Apa yang dimaksud dengan system development life cycle?

Apa yang dimaksud dengan system development life cycle?
System Development Life Cycle

Metode SDLC (Systems Development Life Cycle) bisa dikatakan sebagai salah satu daripada pola yang diambi luntuk mengembangkan sistem perangkat lunak, yang terdiri dari beberapa tahap antara lain, yaitu tahap perencanaan, analisa, rancangan desain, dan  implementasi.

Disisi lainnya system development life cycle ini sendiri memili motode yang dipergunakan dalam teknologi berbasis komuputer dengan perangkat lunaknya.

System Development Life Cycle (SDLC)

Diakui ataupun tidak, dalam sejarahnya system development life cycle sebagai metode dilakukan dari adanya pengembangan sistem informasi. Sehingga atas dasar inilah beberapa desainnya bisa dimanfaatkan dalam beragam keperluan seperti pengumpulan data, atau kegiatan lainnya.

Adapun definisi System Development Life Cycle (SDLC) menurut para ahli. Antara lain;

Metode system development life cycle adalah bagian daripada adanya motodolgi yang menjadi proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh para grammer di dunia dan juga di Indonesia.

SDLC adalah bagian daropada penjelasan terkait dengan proses logika yang dipergunakan oleh seorang analis sistem untuk mengembangkan sebuah sistem informasi yang melibatkan requirments, validation, training dan pemilik sistem.

Bentuk Tahapan System Development Life Cycle (SDLC)

Antara lain;

Hal yang pertama dilakukan dalam pembuatan website adalah observasi dan pengumpulan data.Pengumpulan data dimaksudkan untuk mengumpulkan seluruh data dan sebagian informasi berkaitan dengan kasus yang ingin dipecahkan.

Tahap Kedua dari pembuatan website mengunakan System Development Life Cycle (SDLC) adalah  perencanaan dan pemodelan.

Setelah tahap Observasi dan pengupulan data maka akan terperoleh kebutuhan dari keseluruhan system yang akan diaplikasikan ke dalam bentuk website,Langkah selanjutnya adalah membuat desain aliran kerja manajemen dan desain pemrograman yang diperlukan untuk pembuatan suatu Website.

Proses bagian desain ini sendiri dipergunakan untuk mengubah kebutuhan di tahap satu  menjadi representasi ke dalam bentuk “blueprint” website sebelum coding dimulai. desain dibagi menjadi 4 yaitu:

  1. Desain proses sistem
  2. Desain proses sistem merupakan desain atau perancangan terhadap alur dan logika sistem.Pada desain proses sistem, disusun alur proses sistem dalam bentuk diagram flowchart dan DFD (Data Flow Diagram). Diagram flowchart digunakan untuk algoritma pemecahan masalah sedangkan Data Flow Diagram untuk proses alur aliran sebuah data pada sebuah sistem.
  3. Desain database, desain database adalah desain dari sebuah tempat penyimpanan data (storage) dimana data dari sebuah aplikasi disimpan.Desain database disususn dalam bentuk ERD (Entity Relationship Diagram) atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan diagram entitas berhubungan. ERD merupakan gubungan dari entitas-entitas data yang dimiliki atribu-atribut yang kemudian akan diwujudkan dalam bentuk tabel-tabel penyimpanan data.
  4. Desain user interface, Desain user interface adalah rancangan tampilan anatarmuka dari website, rancangan antarmuka ini dibuat semenarik mungkin tetapi tidak melupakan unsur kemudahan user dalam membuka website.Desain user interface digunakan untuk dasar membuat tampilan aplikasi yang nantinya akan dipakai oleh user.Dengan adanya user interface, programmer akan lebih mudah dalam membuat aplikasi karena telah memiliki gambaran tata letak (layout) komponen aplikasi.

Tahapan implementasi akan mengimplementasikan apa yang teah dirancang dan disusun pada tahap desain dan perancangan. Programmer akan membuat aplikasi sesuai dengan rancangan desain interface. Bagian database akan membuat sistem sesuai dengan DFD

Tahapan implementasi adalah inti dari seluruh tahapan pembuatan aplikasi,padatahapan inilah sebuah aplikasi benar-benar dibuat dari awal berpedoman pada rangcangan-rancangan yang telah dibuat sebelumnya.

Programmer interface aplikasi akan membuat tampilan antar muka sesuai dengan desain dengan menggunakan pemograman HTML, CSS serta javascript.Rancangaan database diimplementasikan dengan menggunakan database MySQL.Sedangkan bagian program aplikasi akan dibuat dengan PHP.

Sesuatu yang dibuat haruslah diujicobakan. Demikian juga dengan  website. Semua fungsi dan link website harus diujicobakan, agar website bebas dari error, dan hasilnya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang sudah didefinisikan sebelumnya.

Website yang telah masuk ke jaringan internet pasti mengalami  perubahan perubahan tersebut bisa karena website megalami kesalahan atau karena pelanggan membutuhkan perkembangan fungsional. Pemeliharaan akan dilakukan secara rutin dan berkala seperti mencadangkan data, pemeliharaan database dan server.

Demikianlah tulisan mengenai pengertian System Development Life Cycle (SDLC) dan tahapannya semoga dengan adanya tulisan ini dapat membantu.

Apa yang dimaksud dengan system development life cycle?

System Development Life Cycle atau bisa juga disingkat sebagai SDLC adalah model konseptual dalam proyek manajemen yang menjelaskan tahapan kerja dalam pengembangan sistem informasi. SDLC meliputi studi kelayakan dari tahap awal hingga pemeliharaan aplikasi. Tujuan dari SDLC adalah menghasilkan sistem berkualitas tinggi yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, dalam hal waktu, biaya, efektivitas, dan efisiensi. Untuk itu sistem ini berisikan rencana lengkap untuk mengembangkan, memelihara, dan menggantikan perangkat lunak tertentu. 

Agar sistem informasi dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan, SDLC dibagi menjadi beberapa tahapan. Tahapan SDLC dimulai dari identifikasi masalah, analisis masalah, studi kelayakan analisis sistem, pengembangan sistem, pengujian sistem, baru setelahnya implementasi sistem. Pada penerapannya SDLC dapat diterapkan dalam sistem teknis maupun sistem non-teknis. Biasanya, manajer program dan proyek akan mengambil bagian dalam SDLC bersamaan dengan system dan software engineer, ataupun development team. 

Konsep SDLC tersebut akan menjadi dasar dari berbagai macam metodologi pengembangan perangkat lunak. Metodologi-metodologi tersebut membentuk suatu kerangka kerja yang digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan pembuatan sistem informasi atau proses pengembangan perangkat lunak. SDLC memiliki 3 siklus yang sering digunakan, yaitu traditional system life cycles (siklus hidup sistem tradisional), life cycle using prototyping (siklus hidup menggunakan prototipe), serta object-oriented system life cycle (siklus hidup sistem orientasi objek).

Tujuan SDLC 

Tujuan dari System Development Life Cycle untuk menyediakan manajer proyek IT alat yang dapat membantu memastikan keberhasilan implementasi sistem yang memenuhi tujuan bisnis dan strategis. Dalam segi bisnis SDLC memiliki tujuan untuk; memastikan pengiriman sistem berkualitas tinggi, memberikan kontrol manajemen yang kuat, dan memaksimalkan produktivitas. 

5 Syarat SDLC

SDLC memiliki persyaratan yang terbagi menjadi 5 bagian, yaitu:

Syarat dari scoping meliputi pengikatan jenis sistem dan jenis proyek apa yang didukung oleh SDLC. SDLC harus dapat mendukung berbagai jenis proyek, dengan berbagai ukuran sistem.

Technical activities menentukan jenis dan tugas dan hasil yang beru dipertimbangkan di dalam proyek. Technical activities terbagi dalam beberapa kategori, yaitu; system definition, testing, system installation, production support, evaluating alternatives, defining releases, reconciling information across multiple phases, reconciling to a global view, serta defining the project’s technical strategy.

Management activities terbagai ke dalam beberapa proses seperti; perencanaan, pengorganisasian, penempatan staff, pengarahan, serta mengkoordinasikan dan mengendalikan suatu proyek. 

Usability mengatasi berbagai cara yang menentukan SDLC mana yang akan digunakan oleh anggota tim dan apa yang harus dipertimbangkan dalam membuat SDLC yang mudah dan dapat digunakan di semua kasus.

Installation guidance mengatasi semua kebutuhan yang terkait dengan pentahapan SDLC mulai dari awal.

Apa yang dimaksud dengan system development life cycle?

Fase dalam SDLC

Untuk mendukung efisiensi dalam pengembangan suatu sistem, SDLC terbagi ke dalam 5 fase. 

  1. Identifying Problems, planning

Fase ini merupakan fase pertama dalam SDLC  yang juga menentukan kesuksesan dari sebuah proyek. Pada tahapan ini akan mengidentifikasi sistem informasi mana yang seharusnya dikembangkan. Fase perencanaan bertujuan untuk memberikan jaminan atas kualitas, kelayakan teknis, juga menghindarkan dari resiko yang berpotensi muncul agar pengembangan perangkat lunak dapat berjalan lancar.

Fase ini membutuhkan alat khusus yang membantu para analis menentukan kebutuhannya. Fase ini menilai beberapa aspek kelayakan seperti kelayakan operasional, kelayakan teknis, dan kelayakan ekonomis.

Pada fase ini analis menggunakan informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya untuk menyelesaikan logika perancangan sistem informasi. Tujuan dari fase desain adalah untuk memberikan gambaran akan perangkat lunak yang menjadi pedoman bagi programmer.

  1. Developing and documenting software

Pada fase ini analis bekerjasama dengan programmer untuk mengembangkan perangkat lunak asli yang dibutuhkan. Selama fase ini juga analis bekerjasama dengan pengguna aplikasi guna mengembangkan perangkat lunak yang efektif.

Sebelum sistem informasi dapat diluncurkan sebelumnya perusahaan harus melakukan tes terlebih dahulu. Testing dibutuhkan untuk menguji kelayakan perangkat lunak dan memastikan bahwa perangkat lunak tersebut memenuhi kebutuhan penggunanya. 

  1. Implementing and maintenance

Fase ini melibatkan pelatihan bagi pengguna untuk menangani sistem. Proses ini termasuk ke dalam mengkonversi file dari format lama ke yang baru atau membangun database, memasang peralatan dan membawa sistem baru ke dalam produksi. Sedangkan tahap maintenance meliputi seluruh proses yang menjamin kelangsungan, kelancaran, dan penyempurnaan sistem yang telah dioperasikan.

Apa yang dimaksud dengan system development life cycle?

Model Pengembangan SDLC

SDLC memiliki beberapa model yang dapat membantu proses pengembangan perangkat lunak bagi organisasi.

Waterfall model adalah model klasik yang menyajikan proses pengembangan seperti aliran. Bentuk model ini linier, yang mana output dari suatu tahapan merupakan input bagi tahap berikutnya. Waterfall model dianggap sebagai salah satu model terbaik untuk menyelesaikan masalah yang kompleks. Kelebihan menggunakan model ini diantaranya ada sederhana dan mudah dipahami, namun model ini juga memiliki resiko yang tinggi dan tidak pasti.

Agile model didasarkan pada pendekatan adaptif yang tidak begitu memerlukan perencanaan yang matang. Jumlah pekerjaan pada agile model tidak begitu ketat dan dapat diubah di tengah proses. Kelebihan menggunakan agile model adalah memberikan tim pengembangkan fleksibilitas, namun kekurangan agile model adalah biaya produk akhir sulit dihitung.

V-shaped model adalah kelanjutan dari waterfall model yang diperluas. Sama seperti waterfall model, v-shaped model juga memiliki rencana yang ketat. Pengerjaan model ini juga tidak dimulai apabila tahap sebelumnya belum diselesaikan. Kelebihan menggunakan v-shaped model adalah memiliki hasil yang ketat sehingga mudah dikendalikan, namun kekurangan dari v-shaped model adalah kurangnya fleksibilitas.

Spiral model adalah hasil adaptasi dari dua model yaitu prototyping model dengan pengulangannya dan waterfall model dengan pengendalian dan sistematikanya. Pada setiap tahapnya spiral model menekankan analisis risiko. Model ini baik digunakan untuk mengerjakan proyek yang memiliki risiko sedang hingga tinggi. Kelebihan menggunakan spiral model adalah dapat menyesuaikan terhadap perubahan persyaratan, sedangkan kekurangannya adalah terdiri dari manajemen yang kompleks.

Iterative model secara khusus berfokus pada implementasi awal yang disederhanakan, yang kemudian secara progresif memperoleh lebih banyak kompleksitas dan rangkaian fitur yang lebih luas hingga sistem akhir selesai. Iterative model tidak membutuhkan daftar persyaratan yang lengkap sebelum proyek dimulai. Salah satu kelebihan dari iterative model adalah dapat dengan cepat dikembangkan pada awal siklus, sementara kekurangan dari model ini adalah pengerjaan model ini membutuhkan lebih banyak SDM.