Lagu dibawah ini yang merupakan ciptaan ibu sud adalah

26 Mar 2017, 15:55 WIB - Oleh: Saeno

wikipedia Perangko Indonesia Seri Ibu Soed alias Saridjah Niung

Kabar24.com, JAKARTA - Hari ini, 109 tahun yang lalu, Saridjah Niung kelak lebih dikenal dengan nama Ibu Soed lahir di Sukabumi, Jawa Barat.

Bagi anak-anak di era saya, Ibu Soed seakan menjadi brand bukan lagi sekadar nama. Setiap mendengar nama Ibu Soed, serta merta memori terkait dengan lagu anak-anak. Meski pun jika ditanya judul lagu karya Ibu Soed saya tak bisa menjawabnya, tetap saja itu tak mengubah brand bahwa Ibu Soed adalah pengarang lagu anak-anak.

Ibu Soed meninggal dunia tahun 1993 pada usia 85 tahun. Hari ini, tepat tanggal 26 Maret hari lahir Ibu Soed diperingati oleh Google dengan menampilkan Doodle khusus tentang almarhum.

Baca Juga : Wanita Ini Terpilih Jadi Pemimpin Poros Keuangan Dunia

Saya termasuk salah satu yang berterima kasih kepada Google, karena dengan hadirnya Doodley khusus Ibu Soed saya jadi tahun bahwa nama lengkap pemilik brand lagu anak-anak itu ternyata Saridjah Niung Bintang Soedibjo.

Nama Bintang Soedibjo adalah nama suami Ibu Soed, yakni Raden Bintang Soedibjo. Google doodley menuntun saya pada informasi di Wikipedia yang menyebutkan bahwa Ibu Soed adalah seorang pemusik, guru musik, pencipta lagu anak-anak, penyiar radio, dramawan dan seniman batik Indonesia.

Baca Juga : Media Sosial Jadi Jalan Pembajakan

Menurut informasi di Wikipedia, kemahiran Ibu Soed di bidang musik, terutama bermain biola, sebagian besar dipelajari dari ayah angkatnya, Prof. Dr. Mr. J.F. Kramer.

Kramer adalah seorang pensiunan Wakil Ketua Hoogerechtshof (Kejaksaan Tinggi) di Jakarta pada masa itu, yang selanjutnya menetap di Sukabumi dan mengangkat Ibu Soed sebagai anak. J.F. Kramer adalah seorang indo-Belanda, ibunya keturunan ningrat Jawa.

Saridjah, atau kita sekarang mengenalnya sebagai Ibu Soed, adalah putri bungsu dari dua belas orang bersaudara.

Baca Juga : Pemerintah Tingkatkan Perhatian ke Industri Galangan Kapal

Ayah kandung Saridjah, Mohamad Niung, adalah seorang pelaut asal Bugis yang menetap lama di Sukabumi kemudian menjadi pengawal J.F. Kramer.

HKS Bandung

Selepas mempelajari seni suara, seni musik dan belajar menggesek biola hingga mahir dari ayah angkatnya, Saridjah melanjutkan sekolah ke Hoogere Kweek School (HKS) Bandung untuk memperdalam ilmu seni suara dan musik.

Tamat dari HKS, Ibu Soed mengajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Dari sinilah titik tolak dasar Saridjah mulai mengarang lagu. Pada tahun 1927, ia menjadi Istri Raden Bintang Soedibjo, dan kemudian dikenal dengan panggilan Ibu Soed, singkatan dari Soedibjo.

Ibu Soed dikenal sebagai tokoh musik tiga zaman (Belanda, Jepang, Indonesia). Kariernya di bidang musik bahkan sudah dimulai jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Suaranya pertama kali disiarkan dari radioNIROM Jakarta periode 1927-1928.

Informasi lain di wikipedia menyebutkan, setelah menamatkan pendidikan di HKS, Ibu Soed pernah menjadi guru musik di HIS Petojo, HIS Jalan Kartini, dan HIS Arjuna yang masih menggunakan Bahasa Belanda (1925-1941).

Melihat anak-anak Indonesia yang tampak kurang gembira saat itu, Ibu Soed berpikir untuk menyenangkan mereka dengan bernyanyi lagu ceria.

Didorong patriotismenya, Ibu Soed ingin mengajarkan kepada mereka menyanyi dalam Bahasa Indonesia. Dari sinilah Ibu Soed mulai menciptakan lagu-lagu yang bersifat ceria dan patriotik untuk anak-anak Indonesia.

Selain mencipta lagu Ibu Soed juga pernah menulis naskah sandiwara dan mementaskannya. Operette Balet Kanak-kanak Sumi di Gedung Kesenian Jakarta pada tahun 1955 bersama Nani Loebis Gondosapoetro sebagai penata tari dan RAJ Soedjasmin sebagai penata musiknya.

Saat aktif sebagai anggota organisasi Indonesia Muda tahun 1926, Ibu Soed juga membentuk grup Tonil Amatir yang dipentaskan untuk menggalang dana untuk acara penginapan mahasiswa Club Indonesia. Aktivitasnya tidak hanya menonjol sebagai guru dan aktivis organisasi pemuda, tetapi juga berperan dalam berbagai siaran radio sebagai pengasuh siaran anak-anak (1927-1962).

Diincar Penjajah
Aktif dalam pergerakan Nasional, Ibu Soed pernah menjadi incaran penjajah Belanda. Pada 1945 Ibu Soed pernah menjadi sasaran aksi penggeledahan oleh pasukan Belanda. Rumah Ibu Soed di Jalan Maluku No. 36 Jakarta dikepung pasukan Belanda,

Ibu Soed bisa lolos dari penggeledahan karena bantuan seorang Belanda, tetangganya. Tetangga Ibu Soed itu meyakinkan pasukan Belanda bahwa mereka telah salah sasaran. Disebutkan bahwa Ibu Soed hanyalah pencipta lagu dan suaminya seorang pedagang.

Walau selamat dari penggeledahan, Ibu Soed dan seorang pembantu tetap harus bersusah payah membuang pemancar radio gelap ke dalam sumur.

Iringi Lagu Indonesia Raya

Sebagai pemusik yang mahir memainkan biola, Ibu Soed turut mengiringi lagu Indonesia Raya bersama W.R. Supratman saat lagu itu pertama kali dikumandangkan dalam acara Sumpah Pemuda di Gedung Pemuda, tanggal 28 Oktober 1928.

Selanjutnya, lagu-lagu patriotik yang diciptakan Ibu Soed diilhami peristiwa yang terjadi dalam acara bersejarah tersebut. Pada tahun-tahun perjuangan, Ibu Soed juga bersahabat dengan Cornel Simanjuntak, Ismail Marzuki, Kusbini, dan tokoh-tokoh nasionalis lain.

Ibu Soed juga dikenal piawai dalam seni batik. Atas karya dan pengabdiannya, Ia menerima penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dari pemerintah Indonesia dan MURI.

Lagu Lagu Ibu Soed

Banyak lagu Ibu Soed yang menjadi abadi, beberapa antara lain: Hai Becak, Burung Kutilang, dan Kupu-kupu.

Ketika genting rumah sewaannya di Jalan Kramat, Jakarta, bocor, ia membuat lagu Tik Tik Bunyi Hujan.

Lagu wajib nasional yang dia ciptakan adalah Berkibarlah Benderaku dan Tanah Airku.

Lagu-lagu karya Ibu Soed lainnya juga populer, a.l. Nenek Moyang, Lagu Gembira, Kereta Apiku, Lagu Bermain, Menanam Jagung, Pergi Belajar, Himne Kemerdekaan, dll.

Lagu-lagu Ibu Soed, menurut Pak Kasur, salah seorang rekannya yang juga tokoh pencipta lagu anak-anak, selalu mempunyai semangat patriotisme yang tinggi.

Sebagai contoh, patriotisme terdengar sangat kental dalam lagu Berkibarlah Benderaku. Lagu itu diciptakan Ibu Soed setelah melihat kegigihan Jusuf Ronodipuro, seorang pimpinan kantor RRI menjelang Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947.

Saat itu Jusuf Ronodipuro menolak menurunkan Bendera Merah Putih yang berkibar di kantor RRI, walaupun dalam ancaman senjata api pasukan Belanda.

Ibu Soed selalu menciptakan lagu khusus untuk anak-anak. Diperkirakan lebih dari 200 lagu telah dibuat Ibu Soed, walau hanya separuh yang bisa terselamatkan dan bertahan sampai sekarang.

Jauh sebelum meninggal, Ibu Soed sempat mengungkapkan perasaannya. Ia menyayangkan bahwa lagu anak-anak sekarang telah menjadi serba komersial.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Templat:More citations

Ibu Soed

Ibu Soed

LahirSaridjah Niung
(1908-03-26)26 Maret 1908
Sukabumi, Jawa Barat, Hindia BelandaMeninggal26 Mei 1993(1993-05-26) (umur 85)
Jakarta, IndonesiaMakamBandung Barat, Jawa Barat, IndonesiaPendidikanHoogere Kweek School Bandung (Pendidikan Seni Suara dan Musik)PekerjaanStaf pengajar Hollandsch-Inlandsche School (HIS), Petojo, Jalan Kartini, dan Arjuna.Tahun aktif1927–1993Organisasi
  • Indonesia Muda (1926).
  • Tonil Amatir.
Dikenal atasPemusik, guru musik, komponis, penyiar radio, dramawan, seniman batikSuami/istriRaden Bintang SoedibjoAnakSri SufinatiOrang tuaMohammad NiungPenghargaan
  • Satyalancana Kebudayaan
  • Empu Lagu Anak-Anak Indonesia. Penghargaan Museum Rekor Indonesia. Menciptakan 480 lagu anak-anak Indonesia antara lain Burung Kutilang, Naik Delman,Kupu-Kupu, Naik-Naik ke Puncak Gunung, Desaku, Hai Becak, Berkibarlah Benderaku, Bendera Merah Putih dan Tanah Airku.
  • Perintis Batik Terang Bulan Konsepsi Bung Karno. Penghargaan Museum Rekor Indonesia. Mewujudkan konsepsi Bung Karno untuk menciptakan batik khas Indonesia yang diberi nama Batik Terang Bulan.[1]
  • Anugerah Penyiaran Ramah Anak 2018 kategori Pencipta Lagu Anak Legendaris (Penghargaan Khusus)
EtnisSunda-Bugis

Saridjah Niung atau lebih dikenal dengan nama Ibu Soed (26 Maret 1908 – 26 Mei 1993) adalah seorang pemusik, guru musik, pencipta lagu anak-anak, penyiar radio, dramawan dan seniman batik Indonesia. Lagu-lagu yang diciptakan Ibu Soed sangat terkenal di kalangan pendidikan Taman Kanak-kanak Indonesia.[2]

Kemahiran Saridjah di bidang musik, terutama bermain biola, sebagian besar dipelajari dari ayah angkatnya, Prof. Dr. Mr. J.F. Kramer, seorang pensiunan Wakil Ketua Hoogerechtshof (Kejaksaan Tinggi) di Jakarta pada masa itu, yang selanjutnya menetap di Sukabumi dan mengangkatnya sebagai anak. J.F. Kramer adalah seorang indo-Belanda beribukan keturunan Jawa ningrat, latar belakang inilah yang membuat Saridjah dididik untuk menjadi patriotis dan mencintai bangsanya.

Saridjah lahir sebagai putri bungsu dari dua belas orang bersaudara. Ayah kandung Saridjah adalah Mohamad Niung, seorang pelaut asal Bugis yang menetap lama di Sukabumi kemudian menjadi pengawal J.F. Kramer. Selepas mempelajari seni suara, seni musik dan belajar menggesek biola hingga mahir dari ayah angkatnya, Saridjah melanjutkan sekolahnya di Hoogere Kweek School (HKS) Bandung untuk memperdalam ilmunya di bidang seni suara dan musik. Setelah tamat, ia kemudian mengajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Dari sinilah titik tolak dasar Saridjah untuk mulai mengarang lagu. Pada tahun 1927, ia menjadi Istri Raden Bintang Soedibjo, dan ia pun kemudian dikenal dengan panggilan Ibu Soed, singkatan dari Soedibjo. Ibu Soed, ketika menciptakan lagu Nenek Moyangku seorang pelaut, terinspirasi dari ayah kandungnya yang berasal dari perantau pelaut dari Bugis.

Ibu Soed dikenal sebagai tokoh musik tiga zaman (Belanda, Jepang, Indonesia). Kariernya di bidang musik bahkan sudah dimulai jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Suaranya pertama kali disiarkan dari radio NIROM Jakarta periode 1927-1928.

Setelah menamatkan pendidikan di Hoogere Kweek School-Bandung, Ibu Soed kemudian menjadi guru musik di HIS Petojo, HIS Jalan Kartini, dan HIS Arjuna yang masih menggunakan Bahasa Belanda (1925-1941). Ia prihatin melihat anak-anak Indonesia yang tampak kurang gembira saat itu. Hal ini membuat Ibu Soed berpikir untuk menyenangkan mereka dengan bernyanyi lagu ceria. Didorong rasa patriotisnya, Ibu Soed ingin mengajar mereka untuk menyanyi dalam Bahasa Indonesia. Dari sinilah Ibu Soed mulai menciptakan lagu-lagu yang bersifat ceria dan patriotik untuk anak-anak Indonesia.

Selain mencipta lagu Ibu Soed juga pernah menulis naskah sandiwara dan mementaskannya. Operet Balet Kanak-kanak Sumi di Gedung Kesenian Jakarta pada tahun 1955 bersama Nani Loebis Gondosapoetro sebagai penata tari dan RAJ Soedjasmin sebagai penata musiknya.

Saat aktif sebagai anggota organisasi Indonesia Muda tahun 1926, Ibu Soed juga membentuk grup Tonil Amatir yang dipentaskan untuk menggalang dana untuk acara penginapan mahasiswa Club Indonesia. Aktivitasnya tidak hanya menonjol sebagai guru dan aktivis organisasi pemuda, tetapi juga berperan dalam berbagai siaran radio sebagai pengasuh siaran anak-anak (1927-1962).

Oleh karena reputasinya yang aktif dalam pergerakan Nasional saat itu, pada tahun 1945 Ibu Soed pernah menjadi sasaran aksi penggeledahan oleh pasukan Belanda. Rumah Ibu Soed di Jalan Maluku No. 36 Jakarta saat itu sudah dikepung oleh pasukan Belanda, namun tetangga Ibu Soed yang seorang Belanda meyakinkan mereka bahwa mereka salah sasaran, karena profesi Ibu Soed hanyalah pencipta lagu dan suaminya hanyalah pedagang. Walaupun selamat dari penggeledahan tersebut, Ibu Soed dan seorang pembantu tetap harus bersusah payah membuang pemancar radio gelap ke dalam sumur.

Sebagai pemusik yang mahir memainkan biola, Ibu Soed turut mengiringi lagu Indonesia Raya bersama W.R. Supratman saat lagu itu pertama kali dikumandangkan dalam acara Sumpah Pemuda di Gedung Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober 1928. Lagu-lagu patriotik yang diciptakannya diilhami peristiwa yang terjadi dalam acara bersejarah tersebut. Pada tahun-tahun perjuangan, Ibu Soed juga bersahabat dengan Cornel Simanjuntak, Ismail Marzuki, Kusbini, dan tokoh-tokoh nasionalis lain.

Ibu Soed juga dikenal piawai dalam seni batik. Atas karya dan pengabdiannya, Ia menerima penghargaan Satyalancana Kebudayaan dari pemerintah Indonesia dan MURI.

Banyak lagu Ibu Soed yang menjadi lagu populer abadi, beberapa antara lain: Hai Becak, Burung Kutilang, dan Kupu-kupu. Ketika genting rumah sewaannya di Jalan Kramat, Jakarta, bocor, ia membuat lagu Tik Tik Bunyi Hujan. Lagu wajib nasional yang dia ciptakan adalah Berkibarlah Benderaku dan Tanah Airku[note 1]. Lagu-lagunya yang lain banyak yang juga telah menjadi populer, a.l. Nenek Moyang, Lagu Gembira, Kereta Apiku, Lagu Bermain, Menanam Jagung, Pergi Belajar, Himne Kemerdekaan, dll.

Lagu-lagu Ibu Soed, menurut Pak Kasur, salah seorang rekannya yang juga tokoh pencipta lagu anak-anak, selalu mempunyai semangat patriotisme yang tinggi. Sebagai contoh, patriotisme terdengar sangat kental dalam lagu Berkibarlah Benderaku. Lagu itu diciptakan Ibu Soed setelah melihat kegigihan Jusuf Ronodipuro, seorang pimpinan kantor RRI menjelang Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947, di mana Jusuf menolak untuk menurunkan Bendera Merah Putih yang berkibar di kantor RRI, walaupun dalam ancaman senjata api pasukan Belanda.

Ibu Soed selalu menciptakan lagu khusus untuk anak-anak. Ia memperkirakan telah menciptakan lebih dari 200 lagu, walau hanya separuh yang bisa terselamatkan dan bertahan sampai sekarang. Jauh sebelum meninggal, Ibu Soed sempat mengungkapkan perasaannya yang menyayangkan bahwa lagu anak-anak sekarang telah menjadi serba komersial.[note 2]

Daftar lagu ciptaan Ibu Soed

  1. Anak Kuat
  2. Berkibarlah Benderaku
  3. Bendera Merah Putih
  4. Burung Kutilang
  5. Dengar Katak Bernyanyi
  6. Desaku
  7. Hai Becak
  8. Indonesia Tumpah Darahku
  9. Himne Kemerdekaan
  10. Kapal Api
  11. Kampung Halamanku
  12. Kupu-kupu yang Lucu
  13. Lagu Bermain
  14. Lagu Gembira
  15. Main Ular-Ularan
  16. Menanam Jagung
  17. Naik Delman
  18. Naik-Naik ke Puncak Gunung
  19. Nenek Moyang
  20. Pagi-pagi
  21. Pergi Belajar
  22. Tanah Airku
  23. Teka-Teki
  24. Tidur Anakku
  25. Tik Tik Bunyi Hujan
  26. Waktu Sekolah Usai

Saridjah menikah dengan Raden Bintang Soedibjo, seorang pengusaha pada tahun 1927. Sejak itulah ia lebih dikenal dengan sebutan Ibu Soed. Pada tahun 1954, suami Ibu Soed tertimpa musibah kecelakaan pesawat BOAC di Singapura. Di usia tuanya, Ibu Soed hidup ditemani cucu dan cicitnya. Ia bertekad untuk tetap mencipta lagu dan membatik tanpa mempedulikan usia. Meskipun bukan pengusaha batik, Ia ingin tetap menghargai nilai seni di balik budaya nasional tersebut. Di hari tuanya ia juga masih gemar berolahraga, jalan kaki setiap pagi sekitar tiga kilometer. Ibu Soed tutup usia pada tahun 1993, di usia 85 tahun.

  • Daftar lagu anak di Indonesia
  • Daftar lagu nasional Indonesia

  1. ^ Tanah Airku adalah lagu Indonesia yang ditulis oleh Ibu Sud. Lirik lagu ini berisi tentang keindahan alam Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Tanah Airku Tidak Kulupakan Kan Terkenang Selama Hidupku Biarpun Saya Pergi Jauh Tidak Kan Hilang Dari Kalbu Refrain Tanah Ku Yang Ku Cintai Engkau Ku Hargai Walaupun Banyak Negeri Ku Jalani Yang Masyhur Permai Di Kota Orang Tetapi Kampung Dan Rumahku Di Sanalah Ku Rasa Senang Refrain Tanah Ku Tak Ku Lupakan Engkau Ku Banggakan Tanah Airku Tidak Kulupakan Kan Terkenang Selama Hidupku Biarpun Saya Pergi Jauh Tidak Kan Hilang Dari Kalbu Refrain Tanah Ku Yang Ku Cintai Engkau Ku Hargai -->
  2. ^ Berikut ini lirik lagu anak-anak Lagu Gembira ciptaan Ibu Sud: Bernyanyi kita bernyanyi Karena bergirang hati Bersorak, bertepuk, berarak-arak Bersorak, bertepuk, berarak-arak Bersiul kita bersiul Tandanya kita berkumpul Bersorak, bertepuk, berarak-arak Bersorak, bertepuk, berarak-arak

  1. ^ "Perintis Batik Terang Bulan Konsepsi Bung Karno". Diakses tanggal 20 Januari 2009. [pranala nonaktif permanen]
  2. ^ Seni dan Budaya. Grafindo Media Utama. 2006. Diakses tanggal 20 Januari 2009. 

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Saridjah_Niung&oldid=20748606"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA