Apa bedanya tulang rusuk pria dan wanita?

Masih pada #PLPG2012, waktu lalu.  Seorang guru menyampaikan IPA Kelas 4, tentang rangka manusia.   Dengan “Pede” ia mengatakan bahwa “Jumlah Rusuk Lelaki dan Wanita Jumlahnya Berbeda“,  Karena dari rusuk pria telah diambil satu oleh Alloh, untuk membuat seorang wanita.   Saya tanya, “Betul itu pak?”  dengan yakin si Bapak berkata, “Betul, Bu! Kan perempuan diciptakan dari tulang rusuk lelaki, jadi tulang rusuk lelaki ada yang hilang!”  Lalu saya arahkan,  “Coba, pak lihat lagi gambar rusuk yang bapak buat,  itu tulang rusuk siapa? Lelaki atau perempuan?”   Si Bapak agak berpikir sedikit, lalu dengan “Pede, ia menjawab.  Ini tulang rusuk perempuan kayanya karena tidak ada yang hilang!”  Saya *TEPOK JIDAT lagi deh!

Ok, kita bahas. Tentang tulang rusuk.   Tulang rusuk manusia ada 12 pasang, yang terdiri dari 7 pasang rusuk sejati, 3 pasang rusuk palsu, dan 2 pasang rusuk melayang.  Sains meyakini tidak ada perbedaan jumlah jumlah antara tulang rusuk perempuan dan lelaki.

Tak dipungkiri  agama islam, ada  hadits: “Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka [wanita] diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Maka sikapilah para wanita dengan baik.” (HR al-Bukhari Kitab an-Nikah no 5186).   Sepertinya dalam agama samawi lainnya pun punya kesamaan “ut for Adam, no suitable helper was found. So the LORD God caused the man to fall into a deep sleep; and while he was sleeping, he took one of the man’s ribs and closed up the place with flesh. Then the LORD God made a woman from the rib he had taken out of the man, and brought her to the man  (Genesis 2: 20b – 22, NIV © 1983 by Zondervan Corp.).     Tetapi apakah ini makna sesungguhnya?  Bahwa tulang rusuk lelaki hilang! Pada situs   http://biology.clc.uc.edu/courses/bio105/ribs.htm telah dibahas tuntas, hasil foto x-ray pada perempuan dan lelaki, menunjukkan bahwa jumlah tulang rusuk lelaki dan wanita sama-sama 12 pasang!!!  So, JANGAN  pernah mengatakan pada anak bahwa JUMLAH TULANG RUSUK LELAKI DAN WANITA BERBEDA, karena FAKTA JUMLAH TULANG RUSUK WANITA DAN LELAKI SAMA.

Wanita terbuat dari tulang rusuk pria bagian atas yang paling bengkok, hanya menunjukkan konotasi saja, bukan beneran sesuai FAKTA.  Konotasi bahwa memahami wanita itu tidak mudah dan harus hati-hati.   Konotasi ini untuk menunjukkan pria punya tugas mendidik isteri, dan mendidik isteri itu tidak mudah, perlu kesabaran.

Sebelumnya dimuat disini –> See more at: http://yantiherlanti.com/?p=334#sthash.VURO3M6s.dpuf   <— sekarang udah ditutup situsnya karena di HACK FANS JKT48

Jakarta -

Di lingkungan masyarakat, kalimat wanita diciptakan dari tulang rusuk pria kerap kali terdengar. Jika pria dan wanita berjodoh kerap dikatakan sudah menemukan tulang rusuk yang hilang.

Meski sering terdengar dan diterima secara umum, benarkah wanita diciptakan dari tulang rusuk pria? Apakah keistimewaan dari tulang rusuk, hingga wanita diciptakan tubuh tersebut?

Kalimat wanita diciptakan dari tulang rusuk pria berawal dari hadits shahih yang diceritakan Abu Huraira. Hadits tersebut memerintahkan muslim untuk selalu berlaku baik pada wanita.

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَإِذَا شَهِدَ أَمْرًا فَلْيَتَكَلَّمْ بِخَيْرٍ أَوْ لِيَسْكُتْ وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَىْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلاَهُ إِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا

Artinya: "Kepada yang percaya Allah SWT dan hari akhir, jika kamu menyaksikan sesuatu maka bicarakan yang baik tentang hal tersebut atau diam. Bersikap baiklah pada wanita, karena dia diciptakan dari tulang rusuk. Bagian tulang rusuk yang paling bengkok ada di atas. Jika kamu berusaha meluruskannya maka dia akan patah, dan bila dibiarkan maka bengkok tetap di sana. Sehingga bersikap baiklah pada wanita." (HR Muslim).

Dalam ayat Al-Qur'an, Allah SWT telah menjelaskan bagaimana dia menciptakan manusia. Hanya atas izinNya, pria dan wanita bisa hidup dan menjalankan tugasnya sebagai pemimpin di bumi.

Dalam Al-Qur'an surat Ali 'Imran ayat 59 yang menjelaskan proses penciptaan manusia.

إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِندَ ٱللَّهِ كَمَثَلِ ءَادَمَ ۖ خَلَقَهُۥ مِن تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ

Arab latin: Inna maṡala 'īsā 'indallāhi kamaṡali ādam, khalaqahụ min turābin ṡumma qāla lahụ kun fa yakụn

Artinya: "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia."

Kuasa Allah SWT dan bahan utama penyusun manusia juga dijelaskan dalam firmanNya surat Shad ayat 71.

إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى خَٰلِقٌۢ بَشَرًا مِّن طِينٍ

Arab latin: Iż qāla rabbuka lil-malā`ikati innī khāliqum basyaram min ṭīn

Artinya: "(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah".

Sementara dalam surat An-Nisa ayat 1, Allah SWT menjelaskan telah menciptakan manusia dengan pasangannya. Laki-laki dan perempuan yang berpasangan kemudian melahirkan manusia lainnya.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Arab latin: Yā ayyuhan-nāsuttaqụ rabbakumullażī khalaqakum min nafsiw wāḥidatiw wa khalaqa min-hā zaujahā wa baṡṡa min-humā rijālang kaṡīraw wa nisā`ā, wattaqullāhallażī tasā`alụna bihī wal-ar-ḥām, innallāha kāna 'alaikum raqībā

Artinya: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."

Tulang rusuk dikatakan sebagai cara menjelaskan karakter wanita yang unik. Dalam situs Indiana University yang memuat tulisan dari Yusuf Al-Qaradawi, wanita memang diciptakan berbeda namun bisa melengkapi pria. Sama seperti pria yang melengkapi keberadaan seorang wanita.

Tulisan berjudul The Status of Women in Islam tersebut mengingatkan, kelebihan dan kekurangan bukan untuk merendahkan salah satunya. Perempuan dan laki-laki punya kedudukan yang sama di depan Allah SWT. Jika mengerjakan perbuatan baik, keduanya berhak mendapat balasan seimbang seperti dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat 97.

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Arab latin: Man 'amila ṣāliḥam min żakarin au unṡā wa huwa mu`minun fa lanuḥyiyannahụ ḥayātan ṭayyibah, wa lanajziyannahum ajrahum bi`aḥsani mā kānụ ya'malụn

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Dikutip dari healthline, rib bone punya karakter berbeda dibanding tulang lain dalam tubuh. Jika kebanyakan berbentuk lurus, maka tulang ekor benar-benar bengkok hingga memutari tubuh. Dengan keunikannya inilah, tulang rusuk bisa berfungsi dengan baik.

Tulang rusuk menjadi pelindung berbagai organ penting dalam tubuh manusia, misal jantung dan paru-paru. Tulang rusuk juga memberi bentuk yang baik pada atas tubuh manusia bagian atas. Meski terpasang menyambung antara dada dan punggung, tulang rusuk masih menyediakan ruang bagi paru-paru untuk mengembang atau mengempis maksimal saat bernapas.

Manusia memiliki 12 pasang dengan total 24 tulang rusuk untuk pria dan wanita. Tulang rusuk pria tidak lebih banyak daripada wanita atau sebaliknya. Dengan jumlah yang sama dan bentuk yang bengkok inilah, tulang rusuk bisa berfungsi maksimal bagi tubuh manusia. Usaha yang memaksa tulang rusuk untuk lurus, berisiko menimbulkan cedera atau patah hingga kehilangan fungsinya.

Simak Video "Deretan Desainer yang Gunakan Organ Manusia Dalam Karyanya"



(row/erd)

Pertanyaan ini sangat menarik untuk dikaji. Tidak sulit untuk mengetahui mengapa pertanyaan seperti ini dimunculkan (dan pantas untuk dikemukakan). Alkitab secara eksplisit menerangkan bahwa perempuan diciptakan dari salah satu tulang rusuk (lit. “tulang samping”) laki-laki (2:21). Hawa diciptakan dari salah satu tulang rusuk Adam (2:23). Persoalannya, jumlah tulang rusuk laki-laki dan perempuan ternyata sama. Masing-masing memiliki 12 pasang, kecuali dalam kasus kelainan tertentu yang sangat jarang terjadi. Seandainya salah satu rusuk Adam memang diambil untuk Hawa, bukankah seharusnya setiap laki-laki memiliki tulang rusuk yang lebih sedikit daripada perempuan?

Kesulitan semacam ini memaksa beberapa orang untuk menafsirkan kisah penciptaan secara berbeda. Ada yang menolak menafsirkan kisah ini secara hurufiah. Kisah ini hanya dianggap sebagai sebuah metafora tentang relasi laki-laki dan perempuan. Tidak sungguh-sungguh terjadi demikian. Hanya gambaran belaka.

Ada pula yang secara kreatif menafsirkan “tulang samping” (tsela) dengan tulang penis (Ziony Zevit, profesor kitab suci dari Universitas Yahudi Amerika). Dia meyakini bahwa konsep populer “tulang rusuk” diperoleh dari terjemahan kuno Septuaginta. Kata “tsela” sendiri dalam Alkitab hanya merujuk pada sesuatu yang ada di samping, pinggir, atau tepi. Ketika dikenakan pada tubuh manusia, “tsela” dapat merujuk pada beberapa bagian tubuh yang terletak di samping, misalnya tangan, kaki, dan penis (baculum). Nah, bagian tubuh manakah dari laki-laki yang tidak memiliki tulang? Penis! Hal ini sangat berbeda dengan mamalia lain (gorila dan simpanse). Hanya penis manusia yang tidak memiliki tulang.

Walaupun beragam penafsiran ulang ini patut diapresiasi sebagai upaya untuk mempertahankan akurasi Alkitab, kita sebaiknya menolak usulan tersebut. Berbagai keterangan detail yang menyertai penciptaan manusia, misalnya lokasi Eden dan sungai-sungai di sekitarnya (2:8, 10-14), tidak menunjukkan karakteristik sebuah mitos atau metafora. Di samping itu, sepanjang abad umat Allah juga memahami kisah ini secara hurufiah. Jika kisah ini hanya sebuah metafora, bukankah mereka yang akan mengetahuinya sejak awal? Penjelasan ini bukan berarti tidak ada makna simbolis apapun dalam kisah penciptaan Hawa. Bagian Alkitab yang lain jelas mengajarkan nilai-nilai teologis di dalam kisah ini (misalnya 1Kor. 11:7-10). Tradisi Yahudi sejak dahulu juga menangkap pesan simbolis di dalamnya, misalnya penghargaan terhadap perempuan atau perlindungan bagi mereka. Makna simbolis semacam ini diperoleh dari sebuah kisah historis yang benar-benar terjadi seperti itu.

Sekarang tentang penafsiran “tulang samping” sebagai tulang penis. Studi linguistik dalam rumpun Semitik (Bahasa Ibrani termasuk ke dalam rumpun ini), terutama dalam konteks penciptaan (misalnya mitos Sumerian tentang Enki dan Nihursag), menunjukkan bahwa akar kata “tsl” memang merujuk pada tulang rusuk. Lebih menarik lagi, mitologi kuno tersebut sudah ada jauh sebelum Kitab Kejadian ditulis. Maksudnya, kata “tsela” sejak dahulu memang merujuk pada tulang rusuk, bahkan sebelum kata itu dituliskan di dalam Alkitab. Tidak ada alasan untuk menafsirkannya secara berbeda.

Lagipula, upaya Zenit untuk menggolongkan penis sebagai salah satu tulang samping pada tubuh manusia terkesan terlalu dipaksakan. Tidak ada dukungan linguistik, logis, maupun medis yang benar-benar mengarah ke sana. Solusi terbaik adalah menafsirkan Kejadian 2:20-23 secara lebih teliti. Jangan mengklaim terlalu banyak. Jangan membawa dugaan kita ke dalam teks.

Kesamaan jumlah tulang rusuk laki-laki dan perempuan sama sekali tidak bertabrakan dengan penafsiran hurufiah terhadap kisah penciptaan manusia. Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, apa yang terjadi pada Adam tidak harus berlaku pada keturunannya (laki-laki). Allah memang mengambil salah satu tulang rusuk Adam. Alkitab sangat jelas dalam hal ini. Apakah hal ini berarti bahwa semua laki-laki akan mewarisi jumlah rusuk yang sama dengan Adam? Tidak harus demikian! Allah tidak mengubah struktur DNA Adam, sehingga tidak ada yang diturunkan ke anak-anaknya. Allah hanya mengambil salah satu bagian tubuh Adam. Sebagai contoh, pada saat seseorang mengalami kecelakaan parah dan salah satu kakinya harus diamputasi, apakah keturunan orang itu akan memiliki satu atau dua kaki? Ketika seorang petinju mengalami keretakan yang parah pada salah satu tulang rusuknya, apakah hal itu akan diwariskan pada anak-anaknya? Tentu saja tidak, bukan?

Kedua, perkembangan medis terkini menunjukkan bahwa tulang bisa memperbaiki dirinya sendiri. Dalam kasus tulang rusuk, beberapa ahli anatomi tubuh bahkan berpendapat bahwa tulang rusuk tertentu dapat meregenerasi dirinya sendiri. Nah, kita tidak tahu dengan pasti tulang rusuk mana yang diambil. Kita bahkan tidak tahu seberapa banyak dari tulang itu yang digunakan. Jika dikaitkan dengan momen penciptaan manusia yang masih belum tercemar oleh dosa, pemulihan semacam itu jelas bukan hal yang mustahil. Sekalipun Allah mengambil salah satu tulang rusuknya, tulang itu mungkin bisa pulih kembali dengan cepat. Di samping itu, jikalau Allah mampu menciptakan Adam dari tanah liat, mengapa Dia tidak mampu mengembalikan kembali tulang rusuknya? Dua opsi di atas sama-sama masuk akal. Mana yang lebih bisa dipercaya? Sukar untuk dikatakan. Petunjuk Alkitab sangat terbatas. Yang jelas, perempuan (Hawa) memang diciptakan dari salah satu tulang rusuk laki-laki (Adam).


Page 2

Pertanyaan ini sangat menarik untuk dikaji. Tidak sulit untuk mengetahui mengapa pertanyaan seperti ini dimunculkan (dan pantas untuk dikemukakan). Alkitab secara eksplisit menerangkan bahwa perempuan diciptakan dari salah satu tulang rusuk (lit. “tulang samping”) laki-laki (2:21). Hawa diciptakan dari salah satu tulang rusuk Adam (2:23). Persoalannya, jumlah tulang rusuk laki-laki dan perempuan ternyata sama. Masing-masing memiliki 12 pasang, kecuali dalam kasus kelainan tertentu yang sangat jarang terjadi. Seandainya salah satu rusuk Adam memang diambil untuk Hawa, bukankah seharusnya setiap laki-laki memiliki tulang rusuk yang lebih sedikit daripada perempuan?

Kesulitan semacam ini memaksa beberapa orang untuk menafsirkan kisah penciptaan secara berbeda. Ada yang menolak menafsirkan kisah ini secara hurufiah. Kisah ini hanya dianggap sebagai sebuah metafora tentang relasi laki-laki dan perempuan. Tidak sungguh-sungguh terjadi demikian. Hanya gambaran belaka.

Ada pula yang secara kreatif menafsirkan “tulang samping” (tsela) dengan tulang penis (Ziony Zevit, profesor kitab suci dari Universitas Yahudi Amerika). Dia meyakini bahwa konsep populer “tulang rusuk” diperoleh dari terjemahan kuno Septuaginta. Kata “tsela” sendiri dalam Alkitab hanya merujuk pada sesuatu yang ada di samping, pinggir, atau tepi. Ketika dikenakan pada tubuh manusia, “tsela” dapat merujuk pada beberapa bagian tubuh yang terletak di samping, misalnya tangan, kaki, dan penis (baculum). Nah, bagian tubuh manakah dari laki-laki yang tidak memiliki tulang? Penis! Hal ini sangat berbeda dengan mamalia lain (gorila dan simpanse). Hanya penis manusia yang tidak memiliki tulang.

Walaupun beragam penafsiran ulang ini patut diapresiasi sebagai upaya untuk mempertahankan akurasi Alkitab, kita sebaiknya menolak usulan tersebut. Berbagai keterangan detail yang menyertai penciptaan manusia, misalnya lokasi Eden dan sungai-sungai di sekitarnya (2:8, 10-14), tidak menunjukkan karakteristik sebuah mitos atau metafora. Di samping itu, sepanjang abad umat Allah juga memahami kisah ini secara hurufiah. Jika kisah ini hanya sebuah metafora, bukankah mereka yang akan mengetahuinya sejak awal? Penjelasan ini bukan berarti tidak ada makna simbolis apapun dalam kisah penciptaan Hawa. Bagian Alkitab yang lain jelas mengajarkan nilai-nilai teologis di dalam kisah ini (misalnya 1Kor. 11:7-10). Tradisi Yahudi sejak dahulu juga menangkap pesan simbolis di dalamnya, misalnya penghargaan terhadap perempuan atau perlindungan bagi mereka. Makna simbolis semacam ini diperoleh dari sebuah kisah historis yang benar-benar terjadi seperti itu.

Sekarang tentang penafsiran “tulang samping” sebagai tulang penis. Studi linguistik dalam rumpun Semitik (Bahasa Ibrani termasuk ke dalam rumpun ini), terutama dalam konteks penciptaan (misalnya mitos Sumerian tentang Enki dan Nihursag), menunjukkan bahwa akar kata “tsl” memang merujuk pada tulang rusuk. Lebih menarik lagi, mitologi kuno tersebut sudah ada jauh sebelum Kitab Kejadian ditulis. Maksudnya, kata “tsela” sejak dahulu memang merujuk pada tulang rusuk, bahkan sebelum kata itu dituliskan di dalam Alkitab. Tidak ada alasan untuk menafsirkannya secara berbeda.

Lagipula, upaya Zenit untuk menggolongkan penis sebagai salah satu tulang samping pada tubuh manusia terkesan terlalu dipaksakan. Tidak ada dukungan linguistik, logis, maupun medis yang benar-benar mengarah ke sana. Solusi terbaik adalah menafsirkan Kejadian 2:20-23 secara lebih teliti. Jangan mengklaim terlalu banyak. Jangan membawa dugaan kita ke dalam teks.

Kesamaan jumlah tulang rusuk laki-laki dan perempuan sama sekali tidak bertabrakan dengan penafsiran hurufiah terhadap kisah penciptaan manusia. Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, apa yang terjadi pada Adam tidak harus berlaku pada keturunannya (laki-laki). Allah memang mengambil salah satu tulang rusuk Adam. Alkitab sangat jelas dalam hal ini. Apakah hal ini berarti bahwa semua laki-laki akan mewarisi jumlah rusuk yang sama dengan Adam? Tidak harus demikian! Allah tidak mengubah struktur DNA Adam, sehingga tidak ada yang diturunkan ke anak-anaknya. Allah hanya mengambil salah satu bagian tubuh Adam. Sebagai contoh, pada saat seseorang mengalami kecelakaan parah dan salah satu kakinya harus diamputasi, apakah keturunan orang itu akan memiliki satu atau dua kaki? Ketika seorang petinju mengalami keretakan yang parah pada salah satu tulang rusuknya, apakah hal itu akan diwariskan pada anak-anaknya? Tentu saja tidak, bukan?

Kedua, perkembangan medis terkini menunjukkan bahwa tulang bisa memperbaiki dirinya sendiri. Dalam kasus tulang rusuk, beberapa ahli anatomi tubuh bahkan berpendapat bahwa tulang rusuk tertentu dapat meregenerasi dirinya sendiri. Nah, kita tidak tahu dengan pasti tulang rusuk mana yang diambil. Kita bahkan tidak tahu seberapa banyak dari tulang itu yang digunakan. Jika dikaitkan dengan momen penciptaan manusia yang masih belum tercemar oleh dosa, pemulihan semacam itu jelas bukan hal yang mustahil. Sekalipun Allah mengambil salah satu tulang rusuknya, tulang itu mungkin bisa pulih kembali dengan cepat. Di samping itu, jikalau Allah mampu menciptakan Adam dari tanah liat, mengapa Dia tidak mampu mengembalikan kembali tulang rusuknya? Dua opsi di atas sama-sama masuk akal. Mana yang lebih bisa dipercaya? Sukar untuk dikatakan. Petunjuk Alkitab sangat terbatas. Yang jelas, perempuan (Hawa) memang diciptakan dari salah satu tulang rusuk laki-laki (Adam).


Apa bedanya tulang rusuk pria dan wanita?

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 3

Pertanyaan ini sangat menarik untuk dikaji. Tidak sulit untuk mengetahui mengapa pertanyaan seperti ini dimunculkan (dan pantas untuk dikemukakan). Alkitab secara eksplisit menerangkan bahwa perempuan diciptakan dari salah satu tulang rusuk (lit. “tulang samping”) laki-laki (2:21). Hawa diciptakan dari salah satu tulang rusuk Adam (2:23). Persoalannya, jumlah tulang rusuk laki-laki dan perempuan ternyata sama. Masing-masing memiliki 12 pasang, kecuali dalam kasus kelainan tertentu yang sangat jarang terjadi. Seandainya salah satu rusuk Adam memang diambil untuk Hawa, bukankah seharusnya setiap laki-laki memiliki tulang rusuk yang lebih sedikit daripada perempuan?

Kesulitan semacam ini memaksa beberapa orang untuk menafsirkan kisah penciptaan secara berbeda. Ada yang menolak menafsirkan kisah ini secara hurufiah. Kisah ini hanya dianggap sebagai sebuah metafora tentang relasi laki-laki dan perempuan. Tidak sungguh-sungguh terjadi demikian. Hanya gambaran belaka.

Ada pula yang secara kreatif menafsirkan “tulang samping” (tsela) dengan tulang penis (Ziony Zevit, profesor kitab suci dari Universitas Yahudi Amerika). Dia meyakini bahwa konsep populer “tulang rusuk” diperoleh dari terjemahan kuno Septuaginta. Kata “tsela” sendiri dalam Alkitab hanya merujuk pada sesuatu yang ada di samping, pinggir, atau tepi. Ketika dikenakan pada tubuh manusia, “tsela” dapat merujuk pada beberapa bagian tubuh yang terletak di samping, misalnya tangan, kaki, dan penis (baculum). Nah, bagian tubuh manakah dari laki-laki yang tidak memiliki tulang? Penis! Hal ini sangat berbeda dengan mamalia lain (gorila dan simpanse). Hanya penis manusia yang tidak memiliki tulang.

Walaupun beragam penafsiran ulang ini patut diapresiasi sebagai upaya untuk mempertahankan akurasi Alkitab, kita sebaiknya menolak usulan tersebut. Berbagai keterangan detail yang menyertai penciptaan manusia, misalnya lokasi Eden dan sungai-sungai di sekitarnya (2:8, 10-14), tidak menunjukkan karakteristik sebuah mitos atau metafora. Di samping itu, sepanjang abad umat Allah juga memahami kisah ini secara hurufiah. Jika kisah ini hanya sebuah metafora, bukankah mereka yang akan mengetahuinya sejak awal? Penjelasan ini bukan berarti tidak ada makna simbolis apapun dalam kisah penciptaan Hawa. Bagian Alkitab yang lain jelas mengajarkan nilai-nilai teologis di dalam kisah ini (misalnya 1Kor. 11:7-10). Tradisi Yahudi sejak dahulu juga menangkap pesan simbolis di dalamnya, misalnya penghargaan terhadap perempuan atau perlindungan bagi mereka. Makna simbolis semacam ini diperoleh dari sebuah kisah historis yang benar-benar terjadi seperti itu.

Sekarang tentang penafsiran “tulang samping” sebagai tulang penis. Studi linguistik dalam rumpun Semitik (Bahasa Ibrani termasuk ke dalam rumpun ini), terutama dalam konteks penciptaan (misalnya mitos Sumerian tentang Enki dan Nihursag), menunjukkan bahwa akar kata “tsl” memang merujuk pada tulang rusuk. Lebih menarik lagi, mitologi kuno tersebut sudah ada jauh sebelum Kitab Kejadian ditulis. Maksudnya, kata “tsela” sejak dahulu memang merujuk pada tulang rusuk, bahkan sebelum kata itu dituliskan di dalam Alkitab. Tidak ada alasan untuk menafsirkannya secara berbeda.

Lagipula, upaya Zenit untuk menggolongkan penis sebagai salah satu tulang samping pada tubuh manusia terkesan terlalu dipaksakan. Tidak ada dukungan linguistik, logis, maupun medis yang benar-benar mengarah ke sana. Solusi terbaik adalah menafsirkan Kejadian 2:20-23 secara lebih teliti. Jangan mengklaim terlalu banyak. Jangan membawa dugaan kita ke dalam teks.

Kesamaan jumlah tulang rusuk laki-laki dan perempuan sama sekali tidak bertabrakan dengan penafsiran hurufiah terhadap kisah penciptaan manusia. Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, apa yang terjadi pada Adam tidak harus berlaku pada keturunannya (laki-laki). Allah memang mengambil salah satu tulang rusuk Adam. Alkitab sangat jelas dalam hal ini. Apakah hal ini berarti bahwa semua laki-laki akan mewarisi jumlah rusuk yang sama dengan Adam? Tidak harus demikian! Allah tidak mengubah struktur DNA Adam, sehingga tidak ada yang diturunkan ke anak-anaknya. Allah hanya mengambil salah satu bagian tubuh Adam. Sebagai contoh, pada saat seseorang mengalami kecelakaan parah dan salah satu kakinya harus diamputasi, apakah keturunan orang itu akan memiliki satu atau dua kaki? Ketika seorang petinju mengalami keretakan yang parah pada salah satu tulang rusuknya, apakah hal itu akan diwariskan pada anak-anaknya? Tentu saja tidak, bukan?

Kedua, perkembangan medis terkini menunjukkan bahwa tulang bisa memperbaiki dirinya sendiri. Dalam kasus tulang rusuk, beberapa ahli anatomi tubuh bahkan berpendapat bahwa tulang rusuk tertentu dapat meregenerasi dirinya sendiri. Nah, kita tidak tahu dengan pasti tulang rusuk mana yang diambil. Kita bahkan tidak tahu seberapa banyak dari tulang itu yang digunakan. Jika dikaitkan dengan momen penciptaan manusia yang masih belum tercemar oleh dosa, pemulihan semacam itu jelas bukan hal yang mustahil. Sekalipun Allah mengambil salah satu tulang rusuknya, tulang itu mungkin bisa pulih kembali dengan cepat. Di samping itu, jikalau Allah mampu menciptakan Adam dari tanah liat, mengapa Dia tidak mampu mengembalikan kembali tulang rusuknya? Dua opsi di atas sama-sama masuk akal. Mana yang lebih bisa dipercaya? Sukar untuk dikatakan. Petunjuk Alkitab sangat terbatas. Yang jelas, perempuan (Hawa) memang diciptakan dari salah satu tulang rusuk laki-laki (Adam).


Apa bedanya tulang rusuk pria dan wanita?

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 4

Pertanyaan ini sangat menarik untuk dikaji. Tidak sulit untuk mengetahui mengapa pertanyaan seperti ini dimunculkan (dan pantas untuk dikemukakan). Alkitab secara eksplisit menerangkan bahwa perempuan diciptakan dari salah satu tulang rusuk (lit. “tulang samping”) laki-laki (2:21). Hawa diciptakan dari salah satu tulang rusuk Adam (2:23). Persoalannya, jumlah tulang rusuk laki-laki dan perempuan ternyata sama. Masing-masing memiliki 12 pasang, kecuali dalam kasus kelainan tertentu yang sangat jarang terjadi. Seandainya salah satu rusuk Adam memang diambil untuk Hawa, bukankah seharusnya setiap laki-laki memiliki tulang rusuk yang lebih sedikit daripada perempuan?

Kesulitan semacam ini memaksa beberapa orang untuk menafsirkan kisah penciptaan secara berbeda. Ada yang menolak menafsirkan kisah ini secara hurufiah. Kisah ini hanya dianggap sebagai sebuah metafora tentang relasi laki-laki dan perempuan. Tidak sungguh-sungguh terjadi demikian. Hanya gambaran belaka.

Ada pula yang secara kreatif menafsirkan “tulang samping” (tsela) dengan tulang penis (Ziony Zevit, profesor kitab suci dari Universitas Yahudi Amerika). Dia meyakini bahwa konsep populer “tulang rusuk” diperoleh dari terjemahan kuno Septuaginta. Kata “tsela” sendiri dalam Alkitab hanya merujuk pada sesuatu yang ada di samping, pinggir, atau tepi. Ketika dikenakan pada tubuh manusia, “tsela” dapat merujuk pada beberapa bagian tubuh yang terletak di samping, misalnya tangan, kaki, dan penis (baculum). Nah, bagian tubuh manakah dari laki-laki yang tidak memiliki tulang? Penis! Hal ini sangat berbeda dengan mamalia lain (gorila dan simpanse). Hanya penis manusia yang tidak memiliki tulang.

Walaupun beragam penafsiran ulang ini patut diapresiasi sebagai upaya untuk mempertahankan akurasi Alkitab, kita sebaiknya menolak usulan tersebut. Berbagai keterangan detail yang menyertai penciptaan manusia, misalnya lokasi Eden dan sungai-sungai di sekitarnya (2:8, 10-14), tidak menunjukkan karakteristik sebuah mitos atau metafora. Di samping itu, sepanjang abad umat Allah juga memahami kisah ini secara hurufiah. Jika kisah ini hanya sebuah metafora, bukankah mereka yang akan mengetahuinya sejak awal? Penjelasan ini bukan berarti tidak ada makna simbolis apapun dalam kisah penciptaan Hawa. Bagian Alkitab yang lain jelas mengajarkan nilai-nilai teologis di dalam kisah ini (misalnya 1Kor. 11:7-10). Tradisi Yahudi sejak dahulu juga menangkap pesan simbolis di dalamnya, misalnya penghargaan terhadap perempuan atau perlindungan bagi mereka. Makna simbolis semacam ini diperoleh dari sebuah kisah historis yang benar-benar terjadi seperti itu.

Sekarang tentang penafsiran “tulang samping” sebagai tulang penis. Studi linguistik dalam rumpun Semitik (Bahasa Ibrani termasuk ke dalam rumpun ini), terutama dalam konteks penciptaan (misalnya mitos Sumerian tentang Enki dan Nihursag), menunjukkan bahwa akar kata “tsl” memang merujuk pada tulang rusuk. Lebih menarik lagi, mitologi kuno tersebut sudah ada jauh sebelum Kitab Kejadian ditulis. Maksudnya, kata “tsela” sejak dahulu memang merujuk pada tulang rusuk, bahkan sebelum kata itu dituliskan di dalam Alkitab. Tidak ada alasan untuk menafsirkannya secara berbeda.

Lagipula, upaya Zenit untuk menggolongkan penis sebagai salah satu tulang samping pada tubuh manusia terkesan terlalu dipaksakan. Tidak ada dukungan linguistik, logis, maupun medis yang benar-benar mengarah ke sana. Solusi terbaik adalah menafsirkan Kejadian 2:20-23 secara lebih teliti. Jangan mengklaim terlalu banyak. Jangan membawa dugaan kita ke dalam teks.

Kesamaan jumlah tulang rusuk laki-laki dan perempuan sama sekali tidak bertabrakan dengan penafsiran hurufiah terhadap kisah penciptaan manusia. Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, apa yang terjadi pada Adam tidak harus berlaku pada keturunannya (laki-laki). Allah memang mengambil salah satu tulang rusuk Adam. Alkitab sangat jelas dalam hal ini. Apakah hal ini berarti bahwa semua laki-laki akan mewarisi jumlah rusuk yang sama dengan Adam? Tidak harus demikian! Allah tidak mengubah struktur DNA Adam, sehingga tidak ada yang diturunkan ke anak-anaknya. Allah hanya mengambil salah satu bagian tubuh Adam. Sebagai contoh, pada saat seseorang mengalami kecelakaan parah dan salah satu kakinya harus diamputasi, apakah keturunan orang itu akan memiliki satu atau dua kaki? Ketika seorang petinju mengalami keretakan yang parah pada salah satu tulang rusuknya, apakah hal itu akan diwariskan pada anak-anaknya? Tentu saja tidak, bukan?

Kedua, perkembangan medis terkini menunjukkan bahwa tulang bisa memperbaiki dirinya sendiri. Dalam kasus tulang rusuk, beberapa ahli anatomi tubuh bahkan berpendapat bahwa tulang rusuk tertentu dapat meregenerasi dirinya sendiri. Nah, kita tidak tahu dengan pasti tulang rusuk mana yang diambil. Kita bahkan tidak tahu seberapa banyak dari tulang itu yang digunakan. Jika dikaitkan dengan momen penciptaan manusia yang masih belum tercemar oleh dosa, pemulihan semacam itu jelas bukan hal yang mustahil. Sekalipun Allah mengambil salah satu tulang rusuknya, tulang itu mungkin bisa pulih kembali dengan cepat. Di samping itu, jikalau Allah mampu menciptakan Adam dari tanah liat, mengapa Dia tidak mampu mengembalikan kembali tulang rusuknya? Dua opsi di atas sama-sama masuk akal. Mana yang lebih bisa dipercaya? Sukar untuk dikatakan. Petunjuk Alkitab sangat terbatas. Yang jelas, perempuan (Hawa) memang diciptakan dari salah satu tulang rusuk laki-laki (Adam).


Apa bedanya tulang rusuk pria dan wanita?

Lihat Humaniora Selengkapnya