Ada 7 planet yang disebut dalam aliran surya siddhanta kecuali

Ada 7 planet yang disebut dalam aliran surya siddhanta kecuali

Para ahli tata surya modern telah mengungkapkan bahwa terdapat beberapa planet. Dalam pandangan agama Hindu juga terdapat beberapa planet. Pandangan aliran Surya-Sidhanta menyebutkan terdapat tujuh planet, yakni planet Aditya, Soma, Budha, Sukra, Angaraka, Brihaspati, dan Saniscara. Jika dikaitkan dengan nama planet-planet modern, akan tampak, sebagai berikut. 1. Planet Matahari dalam agama Hindu dikenal dengan nama Aditya. 2. Planet Bumi dalam agama Hindu dikenal dengan nama Soma. 3. Planet Merkurius dalam agama Hindu dikenal dengan nama Budha. 4. Planet Venus dalam agama Hindu dikenal dengan nama Sukra. 5. Planet Mars dalam agama Hindu dikenal dengan nama Angaraka. 6. Planet Jupiter dalam agama Hindu dikenal dengan nama Brihaspati. 7. Planet Saturnus dalam agama Hindu dikenal dengan nama Saniscara. Planet Neptunus dan Uranus tidak disebutkan dalam pandangan aliran Surya Sidhanta. Aliran ini menyebut adanya planet Rahu dan Ketu. Kedua planet yang terakhir disebutkan aliran Surya Sidhanta tidak dapat disamakan dengan Neptunus dan Uranus (Wikana, 2010:108). Planet-planet dalam agama Hindu sering disebut Brahmānda. Brahmānda dalam kitab Pūraṇa dijelaskan sangat banyak jumlahnya. Selain planet-planet tersebut, agama Hindu mengenal loka-loka atau alam-alam. Menurut pandangan agama Hindu, terdapat 14 loka atau alam, yakni 7 lapisan loka ke atas dan 7 lapisan loka ke bawah. 96 Kelas III SD

Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 85 Aku Ingin Tahu

A. Astronomi Hindu

Sumber: brainbodymind.blogspot.com Gambar 4.3 Ilustrasi penciptaan alam semesta Sang Hyang Widhi menciptakan alam semesta bhuana agung dan manusia bhuana alit melalui kekuatan dan kemahakuasaan- Nya. Menurut kitab suci Veda, alam semesta disebut Brahmānda. Brahmānda adalah benih alam semesta. Brahmānda berwujud bulat bagaikan telur besar yang mengapung di angkasa. Bhuana Agung adalah alam semesta tempat manusia hidup. Manusia mendapatkan sumber kehidupan dengan menggunakan elemen yang ada. Tempat hidup manusia dikenal sebagai Bumi. 86 Kelas III SD Bumi memiliki sumber kehidupan karena Bumi memiliki lima unsur yakni api, air, tanah, angin, dan ruang. Hal ini diperkuat dengan dilakukannya penelitian-penelitian oleh para ahli terkait Bumi. Ilmu untuk mempelajari Bumi dengan segala jenis planet lain di alam semesta ini disebut astronomi. Agama Hindu dalam kitab sucinya telah mengajarkan kepada umatnya bagaimana alam semesta diciptakan dan unsur-unsur apa saja yang terdapat di dalamnya. Kitab suci yang khusus membicarakan tentang astronomi dikenal dengan sebutan Jyotisa. Mari Membaca

B. Planet-Planet dalam Agama Hindu

Kitab Jyotisa atau Jyoti-Śāstra atau Jyoti-Veda merupakan bagian dari kitab Vedāngga. Vedāngga adalah batang tubuh Veda. Jyoti-Śāstra dipelajari untuk mengetahui pengaruh alam semesta terhadap manusia. Jyotisa amat berperan dalam menentukan hari baik atau hari yang tepat untuk melaksanakan ritual yajña atau membangun tempat suci. Membangun tempat suci, seperti kuil, mandir, pura, candi dan tempat-tempat suci Hindu di berbagai daerah perlu memperhitungkan nilai religius, dan tata aturan yang baik. Dalam hal yajña, Jyotisa sangat berperan penting dalam menentukan hari raya agama Hindu. Kegiatan berdasarkan letakkedudukan bintang-bintang dan planet-planet di langit, seperti, penentuan hari raya purnama dan tilem dalam Hindu yang menggunakan perputaran bulan. Taukah kamu apa itu Astronomi Hindu ? Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 87 Perhatikan gambar dibawah. Gambar tersebut menunjukkan planet-planet dalam pandangan modern. Sumber: http:.id.wikipedia.org Gambar 4.4 Tata Surya Para ahli tata surya modern telah mengungkapkan bahwa terdapat beberapa planet. Dalam pandangan agama Hindu, terdapat beberapa planet. Pandangan aliran Surya-Sidhanta menyebutkan terdapat tujuh planet, yakni planet Aditya, Soma, Budha, Sukra, Angaraka, Brihaspati, dan Saniscara. Jika dikaitkan dengan nama planet-planet modern, akan tampak. 1. Planet Matahari dalam agama Hindu dikenal dengan nama Aditya. 2. Planet Bulan dalam agama Hindu dikenal dengan nama Soma. 3. Planet Merkurius dalam agama Hindu dikenal dengan nama Budha. 4. Planet Venus dalam agama Hindu dikenal dengan nama Sukra. 5. Planet Mars dalam agama Hindu dikenal dengan nama Angaraka. 88 Kelas III SD 6. Planet Jupiter dalam agama Hindu dikenal dengan nama Brihaspati. 7. Planet Saturnus dalam agama Hindu dikenal dengan nama Saniscara. Planet Neptunus dan Uranus atau pun Pluto tidak disebutkan dalam pandangan aliran Surya Sidhanta, Aliran ini menyebut adanya planet Rahu dan Ketu. Kedua planet yang terakhir disebutkan aliran Surya Sidhanta tidak dapat disamakan dengan Neptunus dan Uranus Wikana, 2010:108. Planet-planet dalam agama Hindu sering disebut Brahmānda. Brahmānda dalam kitab Pūraṇa dijelaskan sangat banyak jumlahnya. Selain planet-planet tersebut, agama Hindu, mengenal loka-loka atau alam-alam. Menurut pandangan agama Hindu, terdapat 14 loka atau alam, yakni 7 lapisan loka ke atas dan 7 lapisan loka ke bawah. Tujuh lapisan alam ke atas disebut dengan sapta loka, yakni: 1. Bhur loka 2. Bhuvar loka 3. Svarga loka 4. Mahar loka 5. Jana loka 6. Tapa loka 7. Brahmā loka Tujuh lapisan alam ke bawah disebut dengan sapta patala, yakni: 1. Atala 2. Vitala 3. Sutala 4. Talatala 5. Mahatala 6. Rasatala 7. Patala Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 89 Membaca Teks

C. Bulan-Bulan dalam Agama Hindu

Surya Siddhanta adalah nama risalah Sanskrit dalam astronomi India yang berasal dari abad ke-6 SM.[1][3] Teks ini bertahan dengan berbagai versi, yang dikutip secara ekstensif dalam teks abad ke-6 SM, kemungkinan direvisi selama beberapa abad di bawah judul yang sama.[3][4] Teks ini memiliki empat belas bab.[5] Manuskrip teks abad ke-12 dialihbahasakan oleh Burgess pada tahun 1860.[2]

Ada 7 planet yang disebut dalam aliran surya siddhanta kecuali

Surya Siddhanta adalah teks Hindu mengenai astronomi yang berasal dari abad ke-6 SM.[1] Gambar di atas merupakan ayat 1.1 yang membayar penghormatan kepada Brahma.[2]

Surya Siddhanta menjelaskan aturan untuk menghitung pergerakan berbagai planet dan bulan relatif dengan sejumlah rasi bintang, diameter berbagai planet, serta menghitung orbit berbagai benda astronomi.[6][7] Teks ini menyatakan bahwa alam semesta berbentuk bola.[5] Teks ini menganggap bumi sebagai bidang stasioner dengan matahari mengorbitnya dan tidak menyebutkan Uranus, Neptunus, maupun Pluto.[8] Teks ini mengkalkulasikan diameter bumi sebesar 8.000 mil (modern: 7.928 mil), diameter bulan sebesar 2.400 mil (diameter sebenarnya ~2.160 mil), dan jarak antara bulan dan bumi sebesar 258.000 mil (jarak sebenarnya ~238.000 mil).[6] Teks ini dikenal sebagai salah satu diskusi pecahan enampuluhan (seksagesimal) dan fungsi trigonometri paling awal yang diketahui.[1][3][9]

Teks ini menunjukkan sebuah sistem fungsional yang membuat preduksi cukup akurat.[10][11][12] Teks ini memengaruhi perhitungan tahun matahari dari kalender suryacandra Hindu.[13]

  1. ^ a b c Menso Folkerts, Craig G. Fraser, Jeremy John Gray, John L. Berggren, Wilbur R. Knorr (2017), Mathematics, Encyclopaedia Britannica, Quote: "(...) its Hindu inventors as discoverers of things more ingenious than those of the Greeks. Earlier, in the late 6th century BCE, the anonymous Hindu author of an astronomical handbook, the Surya Siddhanta, had tabulated the sine function (...)"
  2. ^ a b P Gangooly (1935, Editor), Translator: Ebenezzer Burgess (1930), Translation of Surya Siddhanta: A Textbook of Hindu Astronomy, University of Calcutta, page 1
  3. ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Bowman2005p596
  4. ^ Kim Plofker (2009). Mathematics in India. Princeton University Press. hlm. 71–72 with footnotes. ISBN 0-691-12067-6. 
  5. ^ a b Markanday, Sucharit; Srivastava, P. S. (1980). "Physical Oceanography in India: An Historical Sketch". Oceanography: The Past. Springer New York. hlm. 551–561. doi:10.1007/978-1-4613-8090-0_50. ISBN 978-1-4613-8092-4. , Quote: "There are five important Hindu astronomical books known as Siddhantas. Surya Siddhanta is the third oldest (about the 6th century BC). According to Al-Biruni it was written by Lata. The book is divided into 14 chapters (Table 1). According to Surya Siddhanta the universe is a sphere."
  6. ^ a b Richard L. Thompson (2007). The Cosmology of the Bhagavata Purana. Motilal Banarsidass. hlm. 16, 76–77, 285–294. ISBN 978-81-208-1919-1. 
  7. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama montgomery104
  8. ^ Richard L. Thompson (2004). Vedic Cosmography and Astronomy. Motilal Banarsidass. hlm. 10. ISBN 978-81-208-1954-2. 
  9. ^ Brian Evans (2014). The Development of Mathematics Throughout the Centuries: A Brief History in a Cultural Context. Wiley. hlm. 60. ISBN 978-1-118-85397-9. 
  10. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama pingree229
  11. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama duke563
  12. ^ Pingree, David (1971). "On the Greek Origin of the Indian Planetary Model Employing a Double Epicycle". Journal for the History of Astronomy. SAGE Publications. 2 (2): 80–85. Bibcode:1971JHA.....2...80P. doi:10.1177/002182867100200202. 
  13. ^ Roshen Dalal (2010). Hinduism: An Alphabetical Guide. Penguin Books. hlm. 89. ISBN 978-0-14-341421-6. , Quote: "The solar calendar is based on the Surya Siddhanta, a text of around 600 BCE."

  • Victor J. Katz. A History of Mathematics: An Introduction, 1998.
  • Model Keplanetan Surya Siddhantha Diarsipkan 2013-06-02 di Wayback Machine.
  • Teks Sanskrit Surya Siddhanta di Devanagari
  • Remarks on the Astronomy of the Brahmins, John Playfair (Arsip Diarsipkan 2017-08-09 di Wayback Machine.)
 

Artikel bertopik astronomi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Surya_Siddhanta&oldid=20472928"