Aktivitas manusia berperan besar dalam peningkatan gas rumah kaca

Aktivitas manusia berperan besar dalam peningkatan gas rumah kaca

Aktivitas manusia berperan besar dalam peningkatan gas rumah kaca
Lihat Foto

Encyclopaedia Britannica

Ilustrasi efek gas rumah kaca

KOMPAS.com - Gas rumah kaca kerap dituding sebagai penyebab perubahan iklim atau pemanasan global. Apa benar gas rumah kaca adalah gas jahat yang merusak bumi?

Dikutip dari situs National Aeronautics and Space Administration atau NASA, gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer bumi yang berfungsi menangkap panas.

Atmosfer bumi terdiri dari sekitar 78 persen nitrogen, 21 persen oksigen, dan 1 persen gas lainnya. Sebagian gas-gas dalam 1 persen itu termasuk gas rumah kaca.

Baca juga: Ahli: Permukaan Laut Tetap Naik Dramatis Meski Gas Rumah Kaca Dibatasi

Gas rumah kaca menjaga kestabilan temperatur bumi. Manusia, hewan, serta tumbuhan bisa hidup.

Namun terlalu banyak gas rumah kaca tentu tak baik. Sebab, bumi bisa terlalu panas atau yang kini kita sebut sebagai pemanasan global.

Sayangnya, selama 200 tahun terakhir, manusia menghasilkan gas rumah kaca terlalu banyak. Kebiasaan buruk itu membuat bumi kini terancam rusak.

Apa saja gas-gas yang memicu terjadinya pemanasan global? Bagaimana dampaknya bagi bumi? Berikut enam gas rumah kaca yang utama:

Uap air (H2O)

Uap air adalah air dalam bentuk gas. Air dari darat dan lautan menguap karena terkena panas matahari lalu menjadi awan di langit.

Baca juga: Nestlé Targetkan Nol Emisi Gas Rumah Kaca pada 2050

Air yang terkandung di awan itu akan turun kembali ke darat dan laut menjadi hujan. Proses ini memberi efek dingin.

Karbon dioksida (CO2)

Gas ini terdiri dari karbon dan oksigen. Karbon dioksida ada di sekitar kita. selain dari proses pernafasan, karbon dioksida datang dari makhluk hidup yang membusuk.

Tyas Wening Senin, 9 September 2019 | 14:29 WIB

Bobo.id - Apakah teman-teman pernah mendengar tentang efek rumah kaca?

Efek rumah kaca yang ada di atmosfer Bumi menjadi salah satu penyebab Bumi semakin panas.

Efek rumah kaca adalah pengandaian Bumi yang menjadi seperti rumah kaca. Bumi semakin panas karena adanya gas rumah kaca yang terperangkap di atmosfer.

Nah, efek rumah kaca ini ternyata terbentuk dari adanya gas rumah kaca, teman-teman.

Tahukah kamu? Gas rumah kaca bisa terbentuk dari beragam hal yang muncul dari aktivitas manusia, lo.

Namun bagaimana, ya, gas rumah kaca dan sumbernya ini terbentuk?

Baca Juga: Helm yang Digunakan untuk Naik Sepeda Motor Ternyata Ada Aturannya, lo!

Apa Itu Gas Rumah Kaca?

Sebelum mengetahui bagaimana proses terbentuknya gas rumah kaca, apakah teman-teman sudah mengetahui apa itu gas rumah kaca dan sumbernya?

Gas rumah kaca merupakan komponen gas di atmosfer yang menyebabkan adanya efek rumah kaca.

Gas rumah kaca juga adalah fenomena di mana gelombang pendek radiasi matahari menembus atmosfer dan berubah menjadi gelombang panjang.

Perubahan panjang gelombang ini terjadi ketika mencapai permukaan Bumi dan menghalangi sinar pantulan dari Bumi.

Baca Juga: Rahasia Kalimantan yang Jarang Alami Gempa daripada Pulau Lain di Indonesia


Page 2


Page 3

Aktivitas manusia berperan besar dalam peningkatan gas rumah kaca

Pixabay

Polusi

Bobo.id - Apakah teman-teman pernah mendengar tentang efek rumah kaca?

Efek rumah kaca yang ada di atmosfer Bumi menjadi salah satu penyebab Bumi semakin panas.

Efek rumah kaca adalah pengandaian Bumi yang menjadi seperti rumah kaca. Bumi semakin panas karena adanya gas rumah kaca yang terperangkap di atmosfer.

Nah, efek rumah kaca ini ternyata terbentuk dari adanya gas rumah kaca, teman-teman.

Tahukah kamu? Gas rumah kaca bisa terbentuk dari beragam hal yang muncul dari aktivitas manusia, lo.

Namun bagaimana, ya, gas rumah kaca dan sumbernya ini terbentuk?

Baca Juga: Helm yang Digunakan untuk Naik Sepeda Motor Ternyata Ada Aturannya, lo!

Apa Itu Gas Rumah Kaca?

Sebelum mengetahui bagaimana proses terbentuknya gas rumah kaca, apakah teman-teman sudah mengetahui apa itu gas rumah kaca dan sumbernya?

Gas rumah kaca merupakan komponen gas di atmosfer yang menyebabkan adanya efek rumah kaca.

Gas rumah kaca juga adalah fenomena di mana gelombang pendek radiasi matahari menembus atmosfer dan berubah menjadi gelombang panjang.

Perubahan panjang gelombang ini terjadi ketika mencapai permukaan Bumi dan menghalangi sinar pantulan dari Bumi.

Baca Juga: Rahasia Kalimantan yang Jarang Alami Gempa daripada Pulau Lain di Indonesia

Pemanasan global adalah fenomena perubahan iklim drastis akibat kenaikan suhu rata-rata pada atmosfer, laut, dan daratan. Kondisi ini bisa membuat lapisan ozon kian menipis.

Menipisnya lapizan ozon yang menyelimuti bumi berpengaruh pada perubahan cuaca, udara, dan sumber air yang penting bagi keberlangsungan kehidupan.

Tak hanya itu, global warming juga bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan, seperti alergi, infeksi saluran pernapasan akut, dan wabah penyakit menular.

Para ilmuwan menyimpulkan penyebab utama pemanasan global ialah efek rumah kaca (ERK).

Kondisi ini sejatinya terjadi secara alami, tetapi aktivitas manusia meningkatkan konsentrasi berbagai gas penyebab pemanasan global, terutama karbon dioksida (CO2).

European Commission sendiri mencatat konsentrasi gas CO2 di atmosfer pada tahun 2020 telah meningkat menjadi 48% di atas rata-rata dibandingkan pada masa pra-industri sebelum tahun 1750.

Pada dasarnya, efek rumah kaca berfungsi memerangkap sebagian panas sehingga bumi menjadi hangat dan layak huni bagi makhluk hidup di dalamnya. Tanpa proses alamiah ini, bumi tidak akan bisa dihuni karena saking dingin suhunya.

Akan tetapi, aktivitas pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, justri meningkatkan konsentrasi gas panas yang dilepaskan ke atmosfer.

Makin banyak polusi udara yang dihasilkan, kian banyak pula panas yang diperangkap oleh atmosfer untuk dipantulkan kembali ke bumi. Pada akhirnya, kondisi ini yang jadi penyebab utama pemanasan global alias global warming.

Apa saja aktivitas manusia yang menyebabkan pemanasan global?

Pemanasan global terjadi saat gas rumah kaca, seperti karbon dioksida, metana, dan dinitrogen dioksida diserap oleh atmosfer dan dipantulkan balik ke permukaan bumi.

Berikut ini beberapa aktivitas manusia yang menjadi penyebab utama dari pemanasan global.

1. Penebangan hutan (deforestasi)

Setiap tahun, penebangan hutan terjadi di berbagai belahan dunia untuk kepentingan komersil, seperti produksi kayu untuk bahan baku kertas dan mebel maupun untuk membuka lahan pertanian, peternakan, perumahan, atau industri.

Pembukaan lahan tak hanya dilakukan dengan menebang hutan, Tidak jarang, oknum-oknum nakal sengaja melakukan pembakaran hutan guna lebih cepat menggunduli lahan.

Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia, terutamanya dengan pembakaran bahan bakar fosil. Tanpa gas rumah kaca, suhu rata-rata di permukaan Bumi dikira akan menjadi di bawah titik beku air, tetapi, adanya terlalu banyak gas rumah kaca menyebabkan pemanasan global.[1]

Aktivitas manusia berperan besar dalam peningkatan gas rumah kaca

Efek rumah kaca pada permukaan bumi yang disebabkan oleh radiasi matahari dan gas rumah kaca.

Gas rumah kaca paling banyak yang ada di atmosfer Bumi adalah uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan dinitrogen monoksida (N2O). Karbon dioksida timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan gunung berapi, kebakaran hutan, pernapasan hewan (yang menghirup oksigen dan menghembuskan CO2). Namun, sejak Revolusi Industri, konsentrasi CO2 pada atmosfer Bumi telah naik hampir 50%, dari 280 ppm pada tahun 1750 hingga 415 ppm pada tahun 2022.[2]

Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim menyimpulkan bahwa emisi gas rumah kaca oleh manusia harus dikurangkan setengahnya sebelum tahun 2030 dan mencapai 'nol bersih' pada 2050 untuk membatasi pemanasan global kepada 1,5 °C,[3] aksi yang disetujui oleh hampir 200 negara dalam Persetujuan Paris sejak tahun 2015.

 

Pemaksaan radiasi (radiative forcing) dari beberapa faktor yang berkontribusi kepada perubahan iklim menurut Laporan Penilaian Keenam IPCC.

Daftar gas rumah kaca paling banyak yang ada di atmosfer Bumi menurut fraksi molnya di dunia (diurutkan secara menurun):[4][5]

  • Uap air (H2O)
  • Karbon dioksida (CO2)
  • Metana (CH4)
  • Dinitrogen monoksida (N2O)
  • Ozon (O3)
  • Klorofluorokarbons (CFC dan HCFC)
  • Hidrofluorokarbon (HFC)
  • Fluorokarbon (CF4, C2F6, dll.), SF6, dan NF3

Uap air

 

Meningkatnya uap air di Boulder, Colorado.

Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia secara langsung memengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal seperti di dekat sawah yang diirigasi.

Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di troposfer, dengan kelembapan relatif yang agak konstan. Meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca; yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2.[6] Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya awan.

Karbon dioksida

Manusia telah meningkatkan jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbon dioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.

Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan karbon dioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan masa sebelum Revolusi Industri.

Metana

Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat dikeluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an, jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat.

Dinitrogen monoksida

Dinitrogen monoksida (N2O) adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-industri.

Gas lainnya

Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi termal, mebel, dan tempat duduk di kendaraan. Refrigerasi di beberapa negara berkembang masih menggunakan klorofluorokarbon (CFC), salah satu refrigeran, sebagai media pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (bagian atmosfer mengandungi ozon dan melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet; lihat juga penipisan ozon). Selama masa abad ke-20, gas-gas ini telah terakumulasi di atmosfer, tetapi sejak 1995, untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan dalam Protokol Montreal tentang substansi-substansi yang menipiskan Lapisan Ozon, konsentrasi gas-gas ini mulai makin sedikit dilepas ke udara.

Para ilmuan telah lama mengkhawatirkan tentang gas-gas yang dihasilkan dari proses manufaktur akan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Pada tahun 2000, para ilmuan mengidentifikasi bahan baru yang meningkat secara substansial di atmosfer. Bahan tersebut adalah trifluorometil sulfur pentafluorida. Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.

  • Aerosol
  • Ekonomi rendah karbon
  • Persetujuan Paris
  • Protokol Kyoto
  • Pajak karbon
  • Perdagangan emisi

  1. ^ IPCC AR4 WG1 Chapter 1: Historical Overview of Climate Change Science (PDF) (dalam bahasa Inggris). Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim. 
  2. ^ "Konsentrasi Gas Rumah Kaca di Indonesia Cenderung Naik Tiap Tahun". IDN Times. 2022-03-03. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-19. Diakses tanggal 2022-04-19.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  3. ^ IPCC AR6 WG3 Summary for Policymakers – Mitigation of Climate Change (PDF) (dalam bahasa Inggris). IPCC, UNEP, WMO.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  4. ^ "Atmospheric Concentration of Greenhouse Gases" (PDF) (dalam bahasa Inggris). Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat. 2016-08-01. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 19 October 2021. Diakses tanggal 6 September 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  5. ^ "Inside the Earth's invisible blanket". sequestration.org (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 July 2020. Diakses tanggal March 5, 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  6. ^ Robust Responses of the Hydrological Cycle to Global Warming

  • Hart, John. "Global Warming." Microsoft® Encarta® 2006 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2005.

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gas_rumah_kaca&oldid=21002127"