Apa maksud orang menaburi beras di depan halaman rumah

Beberapa minggu yang lalu saya mendapatkan sebuah pengetahuan baru. Ada kepercayaan di sebuah tempat di Pulau Jawa bahwa beras bisa digunakan untuk mengutuk orang. Caranya adalah dengan melempar beras ke halaman rumah orang yang ingin dikutuk. Ada 2 jenis beras yang bisa digunakan :

  1. Beras (berwarna) kuning : Berharap orang tersebut mati/sakit
  2. Beras (berwarna) putih    : Berharap keran rejeki orang tersebut tersumbat

Salah satu keluarga saya bercerita bahwa beberapa minggu yang lalu, sebuah mobil berhenti di depan halaman salah satu keluarga saya. Jendela mobil pun terbuka dan tampaklah seorang wanita melemparkan beras berwarna putih ke halaman. Setelah itu mobil pun melaju kembali. Tidak diketahui apakah wanita tersebut ingin mendoakan yang jelek kepada keluarga saya ataukah memang salah satu orang yang suka buang sampah sembarangan.

Pertanyaan saya yang paling besar adalah “berapa banyak beras yang dibuang ke halaman?”. Hanya segenggam. Saya kecewa.

Saya berharap 1-2 karung beras, kan lumayan bisa dijual lagi.

NB : Biasakanlah buang sampah pada tempatnya agar tidak ada orang berprasangka buruk kepada anda.

Oleh: Syaiful W. Harahap*

“Pak, hati-hati! Ada kiriman dari salah seorang saudara Bapak dari kampung.” (salah satu kota di bagian selatan Sumatera Utara).

Itulah bunyi SMS yang saya terima tanggal 5 Juli 2013 pukul 20.00 dari ‘orang pintar’ di Banten.

Kiriman? Kiriman apa? Malam-malam?

Tentulah itu yang muncul di pikiran banyak orang jika membaca SMS itu.

Apa iya, sih, ada jasa kurir yang mengantarkan kiriman malam hari?

Tentu saja bukan kiriman yang memakai jasa kurir, tapi kiriman secara gaib (tidak kelihatan).

Sebelumnya, selepas salat isya ada bunyi benda besar jatuh di loteng rumah. Saya kabari ke ‘orang pintar’ yang mengobati saya di Banten dan Tasikmalaya tentang kejadian itu.

Bunyi-bunyi yang khas biasanya seperti pasir ditebarkan atau seperti bunyi benda besar jatuh.

Tapi, plafon (langit-langit rumah) tidak rusak dan di atas plafon pun tidak ada benda. Padahal, kalau mendengar bunyi yang terjadi pastilah plafon jebol.

Rupanya, yang di Banten dan Tasikmalaya, yang sejak delapan tahun yang lalu membantu saya menghadapi ’kiriman-kiriman’ dalam bentuk gaib sudah mengetahuinya.

”Saya akan tarik yang sudah masuk ke badan Bapak,” kata Pak Dadang yang di Tasikmalaya, Jabar.

Bersamaan dengan SMS dari Tasikmalaya masuk pula SMS dari Banten: ”Aduh, kembali lagi ada kiriman dari kampung. Pak!”

Dua-duanya jawabannya sama. Padahal, mereka berjauhan dan tidak saling kenal.

Kabar dari Banten lebih rinci karena diberitahu asal benda yang dikirim: Kalau Bapak keluar dari rumah, maksudnya rumah di kampung, jalan ke jalan raya lalu belok ke kiri. Kira-kira lima kilometer rumah itu dia rumah yang mengirim benda itu. 

Saya bisa bayangkan tempat itu, hanya saja saya tidak tahu apakah di sana ada dukun santet karena sudah puluhan tahun saya meninggalkan kampung halaman.

Minggu sebelumnya benda yang dikirim dari kampung masuk ke sendi bahu kiri saya. Saya pergi ke Banten. Benda-benda itu diambil.

”Pengiriman” benda-benda yang memakai ’jasa’ makhluk halus dilakukan dukun santet dengan umpan minyak yang disuling dari sejenis kayu di Turki. “Pengiriman” biasanya dilakukan pada malam Selasa dan malam Sabtu.

[Baca juga: RKUHP Abaikan Penderitaan Korban Santet]

Gambaran riil yang disampaikan dari Banten menyebutkan bahwa kerabat yang mengirim benda itu memakai jasa dukun. Kerabat itu membayar dukun dengan pemberian uang dalam tiga tahap, yaitu Rp 7 juta, Rp 4 juta dan Rp 6 juta. Berarti biaya untuk mengirim benda ke rumah Rp 17 juta.

”Sangat jelas terlihat sosok laki-laki yang menyerahkan uang kepada dukun yang mengirimkan benda-benda itu,” kata Pak Ajie, yang tinggal di Banten, yang mengobati saya. ”Orangnya berkulit hitam,” kata Pak Ajie dengan menyebut ciri-ciri lain. Gambaran itu jelas bagi saya sehingga saya tahu persis siapa orang yang membayar dukun santet.

Dukun santet yang mengirimkan benda itu seorang laki-laki tua berumur sekitar 60 tahun yang membuka praktek semacam paranormal. Bukan penduduk asli daerah itu, dia pendatang. 

Semula saya hanya meraba-raba apa alasan saudara itu mencelakai saya, tapi dengan bantuan Pak Ajie saya bisa mengetahui alasan saudara itu menyantet saya.

Belakangan saya tahu alasan saudara di kampung memakai dukun untuk mencelakai saya ternyata berkaitan dengan harta warisan. Celakanya, harta warisan itu dikuasai oleh adik bukan saya.

Tapi, karena saya anak tertua mereka anggap saya bersekongkol dengan adik saya untuk menguasai tanah tsb.

Sebelum ‘kiriman’ tsb. mendarat di rumah ada keponakan yang datang ke rumah. Nah, keponakan itulah yang mereka manfaatkan untuk membawa benda pertanda ke rumah, seperti beras, kertas, dll. Memang, beberapa hari setelah keponakan tadi datang ke rumah ada beberapa bulir beras di teras rumah.

Benda pertanda itulah yang menjadi “kompas” bagi makhluk halus yang membawa ‘kiriman’ secara gaib untuk mencari (posisi) saya.

Sendi bahu kiri saya memang nyeri. Saya berobat ke sebuah rumah sakit di Jakarta Timur, tapi tetap tidak sembuh. Nyeri.

Setelah benda, logam seperti paku, di bahu saya diambil di Pak Ajie kondisinya jauh lebih baik. Tidak nyeri lagi. []

* Syaiful W. Harahap, Redaktur di tagar.id

Perempuan warung kelontong. (Foto: @makassar_iinfo/Instagram)

Seorang perempuan yang tampak menabur beras di depan tokonya baru-baru ini menarik perhatian publik. Sesaat bikin heran, ternyata saat tahu alasannya malah bikin publik jadi terharu.

Momen tersebut dibagikan akun @makassar_iinfo di Instagram pada Jumat (9/4/2021). Dalam video berdurasi kurang dari semenit tersebut, tampak seorang perempuan berpakaian abu-abu tengah menjaga toko kelontong.

Adapun toko kelontong tersebut tampak sepi, tak ada pembeli yang datang di sekitarnya. Padahal, jalanan terpantau cukup ramai dengan banyaknya mobil dan motor yang lalu lalang.

Perempuan warung kelontong. (Foto: @makassar_iinfo/Instagram)

Lantaran belum ada pembeli yang datang, perempuan penjaga toko pun terlihat mengambil segenggam beras, kemudian berjalan ke arah teras. Tak disangka, beras yang diambil tadi kemudian dilemparkan ke luar toko.

Sekilas, tentu publik dibuat bertanya-tanya mengenai maksud dari aksi yang dilakukan perempuan tersebut. Namun, ternyata aksinya tersebut demi memberi makan burung yang berada di sekitar.

Benar saja, setelah beras ditebar di depan tokonya, belasan hingga puluhan burung mengerubungi beras tersebut. Tampak para burung kegirangan, dengan antusias mematuk-matuk beras di halaman depan toko.

“Bersedekah meski dengan hewan sekalipun. Semoga rezeki ibunya akan seperti burung, dan tokonya akan diserbu orang-orang,” kata akun pengunggah video.

Tak diketahui lokasi maupun identitas perempuan tersebut, tapi video itu kini viral ditonton lebih dari 170 ribu kali dan disukai oleh 20 ribu orang. Beragam komentar diberikan warganet, kebanyakan yang merasa salut dengan perempuan tersebut.

“Sedekah yang sepele, tapi tidak banyak orang melakukannya. Panjang umur hal-hal baik,” kata akun @nofi_ageng.

“Dia sedang mengundang rezeki (untuk) datang ke tokonya sendiri,” ujar akun @sinta_pita12.

“Ya ampun, kayak ngaca sama ibunya. Aku tiap sore mesti nyebar beras di jalan depan rumah. Terus burung gereja dan perkutut biasanya pada dateng. Kadang mereka juga tidurnya di depan rumah, di kanopi,” sebut akun @apriliyuk. (bob)