Apa yg dimaksud teknik celup ikat

bagaimana cara nya membuat kucing dance​

apakah arti dari unsur bentuk dalam karya seni rupa 3 dimensi?tolong jawab ya jangan ngasal༎ຶ‿༎ຶ​

QUIZSiapa yang bukan pencipta lagu?a. W.R. Soepratmanb. Ismail Marzukic. Ibu Sudd. Soedirman​

Tuliskan lagu yang kalian suka sebutkan 5!soal: BEBASSJangan lupa Kasih nama pembuat lagunyadan lagunya bebas dari negara mana saja​!

Setiap teknik dalam bernyanyi dapat saling mendukung ataupun saling berhubungan antara satu dengan lainnya. Termasuk di dalamnya sebuah teknik yang me … ndukung keterampilan memenggal kalimat, sehingga satu kalimat yang bermakna dapat dinyanyikan tanpa dipenggal di tengah kalimat yang disebut …. A: intonasi B: artikulasi C: pernapasan D: ekspresi

mengapa surahwadi dijuluki Al maqtul​

dalam teknik basah untuk menorehkan cat air menggunakan​

lirik pada bait terakhir yang menggunakan nada tinggi adalahA. Indah permaiB. TanahC. AirkuD. IndonesiaLagu Rayuan pulau kelapa​

Hal pertama yang harus ditentukan dalam membuat suatu karya lukisan dekoratif adalaha warna B sketsa C alas D cat minyak ​

apa nama baju difoto? ​

Apa yg dimaksud teknik celup ikat
Berbagai teknik celup ikat dari Jepang, Shibori, yang juga melibatkan teknik cetak bentuk, lipit, jahitan, dan juga gulungan menggunakan pipa atau tongkat. (Foto: Honestlywtf.com)

Teknik olah latar pada tekstil yang disebut dengan celup ikat, atau lebih populer dengan istilah bahasa Inggrisnya yaitu
tie-dye,
merujuk pada teknik pewarnaan pakaian yang dilipat, diputar, dan diikat menggunakan tali atau karet sebelum dicelupkan pada cairan pewarna.

Pada tahun 1960-1970, penggunaan
tie-dye
memberi dampak yang signifikan terhadap kultur sosial di Amerika Serikat. Para remaja mengenakan
tie-dye
sebagai bentuk pemberontakan terhadap kekerasan dan kapitalisme yang berkembang di tahun 1950-an. Penolakan terhadap norma sosial yang terlalu konservatif dilakukan dengan menunjukkan penampilan yang lebih mengarah pada kesederhanaan dan perdamaian. Golongan remaja ini kala itu dikenal sebagai kaum
Hippies. Penggunaan
tie-dye pun sempat dipopulerkan di era yang sama dalam festival musik Woodstock. Sejak itu, tren

tie-dye


kerap timbul tenggelam dalam dunia mode, dan tidak sedikit yang mengira bahwa
tie-dye lahir dari

pop culture

atau budaya yang lahir di masa kini. Padahal, teknik

tie-dye
sesungguhnya sudah diterapkan sejak belasan abad lalu dan dapat ditemukan di berbagai negara termasuk Indonesia.

Kain Wari – Peru

Kiri-kanan: Detail Kain Wari dari tahun 700-900 M, dan tampak keseluruhannya. (Foto: Museum of Fine Arts, Boston)

Ditemukan pada 800 S.M., kain Wari merupakan tekstil tradisional asal Peru yang dipercaya sebagai tekstil dengan teknik
tie-dye
tertua di dunia. Kain ini biasa dikenakan oleh penguasa tinggi di daerah Wari dan juga diberikan sebagai hadiah diplomatik antar daerah. Terkenal dengan menggunakan warna-warna seperti merah tanah, hijau lumut, dan biru gelap, kain Wari menggabungkan teknik
patchwork
dengan
tie-dye. Yaitu, berbeda dengan tekstil

tie-dye
lain yang biasanya menggunakan sebuah kain polos sebagai dasarnya, kain Wari dibuat dengan cara memotong kain menjadi potongan-potongan kecil, mengikat dan mencelupnya ke dalam pewarna, kemudian menyambungkannya kembali dengan cara dijahit.

Kain Bai – China

Proses pengikatan dan pencelupan kain Bai hingga menjadi kain yang utuh dan indah.
(Foto: Yunnan Adventure | Wonders of Yunnan | Pinterest | CITS )

Mendapat nama dari daerah asalnya, kain ini pertama ditemukan oleh masyarakat Zhoucheng di Dali Bai Autonomous Prefecture, Yunnan pada abad ke-3. Biasanya, kain ini menggunakan kain katun putih atau campuran katun dan rami sebagai material dasarnya dan tanaman indigo sebagai pewarna utamanya. Daun woad akan dikumpulkan dan difermentasi dalam sebuah lubang hingga mengeluarkan warna biru gelap keunguan. Lalu, kain putih akan diikat dan dijahit menjadi berbagai pola yang menggambarkan alam sebelum kemudian dicelup pada pewarna tersebut. Pola yang dihasilkan, seperti lebah, kupu-kupu, bunga, ikan, dan serangga, dikatakan akan membawa keberuntungan bagi penggunanya.

Bandhani – India

Apa yg dimaksud teknik celup ikat
Kiri-kanan: proses mengikat kain Bandhani; salah satu contoh hasil akhir kain Bandhani.(Foto: Australian National Maritime Museum, Ciceroni)

Kain Bandhani dihasilkan dengan memetik kain dengan menggunakan kuku lalu diikat kecil-kecil hingga membentuk pola desain yang figuratif. Bandhani dipercaya telah berada sejak 4.000 S.M. namun, rekam jejak fisik tertua yang dapat dilihat ada pada sebuah lukisan Buddha di dinding Gua Ajanta pada abad ke-6. Berbeda dengan
tie-dye
modern yang umumnya memiliki pola spiral karena melakukan pengikatan di bagian tengah pakaian, pola pada kain Badhani terlihat lebih menyeluruh dan terstruktur. Kain Bandhani diproduksi di berbagai daerah di India, namun hingga saat ini Gujarat dan Rajasthan dikenal sebagai daerah yang memproduksi kain Bandhani dengan kualitas terbaik. Bandhana, kain Bandhani yang memiliki ukuran kecil seperti sapu tangan asal Bengal pun sempat populer di seluruh dunia karena banyak digunakan oleh pelaut dan nelayan di sekitar tahun 1700-an.

Shibori – Jepang

Kiri-kanan, atas-bawah: Kanoko Shibori, Miura Shibori, Kumo Shibori, Arashi Shibori, Itajime Shibori, Nui Shibori.
(Foto: 1 2 3 4 5 6)

Sejak abad ke-8, masyarakat Jepang sudah mempraktikkan
tie-dye
ke dalam proses pewarnaan tekstil mereka. Meski memiliki konsep yang sama dengan
tie-dye
biasa, kain Shibori cenderung jauh lebih rumit dan mendetail karena para pengrajin Shibori menggunakan benang yang lebih halus untuk mengikat beberapa titik secara berulang. Perbedaan lain yang nampak adalah pemilihan spektrum warna Shibori yang cenderung menggunakan satu warna saja.

Shibori sendiri terdiri dari beberapa jenis, antara lain Kanoko (celup ikat biasa), Miura (celup ikat dengan jahitan melingkar), Nui (celup ikat dengan jahitan mengikuti motif yang diinginkan), Arashi (celup ikat dengan kain dibungkuskan kepada tongkat), Kumo (celup ikat dengan lipatan), dan Itajime (celup ikat dengan cetakan bentuk), yang dibedakan dari teknik pembuatan dan motif yang dihasilkan.

Ikat dan Jumputan – Indonesia

Kiri-kanan: Kain Plangi dari Sumatera Selatan, Kain Sasirangan dari Kalimantan Selatan, dan Kain Tritik dari Jawa Tengah. (Foto: Dok. The Textile Map, 2 3)

Tidak kalah dari negara lain, Indonesia juga memiliki teknik
tie-dye
nya sendiri yang sering disebut dengan teknik ikat dan jumputan. Meski memiliki kesamaan dalam konsepnya, teknik pengerjaan dari ikat, jumputan, dan
tie-dye
sangat berbeda. Teknik ikat masuk ke Indonesia di akhir abad ke-17 dan biasa ditemukan pada jenis kain yang ditenun. Pengikatan dilakukan sebelum proses penenunan pada setiap helai benang sehingga membentuk pola yang diinginkan.

Sedangkan, pengikatan pada teknik jumputan telah dilakukan sejak abad ke-10 silam dengan menjahit pada pola-pola kecil yang sudah di gambar pada kain hingga mengerut. Ketika sudah dicelupkan ke dalam pewarna, benang jahitan akan dilepas untuk menunjukkan pola yang diinginkan. Karena menggabungkan teknik jahit, pola yang dihasilkan dari teknik ini cenderung lebih bervariatif dan fleksibel.

Penggunaan teknik celup ikat dan jumputan di Indonesia memiliki nama yang berbeda-beda sesuai dengan perbedaan detail proses pembuatan dan daerah asalnya. Contohnya, kain Plangi atau Cinde dari Sumatera Selatan, Sasirangan dari Kalimantan Selatan, juga Tritik dari Jawa Tengah.

Adire – Nigeria

Apa yg dimaksud teknik celup ikat
Kiri-kanan: Kain Adire Oniko dan Adire Alabare dari barat Afrika. (Foto: Victoria and Albert Museum)

Kain yang diproduksi oleh para pengrajin Yoruba di Nigeria ini ditemukan pada tahun 1800, namun istilah “adire” baru dikenalkan pada abad ke-20. Kain dengan teknik Adire ini dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis namun hanya dua diantaranya yang menerapkan konsep
tie-dye; Adire Oniko yang dilakukan dengan mengikat kain menggunakan tali rafia, serta Adire Alabare yang menggabungkan teknik jahit untuk menghasilkan pola.

Kembalinya Tie-Dye di Era Pandemi

Apa yg dimaksud teknik celup ikat
Kiri-kanan: Berluti Men’s S/S 2022, Prada S/S 2019, Tom Ford F/W 2022. (Foto: Vogue)

Dalam kurang lebih dua tahun ke belakang, penggunaan
tie dye sempat kembali digunakan dalam koleksi beberapa desainer seperti kemeja

tie-dye
berwarna hijau toska yang dikenakan Gigi Hadid pada peragaan Berluti Men’s Spring/Summer 2022 lalu atau koleksi Tom Ford Fall/Winter 2022 misalnya dengan atasan sejenis kaftan yang di-tie-dye
ke dalam warna oranye tua. Namun, dari berbagai koleksi yang mengkolaborasikan teknik ini, koleksi Spring/Summer 2019 oleh Prada mungkin menjadi salah satu yang paling menonjol dimana pada saat itu mereka menerapkan teknik


tie-dye,
tidak hanya pada pakaian, tapi juga pada tas.

Memasuki tahun 2022, popularitas
tie-dye
semakin meluas melalui aplikasinya pada produk
loungewear, sejenis piyama atau pakaian tidur, yang kini banyak digunakan masyarakat sebagai pakaian sehari-hari sejak masa pandemi yang mengharuskan mereka untuk lebih banyak beraktivitas di rumah. Untuk
brand
lokal sendiri, terdapat SUKU dan Nayaka yang disebut sebagai dua dari pelopor tren
tie-dye
masa kini di Indonesia. SUKU, label binaan Christine Lafian yang kini berbasis di Melbourne, kerap menghadirkan motif
tie-dye
berbentuk sirkuler yang diaplikasikan pada pakaian tidur dan
bedding. Sedangkan, Nayaka beberapa kali mengeluarkan koleksi dengan motif jumputan pada desain
loungewear
mereka. Koleksi-koleksi ini pun pada akhirnya menginspirasi banyak pengusaha mode baik dari label besar maupun industri rumahan untuk mengadopsi desain tersebut pada produknya.



Penggunaan teknik
tie-dye pun sangat akrab dengan dunia

upcycling

atau proses memperbaharui pakaian lama. Selain mudah dilakukan dan tidak membutuhkan banyak alat dan bahan, pola yang dihasilkan dari

tie-dye
menghasilkan kesan baru pada pakaian-pakain lama yang warnanya yang sudah memudar atau sekedar terlihat membosankan. Simak video di atas untuk mengenal cara termudah melakukan


upcycling
pada pakaianmu dengan teknik celup ikat.

Penulis: Nabila Nida Rafida | Editor: Mega Saffira | Sumber: Victoria & Albert Museum | CNN Indonesia | Heroine | Japan Objects | Fimela | The Skull and Sword | CITS | Utsavpedia | Britannica | Australian National Maritime Museum | Ciceroni | Craft Atlas | Museum of Fine Arts Boston