Jelaskan kondisi alam Indonesia pada zaman purba


Apa yang ada di benakmu jika mendengar tentang dunia saat masa purba? Mungkin, kamu akan membayangkan tentang keberadaan dinosaurus yang menguasai bumi, bukan? Ya, kamu gak salah kok. Namun, selain dinosaurus, masih ada banyak yang bisa dipelajari dari Bumi di zaman prasejarah.

Nah, kira-kira bagaimana gambaran dunia di masa purba, ya? Apa yang pernah terjadi pada masa lampau? Yuk, kita belajar sejarah tentang Bumi yang berusia muda saat zaman prasejarah.

1. Secara sains, Bumi terbentuk mula-mula pada 4,6 miliar tahun lalu

Sains mengungkap bahwa usia Bumi berkisar dalam rentang usia 4 hingga 4,6 miliar tahun. Tentu waktu tersebut adalah waktu yang amat sangat lama sehingga mewujudkan kehidupan yang kompleks seperti saat ini.

Laman sains Space mencatat bahwa Bumi pada awalnya terbentuk berdasarkan gaya penyusun awalnya yakni gravitasi. Partikel-partikel di tata surya saling berkumpul menjadi satu akibat gaya tarik gravitasi.

Gravitasi juga menangkap beberapa unsur gas yang akhirnya dapat membentuk lapisan atmosfer planet Bumi. Lapisan-lapisan partikel awal yang mengeras di inti planet menjadi mantel kerak yang akhirnya menjadi lempeng tektonik.

Tumbukan dan tabrakan hebat antara satu lempengan dengan yang lainnya menimbulkan beberapa area planet memuntahkan lahar panas hingga membentuk gunung berapi purba. Partikel di tata surya yang tak terkena panas Matahari telah membeku dan ikut tertarik oleh gravitasi Bumi.

Partikel-partikel besar berwujud es padat inilah yang akhirnya mencair di Planet Bumi dan akhirnya menjadi air yang saat ini menyelimuti 70 persen bagian Bumi. Seperti itulah Bumi terbentuk pada mula-mula menurut sains dan terus-menerus hingga selanjutnya suhu Bumi mulai menurun.

2. Bumi dipenuhi oleh air pada 3 miliar tahun lalu

Jarak atau rentang waktu selama 1 miliar tahun membuat suhu Bumi sudah turun secara drastis. Bahkan, diprediksi kondisi dunia pada saat itu hanya diisi oleh mayoritas air, seperti ditulis dalam Universe Today.

Daratan yang ada hanya sangat sedikit, mungkin tidak sampai 20 persen. Daratan Bumi pada saat itu juga tidak seperti daratan seperti saat ini dan benua saat itu belum terbentuk.

Para ilmuwan telah meneliti ratusan hingga ribuan batu-batuan yang terdapat di lapisan dalam di dasar lautan Bumi. Hasilnya, mereka menemukan terdapat unsur isotop oksigen yang berbeda-beda, yakni isotop oksigen ke-16 dan isotop oksigen ke-18.

Faktanya, perbedaan isotop oksigen ini sangat penting karena menggambarkan kadar gas alam yang terkandung dalam Bumi purba sehingga dapat diketahui bagaimana benua dan daratan Bumi yang luas dapat terbentuk.

Kesimpulan penelitian dan studi ini cukup mengagetkan karena menyimpulkan bahwa lautan sebelum benua terbentuk memiliki kadar kimiawi yang berbeda dengan lautan setelah benua terbentuk.

3. Bumi berada dalam masa “diam” pada 2 miliar tahun lalu dan itu masih menjadi misteri

Menurut para ilmuwan, Bumi pada 2 miliar tahun silam masuk dalam masa-masa saat Bumi menjadi “diam” dan tentu ini merupakan sebuah fenomena yang masih menjadi misteri terbesar di kalangan ilmuwan geologi dan ahli astronomi.

Menariknya, ada sebagian ilmuwan yang menyatakan bahwa masa tersebut menjadi masa-masa awal kehidupan biologis. Mereka percaya ada yang menciptakan hal tersebut secara tiba-tiba, meskipun gagasan ilmuwan tadi juga belum didukung dengan data yang valid.

Science Alert dalam lamannya menerangkan bahwa fase “diam” yang terjadi sekitar 2 miliar tahun lalu ini juga menjadi fase saat daratan dan benua di Bumi mulai terbentuk dan saling menyatu.

Proses pembentukan rangkaian benua ini terjadi dalam kurun waktu yang sangat lama, yakni berkisar antara 250 hingga 500 juta tahun. Penelitian para ahli geologi menyimpulkan bahwa Bumi pada 2 miliar tahun lalu memang berada dalam kondisi “diam” dan “hening”. Fase tersebut hanya terjadi pembentukan rangkaian benua secara perlahan.

4. Bumi saat 1 miliar tahun lalu mulai dapat menopang kehidupan kompleks

Setelah dunia berada pada fase “diam” pada 2 miliar tahun lalu, sekitar 500 juta tahun setelahnya Bumi diselimuti es yang bahkan menyebabkan kadar oksigen menjadi sangat langka di Bumi.

Setelah masa membeku terlewati, kondisi lingkungan Bumi menjadi lebih baik dan dapat menopang kehidupan yang lebih kompleks. Ditulis dalam New Scientist, sekitar 1 miliar tahun lalu terbentuk kehidupan kompleks yang dinamakan eukariota, yakni nenek moyang mula-mula dari tumbuhan dan hewan.

Eukariota dianggap kompleks pada zaman tersebut karena sudah memiliki nukleus dan organel yang bermembran. Organisme ini memiliki peranan dalam menurunkan materi genetik pada keturunan-keturunannya pada masa yang akan datang.

Makhluk hidup bersel tunggal tersebut pada akhirnya berevolusi dalam rentang waktu ratusan juta tahun dan membentuk dua klaster besar, yakni tanaman purba dan cikal bakal nenek moyang hewan purba.

5. Kehidupan kompleks benar-benar terbentuk di Bumi pada ratusan juta tahun lalu

Masa-masa ratusan juta tahun yang dilewati oleh Bumi telah membentuk banyak kehidupan yang lebih kompleks. Semuanya berasal dari evolusi eukariota bersel tunggal di masa lampau.

Laman sains New Scientist mencatat bahwa penelitian dan studi yang dilakukan oleh para ilmuwan membuktikan bahwa ada banyak sekali jenis kehidupan flora dan fauna pada rentang 100 hingga 900 juta tahun silam.

Kehidupan multisel pertama kali terbentuk pada 900 juta tahun silam dan salah satu jenis organisme multisel tersebut adalah choanoflagellates, organisme cikal bakal makhluk hidup multisel lainnya.

Sekitar 600 juta tahun yang lalu, mulai muncul bakteri dan kuman. Lalu, pada 500 juta tahun silam, mulai terbentuklah makhluk hidup yang dianggap sebagai nenek moyang ubur-ubur. Akhirnya, kehidupan kompleks di laut terjadi pada 400 juta tahun yang lalu saat kehidupan ikan bertulang keras dan ikan bertulang rawan mulai terbentuk.

Sementara, dinosaurus ada pada 225 juta tahun lalu dan merupakan hasil dari evolusi reptil amfibi yang muncul dari nenek moyang sebelumnya. Beberapa burung purba dalam famili dinosaurus telah berevolusi selama ratusan juta tahun menjadi unggas dan burung modern.

Untuk kerabat terdekat manusia, yakni hominid, ada pada rentang waktu sekitar 6 juta tahun lalu. Mereka juga berjalan tegap dan berbeda dengan kerabat-kerabat lainnya, seperti gorila dan simpanse. Untuk manusia (homo sapiens) ada pada era sekitar 300 ribu tahun yang lalu.

Itulah beberapa gambaran sederhana tentang Bumi pada masa purba. Ternyata, usia miliaran tahun dapat membentuk kehidupan dari kehidupan sederhana bersel tunggal hingga menjadi kehidupan kompleks seperti saat ini. Semoga dapat memperkaya wawasan kamu, ya!

Sumber : www.idntime.com (Dahli Anggara)

Lihat Foto

libcom

Ilustrasi Zaman Neolitikum

KOMPAS.com - Kala Holosen termasuk Zaman Kuarter periode kedua yang berlangsung kira-kira 11.700 tahun lalu hingga sekarang.

Zaman Holosen atau Alluvium adalah periode terakhir dari Zaman Neozoikum yang terjadi setelah kala Pleistosen.

Pada zaman ini, sebagian besar es di kutub telah lenyap dan menyebabkan naiknya air laut.

Salah satu dampaknya bagi Kepulauan Indonesia adalah tergenangnya Paparan Sunda dan Paparan Sahul.

Dengan demikian, daratan-daratan di Indonesia terpecah menjadi bentuk kepulauan seperti sekarang ini.

Selain itu, pada zaman Holosen telah hidup Homo sapiens atau manusia yang cerdas.

Oleh karena itu, kebudayaan sebagai ciptaan manusia mengalami perkembangan dan kemajuan luar biasa.

Baca juga: Peralatan Manusia Purba dan Fungsinya

Keadaan alam Kala Holosen

Keadaan alam pada awal Kala Holosen masih dipengaruhi oleh aktivitas gunung api, gerakan pengangkatan, dan pelipatan.

Kendati demikian, terdapat perubahan-perubahan penting, termasuk salah satunya perubahan iklim.

Berakhirnya masa glasial atau Pleistosen menyebabkan iklim menjadi panas dan sebagian es di kutub mencair.

Lihat Foto

Wikimedia Commons/Mauricio Antón

Ilustrasi kehidupan pada Zaman Neozoikum atau Kainozoikum

KOMPAS.com - Zaman Pleistosen atau Plestosen yang berlangsung selama beberapa juta tahun adalah masa terpanjang yang dilalui manusia dalam kehidupannya.

Pada zaman ini, kondisi bumi mulai membaik, tetapi keadaan alam masih tidak stabil.

Iklim, bentuk fisik bumi, dan berbagai faktor alam lainnya masih terus berubah.

Oleh karena itu, kehidupan manusia pada kala Pleistosen terpusat pada kegiatan mempertahankan diri di tengah-tengah alam yang penuh tantangan.

Dengan kemampuan yang masih terbatas, manusia purba hidup dengan cara berburu dan meramu.

Di Indonesia, masa berburu dan meramu dialami oleh manusia jenis Pithecanthropus (Homo erectus) dan manusia Wajak (Homo sapiens).

Tingkat penghidupan di kala Pleistosen yang mulanya sangat sederhana, terus mengalami kemajuan sesuai dengan pengalaman yang diperoleh manusia dari masa ke masa.

Kemajuan yang dialami berlangsung sangat lambat dan memperlihatkan ketergantungannya kepada alam lingkungannya.

Baca juga: Zaman Neozoikum atau Kainozoikum: Pembagian dan Ciri-ciri

Keadaan alam pada kala Pleistosen

Keadaan alam pada kala Pleistosen dapat diketahui dari hasil penyelidikan terhadap tanah endapan seperti yang dilakukan di Rodersdof, dekat Berlin.

Dari penyelidikan tersebut, diketahui bahwa pada kala Pleistosen muka bumi sering mengalami perubahan oleh gerakan endogen dan eksogen atau oleh perubahan iklim.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA