Apa perbedaan organisasi laba dan organisasi nirlaba?

Ketika anda mendatangi sebuah job fair atau pameran, mungkin anda menyadari bahwa ada beberapa organisasi yang tidak memproduksi barang atau jasa untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Organisasi organisasi tersebut menjual barang dan jasa untuk kemudian digunakan sebagai biaya operasi kegiatan mereka.

Kegiatan kegiatan mereka biasanya meliputi perlindungan satwa dan alam, pemenuhan hak asasi manusia dan kegiatan lain yang serupa. Organisasi organisasi inilah yang disebut organisasi non profit atau yang lebih kita kenal dengan istilah LSM (Lembaga Sosial Masyarakat) meskipun pada dasarnya bentuk organisasi ini juga tidak hanya LSM.

Organisasi jenis ini memiliki kesamaan dengan organisasi profit atau yang selama ini kita kenal dengan perusahaan. Kesamaannya adalah organisasi ini juga memproduksi barang dan jasa. Hanya saja produksi barang dan jasa ini lebih ditujukan untuk pembiayaan kegiatan dan misi serta bukan untuk keinginan pribadi.

Selain tujuan operasi, berikut ini perbedaan antara organisasi profit dan organisasi non profit:

1. Komponen pembiayaan

Meskipun sama sama memproduksi barang dan jasa, organisasi non profit tidak hanya menyandarkan biaya kegiatannya dengan menjual komoditas tersebut. Mereka memiliki jalur pembiayaan lain seperti bantuan dari pemerintah, yayasan tertentu, atau crowd funding (pembiayaan melalui donasi online).

Seringkali organisasi non profit juga merupakan bagian dari yayasan yang didirikan oleh organisasi profit sebagai bentuk CSR (community social responsibility). Untuk organisasi non profit jenis ini biasanya sumber pendanaan utamanya dari dana CSR perusahaan tersebut.

Contoh organisasi non profit yang merupakan yayasan secara tidak langsung dibawah naungan perusahaan adalah Djarum Foundation dan Tanoto Foundation.

2. Staff

Organisasi profit merekrut karyawan sebagai tenaga kerja yang digaji. Karyawan dituntut untuk memiliki produktivitas dan kreativitas yang tinggi sedemikian hingga mampu meningkatkan pendapatan perusahaan. Karyawan yang memiliki level tinggi di manajemen tidak jarang juga ditawari atas kepemilikan saham perusahaan.

Tentu hal ini berbeda dengan organisasi non profit. Organisasi non profit sangat mengandalkan relawan. Ada kalanya relawan ini adalah relawan yang dibayar, akan tetapi seringkali juga tidak dibayar dan benar benar sukarela. Meskipun sama sama harus memiliki kreativitas dan produktivitas, staff organisasi non profit lebih didorong untuk memiliki dampak lebih terhadap lingkungan dan masyarakat.

Untuk organisasi profit, biasanya mereka merekrut tenaga kerja melalui job fair, online job vacancies website atau campus hiring. Organisasi non profit juga merekrut tenaga kerja dengan cara cara seperti itu, tetapi mereka juga mencari tenaga kerja sukarela melalui website dan akun kerelawanan seperti indorelawan.org, idvolunteering, UN Volunteers dan lain lain.

3. Keragaman customer

Organisasi profit biasanya sudah mendefinisikan karakteristik pangsa pasar mereka demi membentuk komunikasi yang baik antara perusahaan dan calon customer. Lain halnya dengan organisasi non profit.

Jenis organisasi yang terakhir ini tidak menembak pangsa pasar tertentu. Pangsa pasar mereka secara umum hanylah masyarakat luas yang bersedia membantu mereka dalam menjalani misi mereka.

4. Budaya organisasi

Tolok ukur keberhasilan kinerja sebuah organisasi profit adalah bagaimana organisasi profit tersebuut dapat mencapai atau melebihi target dari KPI (key performance indicator) yang telah mereka tetapkan. Biasanya variabel variabel dalam KPI tersebut berkaitan dengan pembentukan pendapatan perusahaan.

Lain halnya dengan organsiasi non profit. Meskipun pasti juga memiliki target dan KPI dalam menjalankan misi mereka, target dan KPI ini umumnya lebih menekankan kepada dampak yang diterima oleh lingkungan dan masyarakat karena adanya misi tersebut.

Contoh, jika target organisasi profit adalah peningkatan pendapatan tahunan (YoY%) adalah sebesar 10%, maka target oraganisasi non profit adalah peningkatan kemampuan membaca dan menulis huruf latin bagi masyarakat desa XXX.

5. Pajak

Organisasi non profit tidak perlu membayar pajak. Pun demikian dana perusahaan yang digunakan untuk kegiatan CSR juga tidak perlu dihitung sebagai komponen pajak. Oleh karena itu biasanya pemerintah mengawasi betul kegiatan organisasi non profit ini.

Sebaliknya organisasi profit harus membayar pajak dan tidak boleh mangkir. Ancaman mangkir dari pajak untuk organisasi non profit adalah denda atau penjara.

Di samping memiliki banyak organisasi profit, Indonesia juga banyak memiliki organisasi non profit. Jika anda tertarik untuk mengikuti kegiatan volunteer anda bisa bergabung dengan lembaga lembaga dibawah ini:

    1. Indonesia Corruption Watch jika anda tertarik membahas isu isu politik;
    2. Kalyanamitra dan Rifda Annisa jika anda tertarik untuk membahas pemenuhan hak perempuan dan kesetaraan gender;
    3. Palang Merah Indonesia jika anda tertarik dengan bidang kesehatan;
    4. Dompet dhuafa, Aksi Cepat Tanggap (ACT) atau Kick Andy Foundation jika anda tertarik dengan bidang sosial kemasyarakatan;
    5. World wildlife Indonesia apabila anda tertarik dengan isu lingkungan seperti konservasi hewan liar dan langka, penghijauan dan lain lain;;
    6. UN Volunteer apabila anda bosan ikut kegiatan relawan di Indonesia dan ingin mencari kegiatan kerelawann di luar negeri. UN Volunteer adalah lembaga kerelawanan yang didirikan oleh United Nation untuk mencari relawan dari seluruh dunia untuk kegiatan di seluruh dunia pula. Anda bisa memilih online volunteering jika anda enggan atau tidak bisa pergi ke negara tempat anda menjadi relawan.

Apabila anda masih belum mengerti kegiatan relawan seperti apa yang anda inginkan, anda bisa mendaftar di indorelawan.org dan mengikuti instagram idvolunteering untuk mendapatkan informasi mengenai kegiatan kerelawanan di seluruh Indonesia.

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang perbedaan organisasi non profit dengan organisasi profit, semoga bermanfaat bagi Anda semua.

Organisasi nirlaba (non-profit organisation) adalah organsisasi yang tujuan utamanya mendukung suatu isu atau persoalan di masyarakat tanpa mengomersialkannya atau mencari keuntungan moneter. Contoh organisasi jenis ini adalah gereja, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik umum, organisasi politik, bantuan masyarakat, jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, lembaga kajian, museum, dsb.

Perbedaannya dengan Organisasi Laba

Banyak hal yang membedakan keduanya. Dalam hal kepemilikan misalnya, tidak jelas siapa sesungguhnya ‘pemilik’ organisasi nirlaba, donatur, penerima manfaat (klien), atau anggotanya? Di organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung (laba) dari usaha, kegiatan, atau operasi yang dilakukan organisasinya. Organisasi nirlaba membutuhkan donatur sebagai sumber pendanaan, sementara organisasi laba menggunakan keuntungan usahanya sebagai sumber pendanaan organisasi.

Dalam pembagian peran serta tanggung jawab, di organisasi laba yang menjadi dewan komisaris jelas. Selain melakukan pengawasan, dewan inilah yang memilih pimpinan direksi atau pelaksana serta memberikan nasihat kepadanya. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak semudah itu karena anggota dewan komisaris bukanlah ‘pemilik’ organisasi.

Pajak bagi Organisasi Nirlaba

Sebagai entitas atau lembaga, maka organisasi nirlaba juga merupakan subjek pajak, seluruh kewajiban subjek pajak harus dilakukan tanpa kecuali. Namun, tidak semua penghasilan yang diperoleh merupakan objek pajak.

Pemerintah RI memperhatikan bahwa badan sosial beroperasi bukan untuk mencari laba, sehingga pendapatan utamanya diklasifikasikan sebagai bukan objek pajak. Tetapi di banyak negara lain, organisasi nirlaba bisa mengajukan organisasinya untuk status bebas pajak. Dengan demikian, mereka akan terbebas dari pajak penghasilan dan jenis pajak lainnya.

Baca juga:  Kanal Indonesia tanpa Stigma

Legalitas

  1. Pendiri minimal terdiri dari 3-5 orang;
  2. Disahkan di hadapan notaris, dibuatkan akta pendirian organisasi menggunakan KTP tiap pendiri yang semuanya wajib hadir saat penandatanganan;
  3. Membuat draft visi, misi, tujuan organisasi, struktur, dll. berkaitan dengan organisasi;
  4. Memiliki NPWP yang prasyaratnya dibawa ke kantor pajak terdekat, langsung jadi dan tanpa biaya. Prasyarat pembuatan NPWP organisasi adalah sebagai berikut:
    1. Fotokopi KTP ketua organisasi;
    2. NPWP ketua organisasi;
    3. Fotokopi akta notaris; Fotokopi surat keterangan domisili (sekretariat) organisasi dari desa atau kelurahan;
    4. Stempel organisasi;
  5. Jika kegiatan organisasi berhubungan dengan politik atau kegiatan berskala nasional, kadang diperlukan legalitas yang lebih seperti didaftarkan di Badan Kesatuan Kebangsaan di kabupaten/kota atau provinsi jika memiliki cabang di kota lain dalam provinsi.

Jenis Organisasi Nirlaba

Di Indonesia setidaknya terdapat tiga jenis organisasi nirlaba, yaitu:
1. Yayasan; 2. Perkumpulan;

3. Organisasi Kemasyarakatan.

Organisasi nirlaba atau organisasi non profit (tanpa laba) ialah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik untuk suatu tujuan yg tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi keagamaan seperti kumpulan ibu-ibu pengajian, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh.

Ciri-ciri organisasi nirlaba :

1) Sumber daya entitas berasal dari para anggota organisasi yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atas manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

2) Menghasilkan barang atau jasa tanpa bertujuan mencari keuntungan dan kalau suatu entitas menghasilkan laba,

169

maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.

3) Tidak memiliki kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuiditas atau pembubaran entitas.

Perbedaan organisasi laba dan nirlaba :

Banyak hal dapat kita bedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya (laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya pemimpin dari organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi laba, pemiliknya sudah jelas memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai sumber pendapatannya dalam menjalankan tujuannya. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber pendapatanyang jelas, yakni dari keuntungan usaha yang mereka jalankan. Dalam hal tanggung jawab dalam organisasi, pada organisasi laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak bisa dilakukan. Anggota Dewan Komisaris bukanlah pemilik organisasi.

Organisasi nirlaba (tidak ada laba) membutuhkan pengelolaan yang berbeda dengan organisasi profit dan pemerintahan. Pengelolaan organisasi nirlaba dan kriteria-kriteria pencapaian kinerja organisasi tidak berdasar pada pertimbangan ekonomi yang dihasilkan tetapi sejauh mana masyarakat yang dilayaninya diberdayakan sesuai dengan konteks hidup dan potensi-potensi kemanusiaannya. Sifat sosial & kepedulian merupakan ciri khas pelayanan organisasi-organisasi nirlaba. Kita sebagai manusia menjadi pusat sekaligus agen perubahan dan pembaruan masyarakat

170

untuk mengurangi kemiskinan, menciptakan kesejahteraan, kesetaraan gender, keadilan, kedamaian, bebas dari konflik

dan kekerasan. Kesalahan dan kurangnya

pengetahuanterhadap mengelola organisasi nirlaba, justru akan menjebak masyarakat hidup dalam kemiskinan, ketidakberdayaan, ketidaksadaran gender, konflik dan kekerasan sosial. Pengelolaan organisasi nirlaba, kita membutuhkan kepedulian dan integritas pribadi dan organisasi sebagai agen perubahan masyarakat, serta pemahaman yang komprehensif dengan memadukan pengalaman-pengalaman pasti dan teori manajemen yang baik atau unggul dan mumpu sebagai hasil dari proses pembelajaran bersama masyarakat.Mengenaipembangunan organisasi nirlaba yang unggul, berkelanjutan dan memberikan energi perubahan dan pembaruan bagi masyarakat, Bernardine R. Wirjana, profesional dalam bidangpemberdayaan masyarakat, yang selama dua dasawarsa menjadi pelaku manajemen organisasi nirlaba, mengabadikan proses pembelajaran atas pengalaman-pengalaman lapangan dan teori-teori manajemen terkini dalam bidang pemberdayaan masyarakattersebut.

Pentingnya Public Relations Dalam Organisasi Nirlaba :

Karena sifat organisasi nirlaba yang bersifat mandiri dan sukerela maka PR dalam hal ini harus melakukan kampanye untuk meyakinkan dan membangkitkan kesadaran dan tanggung jawab sosial masyarakat tentang nilai aktivitasnya melalui kampanye yang terus menerus agar mereka bersedia mendukung (khususnya dana) terlibat dan tetap percaya dalam program yang dilakukan. Kampanye juga diharapkan dalam mengembangkan saluran komunikasi dengan publik sehingga dapat menciptakan dan memelihara iklim yang menguntungkan untuk pengumpulan dana. Organisasi nirlaba harus dituntut untuk mampu membuat program PR seperti : tulisan (PR writing), buku mini, brosur, naskah pidato (radio/televisi), dan film.

171

Dengan menggunakan beragam media komunikasi, seperti publisitas pers, iklan, pidato umum, peragaan, pameran, majalah, artikel majalah, kisah, berita. Hal ini menujukan untuk memberi informasi dan memotivasi harus melakukan utama organisasi (karyawan dan sukarelawan) untuk mengabdikan diri mereka dan berkarya secara produktif untuk mendukung misi, tujuan dan sasaran organisasi. Sama dengan PR pada organisasi lainnya, tujuan PR dalam organisasi nirlaba : menentukan sikap publik terhadap organisasi (pencitraan), menilai kesan publik terhadap organisasi, mencari apakah publik mengetahui tujuan, pelayanan dan pelaksanaan organisasi, menentukan kesalahpahaman yang terjadi, melaksanakan penelitian opini yang sangat penting untuk menyusun kebijaksanaan, perencanaan dan penilaian efektifitas program humas. Mengidentifikasi publik : anggota penyumbang/ donatur, pekerja sukarela, pemuka pendapat (OpinionLeader), atau publik umum.

Keadaan Organisasi Nirlaba di Indonesia :

Di Indonesia, sebagian besar organisasi non prorfit(laba) dalam keadaan lesu darah. Mereka sesuai dengan namanya kebanyakan miskin dana. Perbedaan mencolok terlihat dengan organisasi non profit yang memiliki induk di luar negeri. Kondisi ini sudah pasti memberi pengaruh terhadap kuantitas dan kualitas dari gerak roda organisasi. Seharusnya organisasi non profit tidak jauh beda dengan organisasi profit, harus memiliki missions statement yang jelas, fokus dan aplikatif. Pernyataan misi organisasi sebaiknya sederhana dan mudah dipahami oleh stakeholder organisasi. Kelemahan dari organisasi nirlaba Indonesia ialah tidak fokusnya misi. Sering misi dibuat dengan pilihan kata yang mengambang dan dapat multitafsir. Kalau kita sortir berdasarkan kata, maka kata yang paling banyak muncul barangkali kata sejahtera, adil, merata, berkesinambungan. Misi ini

172

selanjutnya diterjemahkan kedalam sasaran-sasaran yang biasanya akan menjadi makin meluas dan tidak fokus. Kondisi ini juga berimbas pada rancangan struktur organisasi nirlaba Indonesia. Struktur organisasinya memasukkan semua bidang, rata-rata memiliki lebih dari 20 bidang. Banyak yang masih mengadaptasi organisasi politik karena dijaman orde baru hampir semua organisasi nonprofit yang berdiri menjadi underbow partai Golkar.Masyarakat sekarang ini sudah dengan mudah mengakses informasi dari seluruh penjuru dunia, mereka juga dengan mudah menjalin komunikasi serta menjadi anggota organisasi nirlaba asing. Disamping itu, komunitas yang tumbuh dan berkembang di dunia maya sendiri, telah menarik populasi yang sangat besar. Makin hari, organisasi konvensional makin ditinggalkan, yang dapat berkompetisi

kedepanhanyalah organisasi yang mampu

mengkombinasikan aktivitasnya dengan teknologi informasi. Kepemimpinan di seluruh organisasi memegang peranan yang vital, demikian pula dalam organisasi nirlaba.

Kriteria pemimpin organisasi nirlaba yang paling utama ialah memiliki kemauan. Dalam konteks ini, pemimpin harus memiliki niat dan bukan dipaksa oleh orang lain. Dengan memiliki kemauan, otomatis akan memiliki pandangan terhadap apa saja yang harus dikerjakan dikemudian hari, serta mengetahui konsekuensi atas pengorbanan yang harus dijalani sebagai pemimpin organisasi nirlaba. Kriteria kedua ialah memiliki kapasitas untuk mendengar dan menyelesaikan permasalahan. Mendengar merupakan kriteria yang penting bagi pemimpin dalam organisasi nirlaba karena pemimpin akan selalu berinteraksi dengan banyak orang, mulai dari para relawan sampai dengan orang-orang yang menjadi objek dari organisasi. Kriteria ketiga ialah memiliki kemampuan mengkader. Dengan mengkader maka keberlangsungan organisasi akan dapat terjamin. Pemimpin yang sukses ialah pemimpin yg bukan menghambat kemunculan kader-kader

173

yang lebih muda, tetapi justru memberi inspirasi dan motivasi bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang. Sesungguhnya pemimpin yang berhasil mengkader ialah pemimpin yang berhasil membesarkan namanya sendiri secara tidak langsung. Kriteria keempat ialah memiliki kemampuan dalam hal pengumpulan dana. Hal ini sangat terkait dengan kemampuan determinasi serta kecerdasan pemimpin dalam merajut relasi antara donatur, volunteer danmasyarakat. Organisasi nirlaba telah banyak yang mengaplikasikan kriteria-kriteria tersebut untuk memilih pemimpinnya. Tapi sayang karena belum memiliki managemen pengumpulan danayang baik, kriteria kemampuan finansial dari calon pemimpin sering dikedepankan. Hitler dalam perang dunia pertama menyatakan bahwa yang paling penting dalam perang ialah uang, yang kedua ialah uang dan yang ketiga ialah uang. Memang uang penting bagi organisasi non profit, tapi mengelola organisasi non profit tentunya berbeda dengan mengelola armada perang. Dalam organisasi non profit, dibutuhkan manajemen pengumpulan dana yg bersifat jangka panjang. Istilah fundrising di organisasi nirlaba

sebenarnya lebih tepat kalau disebut sebagai

fundevelopment. Istilah ini signifikan karena bukan hanya

dana yang menjadi perhatian tetapi juga orang-orang yang terlibat sebagai donatur dan volunteer juga menjadi perhatian utama untuk membangun dukungan yang bersifat jangka panjang.

Contoh Organisasi Nirlaba :

1. Organisasi Kesejahteraan Sosial Masyarakat

2. Yayasan Sosial (Misalnya : Supersemar, Yatim Piatu dsb)

3. Yayasan dana (Misalnya : YDSF, Pundi Amal SCTV, RCTI Peduli, Dompet Dhu’afa;

4. Lembaga Advokasi (Misalnya : Kontras, YLKI, Perlindungan kekerasan dalam RT;

174

6. Konservasi lingkungan/satwa ( Misalnya : WALHI, Pro Fauna);

7. Rumah Sakit dan Organisasi Kesehatan Masyarakat; 8. Yayasan Kanker Indonesia;

9. PMI.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA