Rambut hidung merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh secara

Namun, sering kali orang-orang merasa bahwa keberadaan rambut-rambut halus tersebut merupakan hal yang mengganggu dan memalukan.

Oleh karena itu, mencabut rambut-rambut di hidung diyakini merupakan satu-satunya cara untuk mengatasinya. Akan tetapi, apakah tindakan tersebut aman dilakukan?

Ternyata, mencabut rambut-rambut di hidung secara sembarangan sangat tidak dianjurkan dan berisiko menimbulkan berbagai masalah kesehatan, lho.

Apa saja bahaya mencabut bulu hidung?

1. Bulu hidung tumbuh ke dalam

Terkadang, tindakan mencabut bulu atau rambut di tubuh dengan cara yang salah justru menyebabkan rambut tumbuh ke arah dalam kulit. Kondisi ini disebut dengan ingrown hair.

Tak hanya di hidung, ingrown hair bisa muncul di area mana saja yang sering mengalami pencabutan atau pencukuran rambut, seperti wajah, ketiak, serta selangkangan.

Ingrown hair biasanya berupa tonjolan atau benjolan kecil seperti jerawat yang terasa sakit dan gatal.

Kondisi ini umumnya akan menghilang sendiri, namun Anda bisa memeriksakan diri ke dokter jika benjolan tidak kunjung hilang atau sering muncul.

2. Risiko terkena asma

Mencabut rambut-rambut halus di hidung juga bisa meningkatkan risiko Anda terkena asma, meskipun Anda belum pernah menderita asma sebelumnya.

Hal ini diungkap melalui sebuah studi dari jurnal International Archives of Allergy and Immunology.

Studi tersebut melibatkan 233 partisipan yang dibagi dalam 3 kategori, yaitu yang memiliki sedikit, banyak, dan sama sekali tidak punya bulu hidung.

Hasilnya, partisipan yang memiliki sedikit rambut di hidungnya lebih berisiko menderita asma dibanding partisipan lainnya dengan rambut hidung yang lebih lebat.

Hal ini diduga karena rambut-rambut halus di hidung yang terlalu sedikit akan membiarkan lebih banyak partikel asing masuk ke dalam paru-paru. Pada beberapa orang, kondisi inilah yang bisa memicu asma.

3. Furunkulosis

Furunkulosis adalah infeksi pada folikel rambut yang terdapat di hidung Anda. Ya, kesalahan dalam mencabut bulu hidung juga berpotensi menyebabkan terjadinya infeksi dalam hidung.

Kondisi ini lebih umum ditemukan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk.

Pada kasus yang jarang terjadi, furunkulosis berisiko memicu komplikasi lain jika infeksinya menyebar ke bagian tubuh lain, seperti meningitis, selulitis, serta trombosis sinus.

Tips menghilangkan bulu hidung dengan aman

Setelah mengetahui bahaya mencabut bulu hidung di atas, bukan berarti Anda jadi tidak boleh mencabutnya sama sekali.

Tidak perlu khawatir, karena masih ada beberapa cara lain yang bisa Anda coba untuk merapikan rambut-rambut di hidung tanpa harus mencabutnya secara paksa.

1. Menggunakan gunting khusus

Menarik rambut hidung dengan gerakan yang kasar dan tiba-tiba dapat melukai hidung dan meningkatkan risiko infeksi.

Oleh karena itu, gunakan gunting dengan bentuk dan ukuran khusus, sehingga Anda tidak perlu mencabut bulu hidung Anda.

Guntinglah bagian rambut hidung yang panjang dan mencuat ke luar lubang hidung. Bahkan, saat ini sudah tersedia alat pencukur elektrik yang bisa digunakan khusus untuk hidung Anda.

2. Terapi laser penghilang rambut

Selain dengan menggunting, Anda juga bisa mencoba terapi laser penghilang rambut untuk hidung Anda.

Terapi ini biasanya dilakukan dengan ahli dermatologi, yang akan menyorot sinar laser untuk merusak folikel rambut hidung. Dengan demikian, rambut tidak akan lagi tumbuh dari hidung Anda.

Tentunya, Anda harus merogoh kocek lebih dalam untuk melakukan terapi ini.

Ditambah lagi, terapi ini memiliki beberapa efek samping, seperti iritasi kulit serta perubahan warna kulit.

Siapa yang suka bersin saat berada di ruangan yang berdebu? Atau siapa yang sering demam? Bersin dan demam pada dasarnya merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh atau imunitas untuk mencegah masuknya patogen seperti bakteri dan virus, karena tubuh kita akan bereaksi ketika ada patogen tertentu yang menyerang tubuh. Ini erat kaitannya dengan mekanisme pertahanan tubuh.

Dengan adanya sistem pertahanan tubuh, maka kita mampu menangkal berbagai zat asing yang diduga bisa merugikan kesehatan. Mekanisme pertahanan tubuh dibedakan menjadi 2, yaitu mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik dan mekanisme pertahanan tubuh spesifik. Apa bedanya?

Pertahanan Tubuh Nonspesifik

Pertahanan tubuh nonspesifik merupakan respons pertama terhadap patogen yang masuk ke dalam tubuh. Pertahanan tubuh nonspesifik berfungsi untuk melawan berbagai jenis infeksi yang umum terjadi tanpa melibatkan adanya proses seleksi dan memori terhadap jenis patogen tertentu. Mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik dibagi menjadi 2 tahap, diantaranya:

Pertahanan garis pertama dibedakan menjadi pertahanan secara fisik dan kimiawi. Pertahanan fisik merupakan barrier pertama yang mencegah patogen masuk ke dalam tubuh. Pertahanan fisik diperankan oleh kulit, membrane mukosa dan silia. Sedangkan pertahanan kimiawi merupakan senyawa kimia hasil sekresi yang berfungsi untuk membunuh patogen yang masuk.

(Baca juga: Teknologi untuk Mengatasi Kelainan Pada Sistem Peredaran Darah)

Beberapa contoh dari pertahanan kimiawi adalah keringat yang disekresikan oleh kelenjar keringat pada kulit berfungsi untuk membunuh mikroorganisme. Asam klorida (HCl) yang disekresikan oleh lambung berfungsi untuk membunuh patogen yang masuk bersamaan dengan makanan. Mukus atau lender di saluran pernafasan berperan untuk membunuh patogen yang masuk bersama dengan udara. Kelenjar saliva dan air mata mengandung enzim lisozim yang bersifat sebagai antibakteri.

Patogen yang berhasil melewati pertahanan garis pertama akan diatasi oleh pertahanan garis kedua. Pertahanan garis kedua meliputi fagositosis, inflamasi, demam, interferon, dan sistem komplemen.

  • Fagositosis, adalah proses dimana sel fagosit menelan atau memakan sel lain atau patogen.
  • Inflamasi atau peradangan, merupakan respon tubuh terhadap suatu infeksi yang ditandai dengan adanya pembengkakan, nyeri, panas, dan kemerahan.
  • Demam yang merupakan suatu kondisi ditandai dengan naiknya suhu tubuh diatas ambang normal. Demam berfungsi untuk menghambat penyebaran dan pertumbuhan patogen yang masuk.
  • Interferon merupakan suatu protein yang dihasilkan oleh leukosit akibat adanya infeksi virus. Terdapat 3 jenis interferon yaitu IFN-α, IFN-β, dan IFN-Y yang berfungsi untuk melawan virus.
  • Sistem Komplemen, protein komplemen dapat memberikan respon pertahanan dengan cara melekat pada dinding bakteri dan menyebabkan pembentukan lubang pada dinding bakteri, sehingga cairan dan ion dari sel bakteri akan keluar sehingga menyebabkan kematian sel bakteri.

Pertahanan Tubuh Spesifik

Pertahanan tubuh spesifik merupakanan pertahanan tubuh yang berfungsi untuk melawan patogen tertentu dan akan diaktifkan apabila pertahanan tubuh nonspesifik tidak mampu mengatasi infeksi patogen. Sistem pertahanan tubuh spesifik yaitu limfosit, dimana dibagi menjadi 2 macam yaitu lifosit T dan limfosit B.

Sel limposit T dibentuk di sumsum tulang belakang namun pematangannya terjadi di kelenjar timus. Kelenjar timus merupakan bagian dari sistem limfatik yang bertugas untuk memproduksi dan menyimpan sel-sel yang melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit. Ketika sudah matang, maka limfosit T juga akan menyebar ke seluruh tubuh. Ada 4 jenis sel limfosit T yaitu :

  • Sel T Sitotoksik, berfungsi menghancurkan bakteri, virus, dan patogen lainnya.
  • Sel T Penolong, berfungsi mengaktifkan sel T Sitotoksik dan memicu produksi antibody oleh sel limfosit B.
  • Sel T Supresor, berfungsi menekan produksi antibody yang dihasilkan oleh sel-sel B plasma.
  • Sel T memori, berfungsi mengingat antigen yang pernah menyerang tubuh.
  • Sel limfosit B

Limfosit B dibentuk dan dimatangkan di sumsum tulang belakang, dan ketika sudah matang atau siap digunakan akan menyebar ke seluruh tubuh. Sel limfosit B berfungsi membentuk sistem kekebalan humoral dengan menghasilkan antibodi ke dalam darah dan limfa.

Sel B ini juga mampu membentuk sel memori yang berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh dalam jangka panjang. Jika pada suatu saat antigen yang sama masuk kembali ke dalam tubuh maka sel memori ini akan segera memicu pembentukan antibodi oleh sel B plasma.

Suara.com - Tubuh manusia punya banyak cara untuk memberikan perlindungan dari berbagai masalah seperti bakteri, kuman, virus hingga polutan.

Bahkan mata juga punya cara memberikan perlindungan dari paparan butiran debu yaitu dengan mengeluarkan air mata yang membuat debu ikut keluar.

Sebab, salah satu fungsi air mata memang untuk memberikan perlindungan dari benda asing yang masuk ke mata. Sehingga air mata masuk dalam bentuk pertahanan tubuh. 

Ternyata, manusia juga memiliki berbagai bentuk pertahanan tubuh lain lho. Dikutip dari Ruang Guru, sistem pertahanan tubuh terbagi menjadi dua, yaitu sistem pertahanan tubuh nonspesifik dan spesifik.

Baca Juga: Kenali 4 Jenis Gangguan Sistem Pertahanan Tubuh yang Bisa Sebabkan Sakit

Ilustrasi. (Pixabay)

Sistem pertahanan tubuh nonspesifik
Pertahanan tubuh nonspesifik bekerja dengan menyerang segala macam antigen yang masuk ke dalam tubuh. Pertahanan tubuh nonspesifik terbagi menjadi dua yaitu;

1. Pertahanan nonspesifik eksternal
Pertahanan pertama tubuh yang paling luar dan tugasnya melindungi agar antigen tidak masuk ke dalam tubuh. Contohnya, kulit dan membran mukosa atau selaput lendir. 

Membran mukosa adalah kelenjar yang menghasilkan sekresi berupa lendir. Membran mukosa melapisi beberapa organ dalam seperti paru-paru, saluran pencernaan, serta beberapa bagian tubuh yang terpapar lingkungan luar seperti telinga, kelopak mata, dan lubang hidung. 

Air mata termasuk ke dalam pertahanan nonspesifik eksternal. Karena air mata membuang segala macam partikel asing yang masuk ke mata.

Ilustrasi (Shutterstock)

2. Pertahanan nonspesifik internal
Sistem pertahanan nonspesifik internal baru akan bekerja jika ada antigen yang berhasil masuk ke dalam tubuh. Pertahanan ini berupa sel darah putih, sel pembunuh alami, dan peradangan. 

Baca Juga: Modus Bisa Keluarkan Jin di Tubuh Manusia, Bapak Kost Cabuli Karyawan Swasta di Makassar

Sel darah putih terdiri dari neutrofil, monosit, dan eosinofil. Sel pembunuh alami bertugas untuk membunuh sel-sel yang terinfeksi. 

Disebut sel pembunuh alami karena sel-sel tersebut bisa langsung bereaksi untuk membunuh sel yang terinfeksi tanpa harus melakukan aktivasi. 

Sedangkan peradangan merupakan tanggapan atau respon tubuh terhadap antigen yang masuk ke dalam tubuh. Peradangan dapat dicirikan dengan adanya pembengkakan, demam, bisul maupun gatal-gatal.

Sistem Pertahanan tubuh spesifik
Pertahanan tubuh spesifik disebut juga pertahanan ketiga tubuh. Sebab baru bekerja jika antigen berhasil masuk ke dalam tubuh dan telah melewati sistem pertahanan tubuh nonspesifik internal. 

Sistem pertahanan tubuh spesifik yaitu limfosit. Limfosit terdiri dari dua macam yaitu limfosit B dan limfosit T.

Ilustrasi antibodi. [Swiftsciencewriting/Pixabay]

1. Limfosit B
Limfosit B dibentuk dan dimatangkan di sumsum tulang belakang, dan ketika sudah matang atau siap digunakan, akan menyebar ke seluruh tubuh. Limfosit B memiliki reseptor yang bisa ditempeli oleh antigen. 

Apabila ada antigen yang menempel di reseptor, hal tersebut akan merangsang limfosit B untuk berubah menjadi sel plasma. Sel plasma inilah yang menghasilkan antibodi. 

Tapi, antibodi yang dihasilkan khusus untuk antigen yang merangsang produksi sel tersebut. Sehingga, satu jenis antibodi hanya bisa menyerang satu jenis antigen saja.

2. Limfosit T
Limfosit T terbentuk di sumsum tulang belakang namun pematangannya terjadi di kelenjar timus. Kelenjar timus merupakan bagian dari sistem limfatik yang bertugas untuk memproduksi dan menyimpan sel-sel yang melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit. Ketika sudah matang, maka limfosit T juga akan menyebar ke seluruh tubuh.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA