Apa yang harus dilakukan manusia terhadap takdir memberikan Allah

Takdir dalam KBBI diartikan sebagai ketetapan Tuhan atau ketentuan Tuhan. Meskipun demikian artinya, bukan berarti datangnya takdir tanpa ada unsur usaha yang dilakukan manusia. Manusia oleh Tuhan diberikan tugas untuk berusaha. Tuhan bertugas menilai apakah usaha manusia tersebut berhasil atau tidak.

Sering kali saat usaha yang dilakukan manusia tidak berhasil, rasa kecewa yang akan dirasakannya. Tidak jarang hal tersebut berdampak pada sikap berpikiran negatif kepada Tuhan. Misalnya saja, menganggap bahwa Tuhan tidak adil.

Di fase-fase seperti ini, manusia perlu melakukan 6 cara berikut ini. Agar apa pun yang menimpa dirinya, termasuk takdir yang dia katakan buruk dapat menjadi suatu hal yang indah di waktu terbaik.

Apa yang harus dilakukan manusia terhadap takdir memberikan Allah
Apa yang harus dilakukan manusia terhadap takdir memberikan Allah
Freepik

Kata takdir masih menjadi perdebatan, terutama oleh kalangan agamawan. Takdir tidak datang begitu saja. Sering kali manusia mengira bahwa takdir merupakan sebuah kutukan Tuhan untuk hamba tertentu. Padahal tidak demikian. Memang ada beberapa hal yang tidak bisa kita pilih di dunia ini. Misalnya saja jenis kelamin dan kapan kita akan mati.

Lantas berbeda dengan beberapa hal lain. Seperti misalnya kita akan kuliah di mana dan bekerja di mana. Dua hal ini bisa kita pilih dan tentunya upayakan. Jika suatu saat kita diterima oleh kampus impian, maka itu semua berkat usaha keras dan doa yang kita lakukan.

Saat sudah berusaha keras namun tidak diterima, di situlah makna takdir yang sesungguhnya. Di momen seperti itulah tugas kita untuk melakukan lima cara lainnya. Melalui adanya konsep takdir di dalam kehidupan, lantas bukan ajang manusia untuk tidak berusaha.

Baca Juga: Ini 5 Cara Mudah Agar Bisa Introspeksi Diri Sendiri

Apa yang harus dilakukan manusia terhadap takdir memberikan Allah
Apa yang harus dilakukan manusia terhadap takdir memberikan Allah
Freepik

Saat suatu hal yang tidak disukai menimpa kita, sangat mudah untuk akhirnya berfikir bahwa Tuhan tidak adil. Dampaknya, kita malas beribadah dan cenderung malas-malasan untuk melakukan upaya-upaya lain.

Tidak jaring terbesit untuk terus mencari-cari kesalahan orang lain. “Andai saja tadi si A tidak begini, pasti aku sudah berhasil.”, “Andai saja si A mau berkorban lebih untukku, pasti aku tidak akan gagal seperti ini.”

Ingat, apa pun yang menimpa kita merupakan buah sikap tanggung jawab kita. Kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri. Bukan orang lain yang harus bertanggung jawab terhadap kita. Maka berhentilah untuk menyalahkan orang lain, apalagi Tuhan.

Apa yang harus dilakukan manusia terhadap takdir memberikan Allah
Apa yang harus dilakukan manusia terhadap takdir memberikan Allah
Freepik

Penting bagi kita untuk melakukan intropeksi usai melakukan apa pun. Selain hal tersebut berguna untuk mengukur apakah sesuatu yang kita lakukan sudah efektif dan efisien atau justru sebaliknya. Hal tersebut juga sangat penting untuk memikirkan cara-cara lain yang lebih baik.

Usaha keras yang tidak berhasil bukanlah suatu kegagalan. Hal itu hanyalah sebuah kejadian yang penuh hikmah. Tidak jarang setelah seseorang gagal melakukan sesuatu, dia menjadi lebih paham mana cara yang salah dan mana cara yang benar.

Sisihkan sedikit waktu untuk melakukan intropeksi atas apa pun yang menimpa kita. Bisa jadi itu adalah buah dari kesalahan yang kita perbuat.

Tenangkan pikiran agar mampu kondusif untuk selalu berpikir positif. Banyak orang sukses belajar dari beribu-ribu kali kesalahan, misalnya saja Thomas A. Edison. Jadi, jangan patah semangat, ya!

Apa yang harus dilakukan manusia terhadap takdir memberikan Allah
Apa yang harus dilakukan manusia terhadap takdir memberikan Allah
Freepik

Di dunia ini ada dua hal yang sangat kontras, yakni positif dan negatif. Begitupun segala hal yang menimpa kita. Banyak hal negatif menimpa kita. Pula dengan hal positif, dia juga akan banyak menimpa kita.

Hal positif yang menimpa kita merupakan suatu anugerah. Adapun hal negatif yang menimpa kita merupakan suatu ujian. Seseorang akan ditinggikan derajatnya melalui ujian. Maka tidak ada jalan bagi manusia untuk mengeluh, apalagi putus asa.

Apa yang harus dilakukan manusia terhadap takdir memberikan Allah
Apa yang harus dilakukan manusia terhadap takdir memberikan Allah
Freepik

Memang berat harus menerima sesuatu yang tidak kita inginkan, terlebih kita rasa hal itu adalah suatu hal yang buruk. Namun, ketika kita percaya bahwa Tuhan adalah Sang Pembuat skenario terbaik, menerimanya dengan lapang dada adalah jalan terbaik. Tetap berprasangka baik kepada-Nya.

Ada cerita dari komika Pandji Pragiwaksono melalui videonya di YouTube yang berjudul "5 MENIT YG MENGUBAH HIDUP". Melalui video berdurasi lima menit itu, Pandji menceritakan pentingnya bersikap loyal terhadap segala hal yang dipercayakan kepada kita.

Termasuk suatu takdir yang telah Tuhan percayakan kepada kita. Meskipun terkadang kita menganggapnya sebagai hal remeh, tapi bisa jadi itu merupakan jalan kita menuju kesuksesan yang sesungguhnya.

Terus menggerutu hanya akan membuat semuanya sia-sia. Apa yang harusnya segera kita raih menjadi terlambat. Tidak ada jalan lain kecuali menerima takdir dengan lapang dada. Kemudian hal penting yang harus dilakukan adalah berpikiran positif.

Segera lupakan segala kegagalan yang ada. Atau, segera terima apa yang sudah ditakdirkan. Kemudian, jalani semuanya dengan penuh syukur dan optimis. Percayalah, skenario Tuhan tidak pernah salah.

Baca Juga: 6 Hal Sederhana yang Sudah Pasti Bisa Membuat Introvert Bahagia

Baca Artikel Selengkapnya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

MEYAKINI takdir Allah Subhanahu wa ta’ala merupakan kewajiban bagi umat Islam. Baik atau buruknya takdir itu tidak bisa dihindari oleh setiap makhluk hidup, khususnya manusia.

Ketua Forum Komunikasi Dai Muda Indonesia (FKDMI) Jakarta Timur, Ustadz Asroni Al Paroya, mengatakan, selalu banyak pertanyaan tentang takdir Allah Subhanahu wa ta’ala. Apalagi takdir itu berupa musibah, tiba-tiba kecelakaan atau dirampok.

"Namun bagaimana kita menghadapinya ini? Yang menjadi pertanyaan bagi kebanyakan orang, misalnya takdir buruk yang dialami, ketika kita dalam sebuah perjalanan kita mendapatkan musibah dijambret orang, diserempet motor dan sebagainya," ujarnya saat dihubungi Okezone beberapa waktu lalu.

Baca juga:  Kisah Raja Namrud Mengaku Tuhan, Membakar Nabi Ibrahim dan Mati Diserang Lalat

Kebanyakan orang, kata Ustadz Asroni, mereka malah meratapinya, menangisinya dan ada timbul rasa tidak ikhlas karena sesuatu yang buruk telah terjadi.

Namun bagi mereka yang beriman, pasti akan ikhlas, sabar dan pasrah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Seperti dalam hadist berikut ini, yakni menerangkan tentang orang-orang yang mau bersabar ketika tertimpa musibah.

Dari Abdurrahman bin Abu Laila, dari Shuhaib berkata; Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda:

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

Artinya: "Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya." (HR: Muslim).

"Kemudian harus meyakini juga bahwasanya Allah Subhanahu wa ta’ala tidak akan memberi beban kepada hambanya kecuali sesuai kemampuannya," kata Asroni.

Subhanahu wa ta’ala berfirman:

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ

Artinya: "Tidaklah Allah membebani seseorang kecuali sebatas kemampuannya." (QS. al-Baqarah: 286).

Ia juga menyampaikan, derajat seorang yang ridha atas kehendak Allah, tertimpa musibah sekalipun. Maka derjatnya lebih tinggi.

"Baginya, ketika ditimpa musibah seolah-olah dia tidak merasa mendapat musibah. Derajat ridha atas musibah tentu lebih tinggi tingkatannya dari sikap sabar," pungkas Asroni.

(sal)