Apa itu ocd gangguan mental

AKTOR Aliando Syarief beberapa waktu lalu mengungkapkan dirinya mengidap obsessive-compulsive disorder (OCD) sejak duduk di bangku kelas dua SD. Tidak hanya Aliando, kini semakin banyak orang terbuka mengungkapkan gangguan mental yang dialaminya.

Gangguan mental memang bukan aib dan keterbukaan dapat membantu orang sekitar memahami kondisi penderita. Tidak hanya itu, keterbukaan juga dapat membantu orang lain untuk juga mengenali gangguan mental yang mungkin saja diderita.

Gangguan mental ini bukan hanya bisa dialami oleh orang dewasa saja melainkan pada semua usia termasuk anak-anak. Penyakit OCD, yang merupakan salah satu bentuk gangguan mental, ditandai dengan adanya pola pikiran dan ketakutan yang tidak diinginkan (obsesi) yang membuat penderitanya melakukan perilaku berulang (kompulsi). Tentu obsesi dan kompulsi ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Penderitanya mungkin mencoba untuk mengabaikan atau menghentikan obsesi ini, tetapi itu hanya meningkatkan tekanan dan kecemasan. Sehingga pada akhirnya, penderita akan merasa terdorong untuk melakukan tindakan kompulsif untuk mencoba meredakan stres. 

Gangguan OCD sering berpusat di sekitar hal tertentu seperti ketakutan berlebihan akan terkontaminasi oleh kuman. Maka, penderitanya akan mencuci tangan secara kompulsif hingga tangan terasa sakit dan pecah-pecah.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko mengembangkan atau memicu gangguan OCD diantaranya adalah genetik dan mengalami peristiwa kehidupan yang penuh tekanan.

Dilansir dari mayoclinic.org, situs lembaga praktik klinis, pendidikan, dan penelitian, OCD biasanya dimulai pada masa remaja atau dewasa muda, tetapi dapat dimulai pada masa kanak-kanak. Gejala biasanya mulai secara bertahap dan cenderung bervariasi dalam tingkat keparahan sepanjang hidup. 

Gejala umumnya memburuk ketika seserang mengalami stres yang lebih besar. OCD biasanya dianggap sebagai gangguan seumur hidup, dapat memiliki gejala ringan hingga sedang atau menjadi sangat parah dan memakan waktu sehingga melumpuhkan.

Banyak orang tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi mereka berlebihan atau tidak masuk akal, tetapi gangguan ini nyatanya menghabiskan banyak waktu dan mengganggu rutinitas harian. Berikut beberapa tanda gangguan OCD:

- Baik pada anak maupun dewasa, OCD melibatkan kekhawatiran atau pemikiran yang berlebihan tentang sesuatu. 

- Obsesi yang paling umum yang bisa dipantau diantaranya adalah takut akan kotoran atau kuman secara berlebihan, takut akan penyakit atau bahaya yang menimpa diri sendiri atau kerabat, atau takut dengan suara atau kata yang mengganggu.

- Ketakutan itu kemudian memicu perilaku kompulsi seperti membersihkan diri berulang kali, membaca-menulis-menghapus berulang kali, berulang kali mengecek perangkat rumah seperti lampu dan pintu.
- Akibat perilaku kompulsif ini aktivitas harian bakal terganggu dan bisa pula membuat penderita OCD menjadi sulit keluar rumah karena waktu mereka habis untuk mengecek berbagai hal berulang kali. 

OCD pada anak-anak biasanya didiagnosis antara usia 7 dan 12 tahun. Ini adalah masa-masa awal anak harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga berbagai kekhawatiran juga mulai mereka. Ketidaknyamanan dan stres yang disebabkan oleh OCD dapat membuat mereka merasa takut, tidak terkendali, dan sendirian.

Terkait pencegahannya, tidak ada cara pasti untuk mencegah gangguan ini. Lalu, kapan harus ke dokter? 

Jika obsesi dan kompulsi yang diderita sudah mengganggu kualitas hidup maka segeralah menemui dokter atau ahli kesehatan mental. Penanganan segera dapat mencegah gangguan mental menjadi semakin buruk, bahkan dapat membantu menyembuhkan gangguan mental ini. (M-1)

Merdeka.com - Apa itu OCD dalam psikologi? OCD atau obsessive-compulsive disorder merupakan kondisi di mana individu tidak mampu mengontrol pikiran-pikirannya yang menjadi obsesi. Kondisi ini sebenarnya tidak diharapkan. Kondisi di mana individu kerap mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut guna menurunkan tingkat kecemasannya.

Dalam praktiknya, setiap individu dapat berbeda-beda. Sebagai contoh, perasaan cemas akan kebersihan dirinya yang akan terwujud dengan perilaku mencuci tangan secara berulang-ulang, melakukan pengecekan pintu rumah secara berulang.

Selain itu, gejala OCD juga dapat termanifestasikan sekunder pada penderita skizofrenia, sindrom Tourette, nerosa fobik, depresi dan gangguan mental organik. Penyebabnya tidak diketahui secara pasti.

Berikut informasi mengenai apa itu OCD dalam psikologi, yang telah dirangkum merdeka.com melalui digilib.uinsby.ac.id pada Rabu, (18/05/2022).

Apa itu OCD dalam psikologi?

Apa itu OCD dalam psikologi? adalah gangguan cemas yang ditandai dengan adanya suatu ide yang mendesak dan adanya dorongan yang tidak dapat ditahan untuk melakukan sesuatu dan dilakukan dengan berulang kali. Terdiri dari dua unsur, yaitu obsesi yang diartikan dengan suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran serta kompulsi yang diartikan sebagai dorongan yang tak dapat ditahan untuk melakukan sesuatu.

Orang yang mengalami OCD biasanya sering menyembunyikan gejala mereka. Rasa malu kerap membuat mereka yang mengalami OCD berusaha untuk menyembunyikan gejala mereka sehingga menyebabkan keterlambatan diagnosa dan pengobatannya.

Melihat banyaknya efek negatif yang muncul akibat menyembunyikan gejala seperti keterlambatan diagnosa, pengobatan, gagal mencari dan mendapat pengobatan, resisten dengan pengobatan, kekhawatiran berlebihan karena takut terjadi penolakan oleh orang sekitar, terisolasi dan memiliki kualitas hidup yang negatif, maka pengungkapan gejala dirasa perlu untuk individu yang mengalami OCD. Hal ini diperlukan agar mereka mendapat dukungan yang memberi dorongan untuk menilai kembali interpretasi dan reaksi mereka terhadap sumber gangguan yang mengganggu pikiran.

Penyakit OCD itu seperti apa?

Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah sebuah gangguan mental yang ditandai dengan adanya obsesi dan/ atau kompulsi. Obsesi adalah pikiran, dorongan, atau gambaran yang berulang dan terus-menerus yang dianggap sebagai sebuah pengalaman intrusif dan tidak diinginkan.

Apakah OCD termasuk gangguan jiwa?

OCD termasuk gangguan mental yang gejalanya bisa hilang timbul. Gejala OCD terdorong oleh pikiran obsesif untuk menghindari rasa takut dan cemas. Selain itu, penderita OCD biasanya sadar akan kondisi yang dialaminya.

Kenapa Orang Bisa OCD?

Penyebab OCD belum diketahui secara pasti. Namun, ada faktor-faktor tertentu yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang menderita OCD, antara lain: Memiliki riwayat OCD dalam keluarga. Menderita gangguan mental lain, seperti gangguan kecemasan, gangguan bipolar, depresi, atau sindrom Tourette.

Apakah penyakit OCD berbahaya?

Penyakit OCD sebenarnya tidak membahayakan nyawa penderitanya secara langsung. Namun, beberapa gejala yang ditimbulkan OCD bisa mengancam nyawa, seperti keinginan untuk menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri.