3 Sebutkan gas-gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global dan apakah fungsi dari gas-gas tersebut?

Salah satu faktor terjadinya pemanasan global terjadi akibat adanya efek rumah kaca. Sumber: Pixabay.com

Pemanasan global adalah salah satu masalah lingkungan yang kini dihadapi manusia. Peristiwa ini ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan bumi, sehingga menjadi lebih panas.

Pemanasan global terjadi akibat beberapa faktor. Salah satu faktor terbesar terjadinya pemanasan global adalah efek rumah kaca.

Ada banyak jenis gas rumah kaca (GRK) di atmosfer yang dapat menyebabkan pemanasan global. Berikut beberapa gas-gas yang menyebabkan pemanasan global.

Gas rumah kaca adalah gas-gas yang terkumpul dalam atmosfer bumi yang dapat menyebabkan efek rumah kaca.

Efek rumah kaca merupakan peristiwa yang alami terjadi lapisan atmosfer bumi. Peristiwa tersebut dibutuhkan oleh bumi agar dapat menjaga kestabilan suhu di permukaannya.

Ada banyak jenis dari gas rumah kaca. Namun, ada beberapa jenis yang paling banyak berkontribusi pada proses terjadinya efek rumah kaca.

Untuk menjawab pertanyaan, sebutkan gas-gas pemicu terjadinya pemanasan global, simak penjelasan tentang jenis gas rumah kaca berikut ini, dikutip dari Gas Rumah Kaca karya Sri Soeswati Soesanto.

Karbon dioksida merupakan salah satu gas yang juga senyawa kimia yang dapat menimbulkan efek rumah kaca. Gas ini berkontribusi sebanyak 61% dalam emisi gas rumah kaca.

Karbon dioksida terdiri dari dua atom oksigen dan satu atom karbon. Jenis gas ini berasal dari tubuh manusia dan beberapa aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, asap dari pabrik, dan sebagainya.

Gas rumah kaca adalah gas-gas yang tersimpan dalam atmosfer di dalam bumi. Sumber: Pixabay.com

Metana merupakan jenis gas hidrokarbon yang masuk dalam kategori gas rumah kaca. Gas ini berkontribusi sebesar 15% pada emisi gas rumah kaca.

Metana biasanya berasal dari proses penguraian bahan organik. Selain itu, metana juga berasal dari aktivitas manusia, khususnya dari sektor pertanian.

3. Dinitrogen Oksida (NO2)

Gas ini merupakan senyawa kimia dengan rumus NO2. Dinitrogen oksida dikenal sebagai gas tertawa.

Dinitrogen oksida biasanya berasal dari aktivitas manusia, seperti pada sektor pertanian dan perikanan. Selain itu, gas ini juga sering kali digunakan dalam mobil balap.

Dinitrogen oksida dinilai lebih berpengaruh terhadap pencemaran dan emisi gas di udara, bahkan memiliki 298 kali pengaruh yang lebih kuat per satuan berat dibandingkan dengan karbon dioksida jika diukur dalam rentang waktu 100 tahun.

Gas rumah kaca biasanya berasal dari aktivitas manusia, berupa industri pabrik dan sebagainya. Sumber: Pixabay.com

4. Hidrofluorokarbon (HFC)

Gas hidrofluorokarbon adalah jenis gas buatan manusia yang terdiri dari atom fluorin dan hidrogen. Gas ini merupakan jenis senyawa organofluorin yang paling umum.

Hidrofluorokarbon tidak berdampak pada penipisan lapisan ozon, tetapi tetap berpengaruh terhadap pemanasan global.

Perfluorokarbon atau biasa disebut fluorokarbon merupakan senyawa kimia buatan manusia. Gas ini memiliki pengaruh terhadap pemanasan global yang terjadi.

Sama halnya dengan HFC, gas ini berasal dari aktivitas manusia di bidang industri manufaktur hingga penggunaan aerosol.

Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia, terutamanya dengan pembakaran bahan bakar fosil. Tanpa gas rumah kaca, suhu rata-rata di permukaan Bumi dikira akan menjadi di bawah titik beku air, tetapi, adanya terlalu banyak gas rumah kaca menyebabkan pemanasan global.[1]

3 Sebutkan gas-gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global dan apakah fungsi dari gas-gas tersebut?

Efek rumah kaca pada permukaan bumi yang disebabkan oleh radiasi matahari dan gas rumah kaca.

Gas rumah kaca paling banyak yang ada di atmosfer Bumi adalah uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan dinitrogen monoksida (N2O). Karbon dioksida timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan gunung berapi, kebakaran hutan, pernapasan hewan (yang menghirup oksigen dan menghembuskan CO2). Namun, sejak Revolusi Industri, konsentrasi CO2 pada atmosfer Bumi telah naik hampir 50%, dari 280 ppm pada tahun 1750 hingga 415 ppm pada tahun 2022.[2]

Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim menyimpulkan bahwa emisi gas rumah kaca oleh manusia harus dikurangkan setengahnya sebelum tahun 2030 dan mencapai 'nol bersih' pada 2050 untuk membatasi pemanasan global kepada 1,5 °C,[3] aksi yang disetujui oleh hampir 200 negara dalam Persetujuan Paris sejak tahun 2015.

 

Pemaksaan radiasi (radiative forcing) dari beberapa faktor yang berkontribusi kepada perubahan iklim menurut Laporan Penilaian Keenam IPCC.

Daftar gas rumah kaca paling banyak yang ada di atmosfer Bumi menurut fraksi molnya di dunia (diurutkan secara menurun):[4][5]

  • Uap air (H2O)
  • Karbon dioksida (CO2)
  • Metana (CH4)
  • Dinitrogen monoksida (N2O)
  • Ozon (O3)
  • Klorofluorokarbons (CFC dan HCFC)
  • Hidrofluorokarbon (HFC)
  • Fluorokarbon (CF4, C2F6, dll.), SF6, dan NF3

Uap air

 

Meningkatnya uap air di Boulder, Colorado.

Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia secara langsung memengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal seperti di dekat sawah yang diirigasi.

Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di troposfer, dengan kelembapan relatif yang agak konstan. Meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca; yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2.[6] Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya awan.

Karbon dioksida

Manusia telah meningkatkan jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbon dioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.

Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan karbon dioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan masa sebelum Revolusi Industri.

Metana

Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat dikeluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an, jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat.

Dinitrogen monoksida

Dinitrogen monoksida (N2O) adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-industri.

Gas lainnya

Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi termal, mebel, dan tempat duduk di kendaraan. Refrigerasi di beberapa negara berkembang masih menggunakan klorofluorokarbon (CFC), salah satu refrigeran, sebagai media pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (bagian atmosfer mengandungi ozon dan melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet; lihat juga penipisan ozon). Selama masa abad ke-20, gas-gas ini telah terakumulasi di atmosfer, tetapi sejak 1995, untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan dalam Protokol Montreal tentang substansi-substansi yang menipiskan Lapisan Ozon, konsentrasi gas-gas ini mulai makin sedikit dilepas ke udara.

Para ilmuan telah lama mengkhawatirkan tentang gas-gas yang dihasilkan dari proses manufaktur akan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Pada tahun 2000, para ilmuan mengidentifikasi bahan baru yang meningkat secara substansial di atmosfer. Bahan tersebut adalah trifluorometil sulfur pentafluorida. Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.

  • Aerosol
  • Ekonomi rendah karbon
  • Persetujuan Paris
  • Protokol Kyoto
  • Pajak karbon
  • Perdagangan emisi

  1. ^ IPCC AR4 WG1 Chapter 1: Historical Overview of Climate Change Science (PDF) (dalam bahasa Inggris). Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim. 
  2. ^ "Konsentrasi Gas Rumah Kaca di Indonesia Cenderung Naik Tiap Tahun". IDN Times. 2022-03-03. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-19. Diakses tanggal 2022-04-19.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  3. ^ IPCC AR6 WG3 Summary for Policymakers – Mitigation of Climate Change (PDF) (dalam bahasa Inggris). IPCC, UNEP, WMO.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  4. ^ "Atmospheric Concentration of Greenhouse Gases" (PDF) (dalam bahasa Inggris). Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat. 2016-08-01. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 19 October 2021. Diakses tanggal 6 September 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  5. ^ "Inside the Earth's invisible blanket". sequestration.org (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 July 2020. Diakses tanggal March 5, 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  6. ^ Robust Responses of the Hydrological Cycle to Global Warming

  • Hart, John. "Global Warming." Microsoft® Encarta® 2006 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2005.

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gas_rumah_kaca&oldid=21002127"