samping itu, manusia berada di bawah hukum-hukum tersebut (Qauliyah dan Kauniyah). Hanya berbeda dengan makhluk selain manusia, misalnya matahari, bulan dan planet lainnya, seluruhnya ditetapkan takdirnya tanpa bisa ditawar-tawar. (Q.S.Fussilat/41:11) Manusia makhluk yang paling sempurna, oleh karena itu ia diberi kemampuan memilih bahkan pilihannya cukup banyak. Manusia dapat memilih ketentuan (takdir) Allah Swt. yang ditetapkan keberhasilan atau kemalangan, kebahagiaan atau kesengsaraan, menjadi orang yang baik atau tidak. (Q.S. al-Kahfi/18:29). Namun harus diingat setiap pilihan yang diambil manusia. Pada saat yang sama manusia diminta pertanggungjawaban terhadap pilihannya, karena dilakukan atas kesadaran sendiri. Firman Allah Swt.: “Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang mensucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya” (Q.S. asy-Syams/91:8-10) "Apakah manusia mengira dibiarkan tanpa pertanggungjawaban?” (Q.S. AlQiyamah/75:36). Beberapa tamsil peristiwa ini akan dapat memudahkan dalam memahami persoalan takdir. Dikisahkan ketika Umar bin Khattab akan berkunjung ke negeri Syam (Syiria dan Palestina sekarang) beliau mendengar berita bahwa di sana sedang terjadi wabah penyakit, sehingga beliau membatalkan rencananya tersebut. Kemudian seseorang tampil bertanya: “(Apakah Anda lari/menghindar dari takdir Allah?)” Umar serta merta menjawab: “(Saya lari/menghindari dari takdir Allah kepada takdir-Nya yang lain)” Sejak zaman Rasulullah saw. telah terjadi kekeliruan dalam menyikapi takdir, salah satunya beliau bersabda:“Pada akhir zaman ada suatu golongan yang berbuat kemaksiatan, dengan (sangat enaknya) mereka berkata: “Allah Swt. telah menakdirkan saya mencuri.” Peristiwa-peristiwa tersebut menunjukkan kesalahan dalam memahami takdir, padahal dengan tegas Allah Swt. melarangnya. Akhlak yang diajarkan Islam adalah setiap keburukan yang menimpa merupakan kesalahan kita sebagai manusia, sementara segala kebaikan dan keberhasilan merupakan anugerah Allah Swt.b. Ikhtiar Ikhtiar adalah berusaha dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati dalam menggapai cita-cita dan tujuan. Allah Swt. menentukan takdir, kita sebagai manusia berkewajiban melakukan ikhtiar. Jika Allah Swt. telah menentukan, kenapa ada ikhtiar? Perhatikan Firman Allah Swt. dalam Q.S.al-Anbiyaa’/21:90 yang artinya:”Sungguh mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam(mengerjakan) perbuatan-perbuatan baik” Kemudian dalam Q.S.alMukminuun/23:60, Allah Swt. Berfirman: ”Mereka itu bersegera untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya” Dari beberapa ayat di atas, Allah Swt. mendorong manusia untuk berusaha, berlomba, dan berkompetisi menjadi orang yang tercepat. Siapa pun yang berusaha dengan sungguh-sungguh, berarti dia sedang menuju keberhasilan. Pepatah Arab mengatakan “Man jadda wajada”, Artinya:“Siapa pun orangnya yang bersungguh-sungguh akan memperoleh keberhasilan”. Rasulullah saw. bersabda: ”Bersegeralah melakukan aktivitas kebajikan sebelum dihadapkan pada tujuh penghalang. Akankah kalian menunggu kekafiran yang menyisihkan, kekayaan yang melupakan, penyakit yang menggerogoti, penuaan yang melemahkan, kematian yang pasti, ataukah Dajjal, kejahatan terburuk yang pasti datang, atau bahkan kiamat yang sangat amat dahsyat?”(HR. at-Tirmid©i). Jika sudah diikhtiarkan namun kegagalan yang diperoleh, maka dalam hubungan inilah letak “rahasia Ilahi.” Meskipun begitu, Allah Swt. tidak menyia-nyiakan semua amal yang sudah dilakukan, walaupun gagal. Firman Allah Swt.: “ Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna”. (Q.S. an-Najm/53:39-41). Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah kenapa Allah Swt. mewajibkan manusia berikhtiar. Walaupun sudah ditentukan Qada' dan qadarnya, di pundak manusia lah kunci keberhasilan dan keberuntungan hidupnya. Di samping itu, begitu banyak anugerah yang telah Allah Swt. berikan kepada manusia berupa: naluri, panca indera, akal, kalbu, dan aturan agama, sehingga lengkaplah sudah bekal yang dimiliki manusia menuju kebahagiaan hidup yang diinginkan.c. Doa Doa adalah ikhtiar batin yang besar pengaruhnya bagi manusia yang meyakininya. Hal ini karena doa merupakan bagian dari motivasi intrinsik. Bagi yang meyakini, doa akan memberikan energi dalam menjalani ikhtiarnya, karena Allah Swt. telah berjanji untuk mengabulkan permohonan orang yang bersungguh-sungguh memohon. Firman Allah Swt.: “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa, apabila ia berdoa kepada-Ku, ..” (Q.S. al-Baqarah/2:186)d. Tawakal Setelah meyakini dan mengimani takdir, kemudian dibarengi dengan ikhtiar dan do’a, maka tibalah manusia mengambil sikap tawakal. Tawakal adalah “menyerahkan segala urusan dan hasil ikhtiarnya hanya kepada Allah Swt.”. Dasar pengertian tawakal diambil dari peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah saw.: Pada suatu hari datang seorang sahabat ke kediaman Rasulullah dengan mengendarai unta. Sesampainya di depan rumah beliau, (ada peristiwa ganjil menurut pandangan Rasulullah), sehingga beliau berkata: “Kenapa unta kalian tidak ditambatkan?” Ia menjawab: “Tidak ya Rasulullah, karena saya telah bertawakal.” Kemudian Rasulullah berkata: “Tambatkan dulu unta kalian, baru bertawakal!” Peristiwa ini menyimpulkan pemahaman bahwa sikap tawakal baru boleh dilakukan setelah usaha yang sungguh-sungguh sudah dijalankan. Hal ini juga memberikan pemahaman bahwa tawakal itu terkait erat dengan ikhtiar, atau dapat disimpulkan bahwa tidak ada tawakal tanpa ikhtiar.Firman Allah Swt.:”Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”(Q.S.Ali-Imran/3:159).
Jelaskan Hubungan Antara Takdir, Ikhtiar, Doa dan tawakal – Qada ‘dan Qadar atau takdir berjalan sesuai dengan hukum “sunnatullah”. Ini berarti bahwa keberhasilan kehidupan seseorang tergantung pada apakah mereka tetap sejalan atau tidak dengan sunnatullah. Sunnatullah adalah hukum Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk umat manusia dengan perantara para Rasul, yang dirinci dalam Al-Quran bersifat permanen dan otomatis. Sebagai contoh, pemahaman yang ceroboh memiliki hasil menjadi bodoh, menyentuh api untuk merasakan panas, menanam benih akan tumbuh dan juga yang lainnya. Kebenaran menunjukkan bahwa siapa pun individu tidak dapat mengenali takdirnya. Tidak ada seorangpun yang bisa tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Setiap orang yang berusaha dengan serius berdasarkan peraturan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. disertai dengan doa, ikhlas dan tawakal kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, pasti akan mendapatkan kesuksesan dan juga mencapai kesempurnaan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Tentang makna beriman pada Qada ‘dan Qadar, dapat dilihat bahwa nasib manusia pada dasarnya telah tetapkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. sejak sebelum dia dilahirkan. Terlepas dari kenyataan bahwa setiap manusia telah menentukan nasibnya, itu tidak menyiratkan bahwa orang hanya diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Orang masih berkewajiban untuk mencoba, karena kesuksesan tidak datang dengan sendirinya. Jangan pernah menjadikan takdir sebagai alasan untuk malas berusaha dan juga melakukan kejahatan. Hal tersebut pernah terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khattab, seorang pencuri ditangkap dan dibawa ke hadapan Khalifah Umar.
Iman akan takdir selalu dikaitkan dengan empat poin yang selalu dikaitkan dan tak terpisahkan. Keempat poin ini adalah keyakinan pada takdir itu sendiri, ikhtiar, do’a, dan tawakal. TakdirMengapa manusia tidak bisa terbang seperti burung, tanaman tumbuh subur, lalu layu, juga benar-benar kering. Pekarangan melimpah ketika terus-menerus disiram dan sebaliknya jika dibiarkan tanpa pengawasan tentu akan mati. Semua contoh ini, adalah ketentuan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. dan itulah yang disebut Takdir. Manusia memiliki kemampuan terbatas sesuai dengan dimensi yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Selain itu, orang-orang di bawah hukum ini (Qauliyah dan juga Kauniyah). Hanya berbeda dengan makhluk lainnya, seperti bulan, matahari, dan bumi lainnya.
Manusia adalah mahkluk yang paling sempurna. Oleh sebab itu, manusia diberikan kemampuan untuk memilih takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Namun perlu diingat bahwa setiap pilihan yang dilakukan oleh manusia pada waktunya dimintai pertanggungjawaban atas pilihannya. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
Beberapa gambaran dari kejadian ini pasti akan dapat membantu dalam mengenali masalah takdir. Diceritakan bahwa ketika Umar bin Khattab akan mengunjungi tanah Syam (Suriah dan Palestina saat ini), dia mendengar informasi bahwa ada wabah, jadi dia menghentikan rencananya. Setelah itu seseorang muncul bertanya: “(Apakah Anda berlari / menjauh dari takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala?)” Umar langsung menjawab: “(Saya menghindar dari takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala ke takdir-Nya yang lain)”. Sejak era Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sebenarnya sudah ada kesalahan dalam menyikapi takdir. salah satunya beliau bersabda:
Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan kesalahan dalam memahami takdir, meskipun dengan tegas Allah Subhanahu Wa Ta’ala melarang. Akhlak dalam Islam adalah bahwa setiapkejadian buruk/kesalahan merupakan dari kita sebagai mahkluk yang lemah ini dan segala kebaikan anugerah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Macam-Macam Takdir (Jelaskan Hubungan Antara Takdir, Ikhtiar, Doa dan tawakal)Hubungan di antara Qada ‘dan Qadar dengan ikhtiar, do’a dan tawakal ini, para ulama berpendapat bahwa ada dua jenis takdir, yaitu: Takdir Mua’llaqTakdir Mua’llaq adalah takdir yang berkaitan erat dengan usaha manusia. Sebagai contoh, seorang siswa bercita-cita untuk menjadi dokter. Untuk mencapai tujuannya, ia rajin belajar. Akhirnya apa yang diinginkannya menjadi kenyataan. Dia akhirnya menjadi dokter. Dalam hal ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Takdir MubramTakdir Mubram adalah takdir yang terjadi pada manusia juga tidak dapat dicoba atau tidak dapat dinegosiasikan oleh manusia. Sebagai contoh, seseorang lahir di Jakarta, hal ini merupakan ketetapan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan tidak bisa diminta. Ikhtiar (Jelaskan Hubungan Antara Takdir, Ikhtiar, Doa dan tawakal)Ikhtiar merupakan usaha dengan serius dan sepenuh hati dalam tujuannya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala. menentukan takdir manusia, kita diwajibkan untuk ikhtiar. Jika Allah Subhanahu Wa Ta’ala sudah menentukan, mengapa wajib ikhtiar? Dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Q.S.al-Anbiyaa‟/21:90
Lalu dalam (QS.al-Mukminuun / 23: 60) Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:
Dari beberapa ayat di atas, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyuruh setiap individu untuk mencoba, berlomba, dan juga bersaing untuk menjadi individu tercepat. Siapa pun yang berusaha dengan sungguh-sungguh, itu berarti ia menuju kesuksesan. Pepatah Arab mengatakan.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
Namun, jika telah ikhtiar, kegagalan diperoleh, setelah itu dalam hubungan ini ada “rahasia Ilahi.” Meskipun demikian, Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan perbuatan baik hamba-Nya, meskipun gagal. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
Berdasarkan uraian di atas, jelas mengapa Allah Subhanahu Wa Ta’ala mewajibkan hamba-Nya ikhtiar. Meskipun sudah ditetapkannya Qada’ dan Qadar. Do’aDo’a merupakan ikhitar batiniah yang memiliki pengaruh sangat besar bagi manusia yang mengimaninya. Bagi mereka yang beriman, Do’a tentu akan memberikan Anda ketangguhan dalam mengejar komitmennya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berjanji untuk mengabulkan permintaan dari mereka yang serius berdo’a. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
TawakalSetelah yakin serta beriman kepada takdir, dan kemudian diikuti dengan ikhtiar dan do’a, selanjutnya yang perlu dilakukan adalah tawakal kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yaitu menyerahkan semua kejadian dan hasilnya hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.” Arti tawakal berasal dari peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam: Suatu hari sahabat mendatangi rumah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dengan mengendarai unta. Sesampainya di depan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, (ada kejadian aneh di mata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam), lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkata,
kisah ini menunjukkan bahwa tawakal dilakukan setelah berusaha dengan sungguh-sungguh. Ini juga menunjukkan bahwa tawakal erat kaitannya dengan ikhtiar. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
Demikian penjelasan tentang Jelaskan Hubungan Antara Takdir Ikhtiar Doa dan tawakal. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda dan baca juga artikel kami lainnya, seperti Sholat Istikharah atau Sholat Hajat, Terima kasih. |