Apa sikh yang di sebut itu kue putri malu

Hal temans, bentar lagi lebaran ya. Hiks antara sedih mau melepas Ramadhan, tapi senang juga bentar lagi kumpul sama keluarga besar.

Ngomong-ngomong soal lebaran, apa sih yang paling diincar anak-anak saat soan ke sodara dan tetangga? Kalo saya sih jaman masih kecil dulu ya makanan, eh sampai sekarang juga ding hihihihi. Jarang-jarang kan bertamu di rumahnya orang disuguhi beraneka ragam kue di atas meja.

Sampai sekarang kalo saya sama adek dan kakak ke rumah sodara, habis salaman gitu langsung melirik ke meja trus kode-kodean sama mereka. Kalo salah satu ambil sejenis makanan, ntar yang lain menimpali, "Sudah kuduga." Hihihihi. Strategi paling jitu yang biasa saya pakai kalo menginginkan makanan tertentu tapi malu ngambil, biasanya saya pura-pura nanya ke anak-anak "Mau yang mana Thifa? Yang ini?" sambil ngambil makanan yang saya penginin. Kalo dia mau makanan itu saya bisa nyuil dikit, kalo dia ternyata ngga suka, kebeneran, ada alasan saya untuk ngabisin hihihi.

Kue lebaran apa yang saya favoritin banget masa kecil?

Kue Kastengel. Saya sukaa banget sama kastengel alias kue keju. Dulu jaman masih tinggal sama ibu, kami suka bikin kue kering bareng. Saya pasti minta ibu bikin kue kastengel banyak-banyak. Kemarin juga saya bikin kastengel loh, sama duo bocah. Ini pertama kalinya saya bikin kastengel tanpa bantuan ibu atau ibu mertua. Selain itu saya juga bikin nastar keju yang mana dalam dua hari langsung ludes, hadeeh padahal lebaran aja belu, Akhirnya bikin lagi deh, karena kebetulan selai nanasnya juga masih ada. Setelah selai nanas habis, malah adonannya yang nyisa, akhirnya tu adonan dibuat kue putri salju hihihi.

Apa sikh yang di sebut itu kue putri malu
kastengel ala ibu mertua

Astor, astra, dan yang sejenis itu lah. Banyak kan ya merek makanan yang bentuknya kaya gini. Saya mengenal makanan ini dengan sebutan astor. Tapi kalo Thifa nyebutnya yang kaya fullo, beda generasi hihihi. Cara makannya ngga langsung gigit trus kunyah. Dikuliti dulu bagian yang wana coklat tuanya, sampe ntar tinggal coklatnya sama lapisan tipis, baru dimakan.  Sama kann kamu jga gitu makannyaa..

Apa sikh yang di sebut itu kue putri malu
ini semua disebut ASTOR. Padahal tulisannya jelas2 wafer stick >.<
Foto dari: ceriwis.com

Kue bawang. Dulu saya sama ibu suka bikin kue ini. Termasuk kue yang tantangannya paling besar nih, soalnya harus diteleni setipis mungkin baru dipotong-potong dan digoreng. Kalo ketebelan ntar kue bawangnya jadi atos.

Bolu kering bentuk ikan. Seringnya sih menemukan kue ini kalo sowan ke rumah salah seorang bude di Kudus. Selain rasanya enak, bentuknya lucu makanya anak-anak suka. Kalo si ayah doyan banget makan ini sambil minum kopi.

Kue cabe-cabean. Kue ini bentuknya emang kaya cabe, ada warna putih (sedikit krem sih) , merah sama ijo. Selain dimakan, kue ini biasanya kami jadiin taring-taringan. hihihi, adik saya sih yang dulu nyontohin, trus sekarang suka mainan mosnter-monsteran sama Thifa pakai itu hihihi.

Apa sikh yang di sebut itu kue putri malu
kaya gini nih kuenya, tapi ada warna merah sama ijonya juga.
Pinjem gambar justtryandtaste.com

Kamu juga punya kue lebaran favorit masa kecil? Share dong :)

@rahmiaziza

BeritaHits.id - Beredar tangkapan layar berisi kisah seorang pemuda yang kian resah dengan aksi ibu-ibu 'kolombus' alias kelompok bungkus-bungkus.

Pasalnya, ada sekelompok ibu-ibu yang begitu niat membawa kantong plastik dan tas besar dari rumahnya, untuk mengambil makanan yang telah dihidangkan.

Hal itu diketahui setelah pengguna akun Facebook bernama Teja membagikan kisahnya itu, kemudian dibagikan ulang oleh pengelola akun Instagram @mak_inpoh.

"Apa disini ada yang termasuk pasukan Ibu-ibu Kolombus (kelompok bungkus bungkus)?," tulis keterangan di unggahan itu.

Baca Juga: Divonis Air Ketuban Minim, Perempuan Ini Ngaku Jadi Korban Tipu-tipu Dokter

Dalam tangkapan layar itu tampak Teja tengah menghadiri undangan acara akikah anak tetangganya. Lantaran sedang PSBB, tamu undangan yang hadir hanya kalangan keluarga dan tetangga terdekat saja.

Setelah acara hajatan selesai, pemilik rumah kemudian menyajikan hidangan kampung seperti wajik, bolu, dan lainnya pada tamu.

Namun, saat menikmati hidangan tersebut ada hal yang menarik perhatian Teja, yakni sekelompok ibu-ibu pasukan kolombus.

Teja mengatakan, ada seorang ibu yang begitu niat membawa kantong plastik dan memasukkan sepiring bolu ke dalamnya.

"Ibu yang satu baner-bener niat banget bawa kresek indomar*, lalu bolu sepiring yang disajikan depan para tamu pun diambil sama dia, lalu diam-diam itu boli raib seketika. Oh no, ternyata sepiring bolu itu sudah masuk kantong kresek," cerita Teja.

Baca Juga: Totalitas! Viral Aksi Driver Ojol Nekat Terabas Banjir Demi Antar Makanan

Akibat hal itu, Teja semakin penasaran dan terus memperhatikan gerak-gerik ibu kolombus lainnya. Terkejutnya, ia melihat seorang ibu memasukkan wajik dan kue kacang setoples ke dalam tas berukuran besar.

Sumber: www.liputan6.com, 2019

Teman-temanku semua, tidak terasa bulan puasa sebentar lagi akan berakhir, tidak terasa juga kalau sebentar lagi kita akan merayakan Hari Raya Idul Fitri. Rasannya sangat cepat ya teman-teman, padahal perasaan baru kemarin saya merayakan lebaran, ternyata sudah hampir satu tahun saja.

Kalau berbicara tentang Hari Raya Idul Fitri, apasih yang menjadi ciri khas teman-teman? Menurut saya yang paling menjadi ciri khas adalah berkunjung ke rumah sanak saudara atau tetangga dalam rangka bersilaturahmi dan saling memaafkan atas kesalahan yang pernah dilakukan. Kalian setujukah dengan pendapat saya teman-teman, saya yakin kalian semua setuju akan pendapat saya.

Ciri khas yang lain untuk menyambut tamu pada Hari Raya Idul Fitri adalah pemilik rumah biasanya menyediakan makanan ringan seperti kue, wafer, roti, permen atau yang lain-lain. Menyediakan makanan sudah seperti menjadi kewajiban tersendiri bagi pemilik rumah pada Hari Raya Idul Fitri. 

Momen seperti ini teman-teman yang paling saya suka, apalagi kalau makanan yang disediakan pemilik rumah itu menjadi makanan favorit saya. Meskipun bertingkah seperti orang yang malu-malu, saya akan mengambil makanan yang paling menjadi favorit saya.

Temen-temen juga sering gak sih memiliki perilaku yang mirip dengan saya? jujur saja teman-teman, saya yakin teman-teman juga memiliki perilaku seperti saya. Nah disini saya ingin bertanya lagi pada teman-teman, makanan apasih yang paling teman-teman suka pada Hari Raya Idul Fitri ?.

Saya benar-benar ingin tahu terkait makanan yang teman-teman suka, kalau saya pribadi sih makanan yang paling disuka adalah kue kering. Banyak kue kering yang saya sukai teman-teman, kalau di suruh milih salah satu, rasannya bingung teman-teman. Nah disini apakah teman-teman pengen tahu kue kering apa saja yang saya sukai ketika Hari Raya Idul Fitri. Tenang teman-teman semua, khusus untuk kalian semua akan saya beritahu apa saja kue keringnya, kue kering yang saya suka antara lain adalah :

1. Enaknya Nastar Membuat Saya Ingin Terus Untuk Mencoba

Kue kering pertama yang saya suka adalah kue nastar teman-teman, kalau boleh jujur saya sangat suka dengan kue nastar. Rasa kuenya sangat enak teman-teman, membuat saya menjadi ketagihan untuk terus mencoba. Ketika ada rumah yang menyuguhkan kue nastar, saya tidak sungkan-sungkan untuk mengambil banyak. Kalau sudah jatuh cinta dengan rasanya mau bagaimana, harga diri pun harus di lawan.

Saya memiliki cerita yang sangat lucu teman-teman terkait kue nastar. Enaknya kue nastar membuat saya sampai-sampai ingin bisnis di bidang kue nastar. Jujur saya ingin memiliki bisnis dibidang penjualan kue nastar, namun saya ingin menciptakan kue nastar yang berbeda. Kue nastar identik dengan rasa nanas saja, kita sering menjumpai nastar dengan rasa nanas, namun untuk rasa yang lain kita sangat jarang menjumpai.

Karena fenomena tersebut, saya tertarik menjalankan bisnis berjualan kue nastar dengan variasi rasa yang beragam, tidak hanya nanas saja. Saya ingin berjualan kue nastar dengan rasa coklat, kacang, melon, strawberry, durian, blueberry dan lain-lain. Saya yakin kalau ada yang menjual kue nastar dengan variasi rasa yang beragam, akan ada banyak orang yang menjadi peminatnya. Peminatnya termasuk saya, saya yakin orang-orang ingin mencoba kue nastar dengan rasa yang baru dan berbeda dari biasanya.

2. Putri Salju yang Manisnya Selalu Berasa Istimewa

Terkini.id, Kupang – Membahas kuliner memang seperti tidak ada habisnya. Pasalnya, makanan sebagai kebutuhan urgensial manusia ini selalu menarik dibicarakan.

Lantaran pentingnya, kuliner bahkan menjadi salah satu komoditas utama suatu negara yang mendatangkan devisa.

Hal itu dapat dilihat dari masifnya penjualan aneka kuliner, bahkan pusat penjualan makanan di setiap negara yang menonjolkan sektor pariwisatanya. Artinya, selalu ada pusat wisata kuliner yang menyertai industri pariwisata di setiap negara.

Baca Juga: Sarat Nilai Filosofi, Kue Tradisional Ini Diklaim Sudah Berusia 500...

Indonesia sebagai negara majemuk, baik suku, tradisi, dan budayanya yang kaya dan beragam, juga menghasilkan warisan kuliner yang tidak kalah agungnya.

Di kompartemen kudapan Nusantara, masyarakat yang bermukim di Negeri Khatulistiwa tentu tahu penganan atau kue bernama Putu Ayu.

Baca Juga: Ini Kue Indonesia yang Diklaim Salah Satu Penganan Terenak di...

Putu Ayu diklaim merupakan kue khas asli Indonesia dari Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Tengah. Sesuai namanya, Ayu yang dalam bahasa Jawa berarti “cantik”, memang dari sisi visual kue ini terlihat sangat cantik dan menarik.

Tidak hanya tampilannya yang cantik, Putu Ayu yang juga kerap disebut kue Putri Ayu ini juga sangat enak dan lembut ketika disantap. Cita rasanya yang manis dan legit berkontribusi mengangkat kepopuleran penganan yang digemari bukan hanya orang Indonesia, tetapi juga masyarakat di Asia Tenggara.

Tipikal jajanan tradisional ini adalah warnanya yang berundak dua. Hijau di bawah dan putih di atasnya terdiri dari parutan kelapa muda. Hal ini membuat tampilan Putu Ayu menjadi sangat menarik dan terlihat menggiurkan untuk dinikmati.

Baca Juga: Arem-arem versus Lontong, Serupa Tetapi Tak Sama

“Putu Ayu termasuk dalam kategori kue basah. Dulu, umumnya dijual pedagang kue basah di pasar tradisional. Namun, seiring perkembangan dunia kuliner Nusantara yang naik pamor maka Putu Ayu juga merambah toko kue dan bakery, bahkan mal-mal di kota besar,” terang Manager Royal Bakery Anita Anny, Jalan Bundaran PU, Tuak Daun Merah, Kupang, Senin 15 Juni 2020.

Di Royal Bakery, sebutnya, ada dua jenis Putu Ayu yang dijual pihaknya yaitu Putu Ayu (original) Rp 2.500 dan Putu Ayu Ubi Ungu Rp 3.500.

Secara prinsipal, sebut Anita, Putu Ayu adalah bagian dari kue “putu” yang berakar dari kuliner Tiongkok dan berkembang di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand.

“Sejarah ‘putu’ yang berkembang menjadi banyak varian saat ini, awalnya diklaim berasal Tiongkok, dan sudah ada sejak 1200 tahun silam pada zaman Dinasti Ming. Ini dapat dibuktikan dari artefak menyoal kue putu yang masih tersimpan di China National Silk Museum di 73-1 Yuhuangshan Rd, Xihu, Hangzhou, Zhejiang, Tiongkok,” paparnya.

Bukti lain terkait akar muasal kue putu dapat dilihat dari penggunaan bambu sebagai wadah silinder pembuatan penganan beraroma gurih ini.

“Kue putu dari bambu hingga saat ini masih digunakan sebagai wadah atau alat kukus pedagang keliling Putu Ayu di Indonesia. Ini persis seperti bambu-bambu kukus yang dipamerkan di China National Silk Museum,” beber Anita.

Ia mengatakan, saat ini sejumlah penjual Putu Ayu keliling mengganti bambu dengan pipa PVC dengan alasan kepraktisan, meskipun dari segi kesehatan penggunaan pipa PVC berbahaya bagi kesehatan. Sementara, pelaku kuliner kelas elite seperti toko kue dan bakery, sudah menggunakan alat-alat cetak pengukusan berstandisasi, terutama terkait higienitas kudapan yang dibuat.

Menurutnya, berdasarkan dari literatur budaya kuliner dunia yang pernah dibacanya, dulunya putu secara general di Negeri Panda disebut Xianroe Xiao Long, harfiahnya berarti “kue dari tepung beras yang diisi kacang hijau lembut, yang dimasak dalam cetakan bambu”.

“Sementara, asal mula kata ‘putu’ tidak lepas dari suatu naskah sastra lawas, Serat Centhini yang ditulis pada 1814 di masa Kerajaan Mataram. Dalam manuskrip itu termaktub atau muncul nama ‘puthu’. Selanjutnya, sesuai ejaan yang disederhanakan, kata puthu menjadi ‘putu’,” imbuh Anita.

Ia menjelaskan, dalam naskah lawas itu disebutkan Ki Bayi Panurta meminta santrinya menyediakan hidangan pagi. Hidangan pagi tersebut berupa sajian makanan pendamping serupa serabi dan sejenis “puthu”.

“Begitu pula di naskah lainnya, puthu identik kudapan yang disajikan pada pagi hari. Isian puthu ikut berubah dari kacang hijau menjadi gula Jawa atau gula aren yang tentunya pada saat itu lebih mudah diperoleh,” kata Anita.

Ia menambahkan, serupa dalam naskah lawas terkait penganan putu, saat proses mengukus terdengan suara nyaring mirip “tangisan”.

“Sehingga, dalam perkembangannya di luar Pulau Jawa yang didiami diaspora Jawa, terutama di Sulawesi Selatan, kue tradisional ini disebut “Putu Nangis” alih-alih nama aslinya,” imbuh Anita.

Dalam perkembangannya pula, Putu Ayu di Sulawesi Selatan tidak hanya menggunakan tepung beras atau tepung terigu lantaran juga menggunakan beras ketan hitam.

“Putu versi Bugis, khususnya di Makassar dan Kabupaten Bone memakai beras ketan hitam tanpa gula. Putu dimakan dengan taburan parutan kelapa dan sambal. Putu Bugis biasanya hanya dijual pagi hari sebagai pengganti sarapan yang praktis,” ujar Anita.

Ia mengungkapkan, sejatinya Putu Ayu berbeda ketimbang kue putu yang biasa dijual keliling dengan ciri khas bunyi nyaring.

“Meskipun namanya hampir mirip, namun bahan dasar pembuatannya berbeda. Kalau kue putu yang lazim dijual pedagang keliling itu biasanya menggunakan bahan dasar tepung beras, sementara Putu Ayu menggunakan bahan dasar tepung terigu. Kemiripan kedua kue tersebut adalah sama-sama menggunakan parutan kelapa muda sebagai topping atau hiasannya,” ungkap Anita.

Dijelaskan, serupa penganan tradisional lainnya, Putu Ayu termasuk kue yang sederhana dan tidak ribet pembuatannya. Artinya, jajanan pasar ini memiliki bahan-bahan yang mudah seperti tepung terigu, gula pasir, santan, telur ayam, kelapa muda, dan pewarna makanan. Demikian pula proses memasaknya yang hanya perlu dikukus.

“Seperti diketahui, di negara-negara Asia Tenggara, Putu Ayu juga digemari. Meskipun nama dan bentuk penganan ini sedikit berbeda, tetapi rasanya tetap sama dengan kue putu tradisional Indonesia,” tutup Anita.