Apakah ada salah satu penyakit yang dapat menyebabkan gejala adanya protein dalam urine jelaskan jika ada?

Protein yang sangat sedikit dalam urin merupakan sesuatu yang umum terjadi dari waktu ke waktu, tetapi jumlah protein dalam urin yang banyak atau albuminuria adalah sesuatu yang abnormal dan mungkin merupakan tanda awal penyakit ginjal.

Pengertian Albuminuria

Albuminuria adalah suatu kondisi di mana urin mengandung protein albumin yang banyak. Albumin adalah protein utama yang terdapat dalam darah, sehingga albuminuria disebut juga sebagai proteinuria. Protein merupakan senyawa kompleks yang terdapat di hampir semua bagian tubuh, termasuk otot, tulang, rambut, dan kuku.

Iklan dari HonestDocs

Gratis Ongkir Seluruh Indonesia ✔️ Bisa COD ✔️ GRATIS Konsultasi Apoteker ✔️

Apakah ada salah satu penyakit yang dapat menyebabkan gejala adanya protein dalam urine jelaskan jika ada?

Protein yang berada dalam aliran darah juga melakukan sejumlah fungsi penting seperti melindungi tubuh dari infeksi, membantu pembekuan darah, dan menjaga keseimbangan cairan di seluruh tubuh.

Bagaimana mekanisme terjadinya albuminuria?

Saat darah melewati ginjal yang sehat, maka ginjal akan menyaring produk limbah dan zat-zat sisa yang tidak dibutuhkan oleh tubuh lalu membuangnya melalui urin. Sedangkan albumin dan protein lain merupakan zat yang masih diperlukan oleh tubuh sehingga tidak dikeluarkan. Namun, ketika ginjal mengalami kerusakan dalam menyaring, maka protein dari darah dapat bocor ke dalam urin.

Jika proteinuria tidak terkontrol, peningkatan jumlah protein dalam urin dapat menyebabkan kerusakan ginjal menjadi lebih berat. Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.

Penyebab Albuminuria

Dua faktor risiko yang paling umum yang dapat menyebabkan albuminuria adalah sebagai berikut:

  • Diabetes
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)

Keduanya dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, sehingga menyebabkan albuminuria atau proteinuria.

Iklan dari HonestDocs

Gratis Ongkir Seluruh Indonesia ✔️ Bisa COD ✔️ GRATIS Konsultasi Apoteker ✔️

Apakah ada salah satu penyakit yang dapat menyebabkan gejala adanya protein dalam urine jelaskan jika ada?

Contoh penyebab albuminuria selain darah tinggi dan diabetes meliputi:

    gt;obatan
  • Trauma atau cedera
  • Racun
  • Infeksi
  • Gangguan sistem kekebalan tubuh
  • Peningkatan produksi protein di dalam tubuh dapat menyebabkan proteinuria. Contoh termasuk multiple myeloma dan amiloidosis .

Faktor risiko lainnya termasuk:

Gejala Albuminuria

Albuminuria tidak memiliki tanda-tanda atau gejala pada tahap awal. Banyaknya protein dalam urin dapat ditandai dengan urin yang berbusa. Disamping itu, karena protein telah meninggalkan tubuh, darah tidak bisa lagi menyerap cukup cairan, sehingga dapat terjadi pembengkakan di tangan, kaki, perut, atau wajah.

Pembengkakan ini disebut edema. Ini adalah tanda-tanda hilangnya protein (proteinuria) dalam jumlah besar dan menunjukkan bahwa penyakit ginjal telah berkembang.

Pemeriksaan laboratorium adalah satu-satunya cara untuk mengetahui seseorang mengalami albuminuria atau tidak dan apakah protein dalam urine menunjukkan adanya kerusakan ginjal yang luas.

Diagnosis dan Pemeriksaan

Pemeriksaan Proteinuria (Albuminuria)

Iklan dari HonestDocs

Gratis Ongkir Seluruh Indonesia ✔️ Bisa COD ✔️ GRATIS Konsultasi Apoteker ✔️

Apakah ada salah satu penyakit yang dapat menyebabkan gejala adanya protein dalam urine jelaskan jika ada?

Dalam rangka melakukan pemeriksaan skrining terhadap penyakit ginjal, dokter akan memeriksa sampel urin acak untuk mendeteksi adanya proteinuria. Protein ini mudah dan cepat ditemukan dengan pengujian dipstick urin (lihat gambar di bawah).

Jika tes skrining ini negatif, tes urine yang lebih akurat dapat dilakukan untuk mengukur rasio disebut rasio albumin : kreatinin. Rasio albumin-kreatinin terhadap sampel urin pagi dianggap akurat, tapi kadang-kadang koleksi urin 24 jam dapat dilakukan untuk mengukur albuminuria. Albuminuria juga dapat diukur dengan menggunakan dipstick-albumin spesifik pada sampel urin acak.

Siapa yang harus melakukan pemeriksaan albuminuria dan seberapa sering?

Semua orang dengan diabetes tipe I dan tipe 2 yang berusia antara 12 dan 70 tahun harus menjalani tes urine untuk memeriksa albuminuria setidaknya sekali setahun. Pedoman saat ini menyarankan skrining untuk albuminuria pada pasien dengan faktor risiko penyakit ginjal kronis, termasuk diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit sistemik, usia lebih dari 60 tahun, dan riwayat keluarga gagal ginjal. Jika positif, hasilnya harus dikonfirmasi dengan tes urine kedua.

Pengobatan Albuminuria

Jika seseorang memiliki diabetes, hipertensi, atau keduanya, tujuan pertama pengobatan albuminuria adalah mengontrol glukosa darah atau gula darah, dan tekanan darah.

Orang dengan diabetes harus tes glukosa darah dengan rutin, mengikuti rencana makan yang sehat, mengambil obat yang diresepkan, dan melakukan olahraga atau latihan yang direkomendasikan oleh dokter Seseorang dengan diabetes dan tekanan darah tinggi mungkin juga memerlukan obat darah tinggi seperti ACE inhibitor atau angiotensin receptor blocker (ARB). Obat ini telah diketahui dapat melindungi fungsi ginjal yang lebih baik dibanding obat sarah tinggi lainnya. Banyak pasien dengan proteinuria tapi tanpa hipertensi juga dapat mengambil manfaat dari ACE inhibitor atau ARB.

Orang yang memiliki tekanan darah tinggi dan albuminuria, tetapi tidak diabetes, juga dianjurkan menggunakan obat darah tinggi ACE inhibitor atau ARB. Para ahli kesehatan merekomendasikan bahwa orang dengan penyakit ginjal harus menjaga tekanan darah nya di bawah 140/90 mmHg. Untuk menjaga target ini, seseorang mungkin perlu untuk mengambil kombinasi dua atau lebih obat tekanan darah. Dokter mungkin juga meresepkan diuretik dikombinaskan dengan ACE inhibitor atau ARB. Diuretik juga disebut "pil kencing" karena akan membantu seseorang buang air kecil dan menyingkirkan kelebihan cairan dalam tubuh.

Selain glukosa darah dan mengontrol tekanan darah, National Kidney Foundation merekomendasikan agar membatasi diet garam dan protein. Seorang dokter dapat merujuk pasien ke ahli gizi untuk membantu untuk merencanakan menu makanan yang sehat.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Terima kasih atas saran dan masukannya! Kami akan meningkatkan kualitas layanan kami agar lebih bermanfaat.

Tes sederhana yaitu tes urine dengan menggunakan dipstick (strip plastik kecil dengan kertas indikator) yang dapat mendeteksi jumlah protein yang sangat kecil. Nantinya jika ada terlalu banyak zat yang terkandung pada urine, bagian ujungnya akan berubah warna.

Karena protein dalam urine hanya bisa bertahan sementara, tes ini harus dilakukan secara rutin untuk menentukan apakah Anda benar-benar mengalami masalah pada ginjal.

Tes dipstick sangat sensitif, tapi belum bisa benar-benar memastikan adanya kondisi albuminuria. Sebab, tes ini belum dapat mengukur dengan persis seberapa banyak protein albumin dalam urine.

Untuk mendapatkan pengukuran yang tepat, urine harus diperiksa di laboratorium. Ketika hasilnya belum meyakinkan, sisa urine diperiksa di bawah mikroskop.

Dari pengamatan tersebut, dokter akan mengetahui zat-zat yang seharusnya tak ada pada urine, seperti sel darah merah dan putih, bakteri, atau kristal yang bisa tumbuh menjadi batu ginjal.

Satu kali hasil tes urine yang positif mengandung protein belum bisa menentukan apakah Anda benar-benar mengalami penyakit ginjal. Namun jika hasil tetap positif setiap Anda melakukan tesnya, maka besar kemungkinan ginjal mengalami masalah.

Tes kadar albumin dan kreatinin

Tes ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa banyak kadar protein albumin dan kreatinin yang telah dikeluarkan dalam 24 jam pada urine. Kreatinin adalah produk limbah yang telah disaring di ginjal lalu dikeluarkan dengan mengalirnya urine.

Albumin-to-creatinine ratio (ACR) dikatakan tinggi bila hasilnya di atas 30, hal ini menunjukkan adanya kemungkinan proteinuria. Semakin tinggi levelnya, akan semakin berbahaya pula dampaknya.

ACR yang berkisar antara 3 – 30 biasanya tidak memerlukan tindakan, tetapi pasien perlu melakukan pemeriksaan setiap tahun. Sementara ACR yang kurang dari 3 mg/mmol tidak memerlukan tindakan lebih lanjut.

Pemeriksaan lebih lanjut

Apabila ACR tinggi, dokter akan melihat riwayat kesehatan pasien dan keluarganya, lalu melakukan pemeriksaan ginjal lebih lanjut. Pemeriksaan tersebut bisa meliputi:

  • Tes darah. Tes darah dilakukan untuk mengukur kadar kreatinin, protein, dan memperkirakan laju filtrasi glomerulus. Tes ini juga bisa menjadi gambaran atas seberapa baik ginjal Anda bekerja.
  • Tes pemindaian. Tes seperti CT scan atau ultrasounds dapat menunjukkan gambar ginjal yang akan membantu dokter menemukan masalah di dalamnya.
  • Elektroforesis protein urine. Dokter akan melihat jenis protein tertentu dalam sampel urine yang bisa mengindikasikan suatu penyakit.
  • Tes darah imunoterapi. Tes bertujuan untuk menemukan protein bernama imunoglobulin yang merupakan antibodi pelawan infeksi dalam darah.
  • Biopsi ginjal. Prosedur ini melibatkan pengangkatan sebagian kecil organ ginjal. Nantinya sampel ini akan diperiksa di bawah mikroskop.

Pengobatan ginjal bocor

Albuminuria bukanlah penyakit yang spesifik, sehingga perawatan tergantung pada identifikasi dan penanganan penyebab. Umumnya, jika proteinuria yang diderita cenderung normal, Anda tidak memerlukan perawatan.

Lain lagi apabila kondisi disebabkan oleh penyakit ginjal, perawatan medis yang tepat sangat penting dilakukan. Penyakit ginjal kronis yang tidak diatasi dapat menyebabkan gagal ginjal.

Obat-obatan kadang diberikan, terutama pada orang dengan diabetes dan/atau tekanan darah tinggi. Obat dapat berasal dari dua kelas obat, yaitu ACE (angiotensin-converting enzyme) inhibitors dan ARB (angiotensin receptor blockers).

Dua jenis obat tersebut sebenarnya lebih banyak digunakan untuk membantu menurunkan tekanan darah. Namun pada pasien yang mengalami albuminuria, obat ini bisa membantu melindungi ginjal dari kerusakan.

Perawatan yang tepat–terutama pada pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi–penting dilakukan untuk mencegah kerusakan ginjal progresif yang menyebabkan timbulnya kondisi albuminuria.

Pada pasien dengan diabetes dan tekanan darah tinggi, pasien yang mengalami albuminuria juga harus mengontrol kadar gula darah.

Selain itu, pasien diabetes harus melakukan tes laju filtrasi glomerulus (GFR) setiap tahunnya. Jika ada masalah pada ginjal, pasien akan dirujuk ke nephrologist, dokter yang berspesialisasi dalam bidang penyakit ginjal.

Sedangkan jika albuminuria terjadi pada ibu hamil yang memiliki preeklamsia, kondisinya harus lebih diawasi. Untungnya, kebanyakan albuminuria akan sembuh sendiri setelah bayinya lahir.

Walau jika pasien tidak memiliki penyakit lain seperti diabetes, masalah tekanan darah, atau kondisi lain, obat tekanan darah mungkin masih akan diresepkan untuk mencegah kerusakan ginjal.

Pengobatan albuminuria di rumah

Karena kondisi ini bisa disebabkan oleh penyakit yang Anda derita, maka Anda harus melakukan perawatan yang bertujuan untuk menjauhi hal-hal yang menjadi pemicu gejalanya.

Namun, umumnya Anda harus melakukan berbagai perubahan, terutama pada pola makan Anda. Di bawah ini cara yang dapat membantu Anda mengatasi albuminuria.

  • Jika Anda memiliki kondisi retensi air yang menyebabkan albuminuria, batasi jumlah asupan garam beserta air pada pola makan harian. Natrium dalam garam juga meningkatkan tekanan kapiler glomerulus yang membuat kerjanya jadi terganggu.
  • Jika Anda memiliki tekanan darah tinggi, juga kurangi garam dalam makanan, dan atur pola makan dengan baik.
  • Jagalah berat tubuh Anda tetap pada angka yang sehat. Obesitas (kegemukan) sudah sering menjadi pemicu akan timbulnya berbagai masalah kesehatan, tak terkecuali untuk kesehatan ginjal dan sistem urinasi Anda. Selain makan makanan sehat, buat juga tubuh Anda menjadi lebih aktif dengan berolahraga atau aktivitas fisik lainnya.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.