Mpasi instan tahan berapa lama di suhu ruang

Tahukah Bunda? MPASI yang tidak langsung dimakan Si Kecil perlu disimpan dengan baik dan benar, lho. Hal ini penting untuk menjaga kebersihan dan nilai gizi makanan tersebut. Jika cara menyimpan MPASI sembarangan, MPASI bisa cepat basi dan tidak layak dikonsumsi buah hati Bunda.

Dibandingkan dengan MPASI instan, banyak ibu yang memilih membuat MPASI sendiri. Alasannya beragam, mulai dari menghemat biaya, bisa bebas mengkreasikan menu, hingga untuk mengetahui jenis makanan yang dapat memicu alergi pada bayi mereka.

Sebagian ibu lebih suka membuat makanan bayi sedikit demi sedikit atau untuk sekali makan saja. Namun, karena alasan lebih praktis, terkadang ibu membuat MPASI dalam jumlah yang lebih banyak agar dapat disimpan untuk beberapa waktu ke depan.

Cara Menyimpan MPASI yang Benar

Agar tidak terkontaminasi kuman dan nutrisinya tetap terjaga, MPASI harus disimpan dengan benar. Berikut adalah langkah-langkahnya:

1. Ketahui makanan yang bisa disimpan dalam jangka waktu lama

Sebetulnya semua jenis makanan bayi bisa disimpan untuk dimakan di kemudian hari. Akan tetapi, beberapa jenis makanan dapat berubah warna dan rasa, meskipun hal ini tidak selalu memengaruhi jumlah nutrisinya.

Brokoli, kembang kol, kacang hijau, wortel, kacang polong, persik, blueberry dan jenis berry lainnya, ubi, serta daging merupakan jenis makanan yang bisa disimpan dalam jangka waktu lama tanpa mengubah warna dan rasanya.

Ada beberapa makanan bisa berubah warna menjadi kecokelatan jika disimpan terlalu lama, seperti stroberi, apel,alpukat, dan pisang. Namun, perubahan warna tidak mengurangi nutrisi dan merubah rasa, sehingga masih aman untuk dikonsumsi bayi.

Sementara itu, telur, nasi, kentang, tahu, serta buah-buahan seperti anggur, mangga, melon, pepaya, pir, dan aprikot, dapat berubah rasa dan tekstur ketika disimpan terlalu lama. Karena rasa dan teksturnya bisa berubah, makanan tersebut sebaiknya tidak disimpan terlalu lama atau dimasak untuk porsi sekali makan saja.

2. Simpan MPASI pada wadah yang tepat

Simpanlah MPASI dalam wadah makanan yang kedap udara berbahan kaca atau plastik. Pastikan wadah plastik yang digunakan berlabel BPA free, ya. Guna menjaga kebersihannya, Bunda disarankan untuk menyimpan MPASI dalam satu wadah untuk sekali makan saja. Jadi, tidak perlu dibagi-bagi lagi, Bun.

Sementara itu, MPASI yang berbentuk cair, misalnya bubur atau puree, bisa disimpan di dalam ice cube atau cetakan es batu. Ini akan memudahkan Bunda untuk mengambil MPASI sesuai dengan porsi Si Kecil. Ingat, ice cube yang berisi MPASI cair tersebut harus dilapisi plastik lagi untuk mencegah kontaminasi kuman.

3. Tulis tanggal pembuatan MPASI

Agar tidak lupa, Bunda sebaiknya membuat label yang bertuliskan tanggal pembuatan dan menu makanan pada wadah MPASI. Hal ini untuk memudahkan Bunda memilih jenis makanan dan mencegah penyimpanan terlalu lama.

4. Simpan MPASI di freezer atau lemari es

Bunda bisa menaruh MPASI dalam freezer dengan suhu minimal 5°C selama 3–6 bulan. Namun, setelah 3 bulan biasanya akan ada perubahan warna, rasa, dan tekstur. Jadi, lebih baik gunakan MPASI yang disimpan sebelum 3 bulan, ya, Bun.

MPASI juga bisa ditaruh di rak kulkas, asalkan tidak lebih dari 2 hari. Selain itu, makanan yang sudah dicairkan dan dipanaskan sebaiknya tidak dibekukan lagi.

Setelah mengetahui tips di atas, yuk, terapkan cara menyimpan MPASI yang benar. Dengan begitu, nutrisi pada MPASI akan terjaga dan tidak kerkontaminasi oleh mikroorganisme jahat penyebab penyakit, serta rasa dan tekstur MPASI tidak cepat berubah.

Selain memastikan MPASI disimpan dengan cara yang tepat, Bunda juga perlu piawai dalam merancang dan mengolah menu MPASI, serta menjaga kebersihan peralatan MPASI.

Saat hendak memberikan MPASI yang telah disimpan kepada Si Kecil, ingatlah untuk selalu memeriksa warna, bentuk, dan aroma MPASI. Jika sudah berbau tidak sedap, berlendir, atau tampak jamuran, Bunda sebaiknya membuang MPASI tersebut karena sudah tidak layak untuk dikonsumsi.

Jika Bunda masih memiliki pertanyaan terkait cara menyimpan MPASI atau hal-hal lain yang terkait dengan MPASI, misalnya pemilihan menu dan takaran nutrisi yang cocok dengan kondisi Si Kecil, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter, ya.

Often searched:

  • berapa lama bayi bertahan setelah...

  • manfaat air tajin bagi bayi kucing

  • bolehkah bayi 6 bulan mkn biskuit regal

  • pampers bekas bayi boleh ga dibakar...

  • perbedaan nutribaby dan nutribaby royal

  • bayi umur berapa boleh pakai cusson...

  • terasa perih saat mengguanakan vagistin

  • bedak cussons baby bisa menghilangkan...

  • boleh mefinal dikonsumsi oleh anak umur

  • mengapa perut bayi 1 bulan bunyi

  • minggu 16 kehamilan

  • Perkembangan bayi minggu ke 16

  • Berbeda dengan makanan padat atau MPASI bayi yang diolah sendiri, MPASI instan tidak perlu disimpan di dalam lemari es selama belum dibuka.

    Nah, jangan lupa untuk menghangatkan kembali MPASI yang telah disimpan sebelumnya saat waktu makan bayi tiba dan biarkan hingga agak dingin sebelum disajikan.

    Perlukah menambahkan bumbu ke dalam MPASI?

    Sebelum menerapkan cara menyimpan MPASI yang tepat, sah-sah saja untuk menambahkan bumbu selama proses pengolahan MPASI bayi.

    Bumbu seperti gula, garam, maupun micin untuk bayi boleh ditambahkan ke dalam makanan guna menambah cita rasa.

    Bahkan, penambahan bumbu-bumbu tersebut biasanya dapat membuat bayi tidak susah makan sehingga lebih semangat menyantap makanannya.

    Keinginannya untuk makan dengan lahap ini secara tidak langsung dapat mencegah bayi mengalami masalah gizi.

    Sementara madu untuk bayi belum boleh diberikan sebelum usianya genap 12 bulan atau 1 tahun. Namun, Anda bisa mengganti madu dengan menambahkan keju untuk bayi maupun sari buah untuk bayi sebagai penguat rasa makanan.

    Selain lezat, keju dan sari buah juga mengandung beragam zat gizi untuk melengkapi kebutuhan harian si kecil, termasuk kandungan vitamin untuk bayi.

    Ketika usia bayi sudah 6 bulan maka dibutuhkan makanan tambahan pendamping asi atau MPASI. Apabila hanya mengkonsumsi ASI maka tidak akan terpenuhi kebutuhan nutrisinya dan bisa menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat. […]


    Penyelamat pertama saat Anda tak banyak memiliki waktu untuk menyiapkan makanan pendamping anak atau saat Anda sedang berlibur bersama bayi Anda adalah makanan pabrikan. Cara menyiapkan dalam waktu cepat dan sederhana menghemat banyak waktu Anda. Namun, nyatanya banyak anggapan bahwa makanan pabrikan kurang sehat karena mengandung zat-zat aditif seperti pengawet, pewarna dan penambah rasa. Betulkah?

    1. Makanan pabrikan bisa tahan lama, apakah karena mengandung zat pengawet? Jika iya, apakah aman untuk bayi?

    Makanan bayi yang dibuat oleh pabrik sama sekali tidak mengandung pengawet. Hal ini sudah menjadi peraturan dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dan Kodeks. Bila mengandung pengawet, maka makanan bayi pabrikan ini tidak akan mendapatkan ijin untuk dipasarkan. Makanan tersebut bisa awet karena teknologi freeze dry, yaitu mengeringkan seluruh bahan-bahan sebelum diolah. Kandungan airnya pun minimal, terbilang sampai nol. Jadi pada saat kering, bakteri tidak akan bisa tumbuh dan hidup.




    2. Berapa lama bubur bayi pabrikan dapat bertahan setelah kemasan dibuka?Makanan kemasan yang sudah dibuka, harus dihabiskan segera dalam 2 minggu. Jika lebih, bakteri akan mulai masuk dan berkembang di dalam makanan tersebut. Simpan makanan yang sudah dibuka dengan cara memasukkannya ke dalam wadah atau stoples kedap udara dan simpan di tempat yang kering –tidak lembap- untuk menjaga higienitasnya.


    3. Rasa makanan pabrikan cenderung gurih, apakah ada kandungan MSG atau garam yang banyak di dalamnya?

    Berdasarkan Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) tahun 1987, MSG dimasukkan ke dalam kategori Acceptable Daily Intake (ADI) not specified, artinya MSG dapat digunakan secukupnya yang diatur sesuai dengan cara produksi pangan yang baik. Jumlah bahan tambahan makanan ini dikonversikan per kilogram berat badan dan bila dikonsumsi setiap hari selama seumur hidup tidak akan memberikan risiko bagi kesehatan. Meskipun demikian, MSG tidak diperkenankan untuk dikonsumsi bayi berusia kurang dari 12 minggu (3 bulan).

    Oleh sebab itu, MSG tidak terdapat dalam makanan bayi kemasan yang telah terseleksi BPOM dan kodeks. Kalaupun ada tambahan seperti garam dan gula tetap ada aturannya. Sebagai seleksi, Anda wajib membaca dan mencermati label di kemasannya meliputi kadar garam yang biasanya tertulis natrium atau sodium, dan kadar gula.



    4. Makanan pabrikan mengklaim bahwa produknya mengandung sayuran dan buah asli, apakah itu benar?

    Benar, melalui pengawasan ketat BPOM, bahan yang digunakan oleh produsen makanan bayi instan adalah bahan-bahan alami. Jika mengandung ikan, maka benar-benar bersumber dari ikan, atau bila memiliki rasa ayam, maka dapat dipastikan menggunakan ayam asli. Teknik pengolahan bahan makanan yang menjadi bahan utama dalam MPASI instan adalah teknik penepungan (milling) yaitu pengolahan bahan makanan dengan cara dihaluskan menjadi tepung atau bubuk.


    5. Bahan makanan apa yang paling cocok diolah menjadi MPASI pabrikan?Umumnya MPASI instan terbuat dari campuran tepung beras, susu skim dan minyak nabati. Untuk meningkatkan kandungan gizi, bahan-bahan tersebut dapat diganti dengan bahan pangan lokal sumber protein dan vitamin A. Salah satunya adalah ikan patin yang kaya protein. Selain itu, labu kuning yang mengandung betakaroten tinggi sebagai sumber vitamin A dan protein yang memiliki daya cerna sebesar 99% bisa diselipkan sebagai bahan pembuat makanan pendamping pabrikan.



    6. Apakah kandungan zat gizi pada MPASI pabrikan lebih baik daripada MPASI rumahan?
    Beberapa MPASI pabrikan sudah melewati proses fortifikasi atau penambahan zat gizi tertentu untuk membantu ibu memenuhi keutuhan zat gizi bayi. Sebagai contoh zat gizi yang difortifikasi adalah zat besi. Pemenuhan zat besi sebesar 11 mg per hari untuk bayi usia 6-8 bulan sangatlah dibutuhkan, sebab pada usia ini bayi rentan kehilangan zat besi. Bahan makanan alami hanya mengandung sedikit zat besi, misalnya pisang yang mengandung 0,31 mg zat besi dan tepung beras dengan kandungan zat besi sebesar 0,1 mg. Oleh karenanya, Anda bisa memberikan makanan pendamping pabrikan (mengandung 2,26 mg zat besi) bergantian dengan bahan makanan alami. Zat gizi lain yang biasanya difortifikasikan ke dalam makanan pabrikan antara lain vitamin, DHA, omega 3 dan mineral.

    7. Apakah boleh mencampur makanan instan dengan bahan makanan segar?

    Boleh saja, namun usahakan menyampurnya dengan bahan lain yang tidak terkandung dalam bubur instan yang Anda pilih. Dengan demikian anak mendapat zat gizi yang lengkap dan bisa mengenal aneka rasa dan tekstur makanan yang berbeda-beda. Misalnya, bubur beras putih instan dicampur dengan ayam dan brokoli. Atau jika bubur instan yang Anda beli mengandung sayur, maka campur dengan hati ayam atau ikan dori.

     


    8. Saat memasaknya, apakah harus menggunakan air mendidih atau cukup air panas saja? Setiap makanan kemasan memiliki petunjuk penyajian, termasuk suhu air yang disarankan untuk mencampurnya, terutama pada jenis bubur bayi instan berbentuk bubuk atau tepung. Namun ada pula jenis bubur bayi berbentuk tepung alami (tepung gasol) yang harus dimasak di atas api hingga matang dan tidak bisa diseduh dengan air panas saja. Berbeda dengan bubur tepung instan yang melalui proses pemasakan, lalu dikeringkan dan dihaluskan terlebih dahulu, tepung alami tidak melalui proses ini. Tepung alami sama saja dengan bahan makanan mentah denga bentuk yang sudah dihaluskan.

    9. Dalam sehari, apakah saya boleh hanya memberikan makanan pabrikan saja?

    Pemberian makanan bayi berbentuk instan yang dilakukan rutin dan terus menerus membuat bayi tidak mengenal bahan makanan alami yang biasanya disajikan di rumah. Selain itu, bayi kehilangan kesempatan untuk mengenal cita rasa asli makanan, sebab kebanyakan makanan bayi instan adalah makanan campuran yang diolah bersamaan.Meskipun bayi belum tumbuh gigi dan makanan yang diberikan dalam bentuk bubur halus, namun Anda tetap harus memberikan makanan pendamping yang penuh gizi. Artinya, ada sumber karbohidrat protein, vitamin, mineral bahkan lemak. Seiring dengan bertambahnya usia, tingkatkan tekstur makanan menjadi lebih padat dan kasar untuk melatih rahang dan lidahnya bergerak.



    10. Lebih baik mana, makanan instan yang berbentuk pure botolan atau bubur bayi instan yang diseduh?Semua jenis kemasan MPASI instan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berbagai varian yang tersedia membuat Anda leluasa memilih yang sesuai dengan kebutuhan dan situasi. Kemasan kotak kardus bisanya terdiri atas kemasan primer berupa plastik aluminium foil dan kemasan sekunder berupa kotak kardus (kemasan luar). Kemasan seperti ini mampu melindungi makanan dari sinar matahari langsung, lebih ringan dan praktis. Namun kemasan ini rentan terhadap kondisi lembap, sehingga dapat robek.Lain halnya dengan kemasan kaleng yang mampu melindungi makanan dari sinar matahari langsung, kedap air, udara, dan mikroba. Kemasan ini lebih berat, rentan terhadap benturan serta kondisi lembap, sehingga bisa berkarat. Sedangkan kemasan botol kaca yang biasanya memuat makanan bayi berbentuk bubur ataupun bahan segar rentan terhadap benturan. Kemasan praktis lainnya adalah kemasan plastik yang lebih ringan dan tidak mudah pecah. Kemasan jenis ini juga mampu mencegah reaksi kimia antara bahan kemasan dengan makanan atau minuman yang dikemasnya. Namun kemasan plastik cenderung buram sehingga kita tidak bisa melihat dengan jelas makanan di dalamnya. Setelah dibuka, tutupnya mudah terbuka lagi. Bila Anda kurang cermat dalam menyimpannya, bisa membuat makanan di dalamnya remuk.



    11. Apakah semua vitamin bisa difortifikasi ke dalam makanan pendamping pabrikan?Yang dimaksud dengan fortifikasi adalah penambahan vitamin atau zat tertentu pada makanan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai gizinya. Pemilihan vitamin atau mineral yang akan ditambahkan biasanya tergantung pada sifat vitamin itu sendiri. Misalnya vitamin C yang sangat mudah rusak akibat proses pemanasan, maka proses penambahanya disesuaikan dengan sifat mudah rusaknya. Selanjutnya contoh produk pangan tersebut melewati serangkaian pengujian organoleptik dan pen¬gujian kestabilan vitamin selama proses pengolahan dan pe¬nyimpanan. Beberapa vitamin yang biasa difortifikasikan pada makanan, antara lain vitamin A, D, B, dan C.

    12. Bagaimana cara menyimpan makanan bayi instan yang tepat?

    Semua makanan bayi siap pakai telah diperkaya dengan vitamin, mineral dan aneka zat gizi penting bagi bayi. Untuk itu, hampir semuanya tidak tahan suhu panas. Maka hindari paparan langsung sinar matahari, dan perhatikan suhu ruang penyimpanannya, yaitu tidak lembap. Bila kemasan sudah dibuka, maka:1. Simpan sisa makanan bayi dalam wadah kedap udara. Tempelkan label yang berisi keterangan tanggal dibuka. Pastikan juga wadahnya selalu tertutup rapat dan terhindar dari sinar matahari langsung. 2. Simpan sisa bubur dalam kemasan botol dalam lemari pendingin (bukan freezer). Sisa bubur ini bukanlah sisa yang sudah terkena sendok dan air liur bayi. Beri label dengan keterangan tanggal dan jam dibuka. Makanan akan tahan dalam kurun waktu 48 jam sejak dibuka. Makanan  yang terbuat dari daging dan kuning telur, sebaiknya dihabiskan dalam waktu 24 jam. 3. Simpan selalu makanan siap pakai berupa bubuk, biskuit atau makanan kering lain yang telah dibuka dalam wadah tersendiri, jangan dicampur. Untuk itu, selalu sediakan kantong plastik yang dapat ‘dikunci’ (seal) dan penjepit kemasan.



    13. Makanan bayi berupa tepung murni (tepung gasol) umumnya tidak memiliki rasa atau tawar. Apakah perlu diberikan tambahan rasa misalnya garam atau gula?
    Bayi sampai usia 6 bulan hanya mengetahui rasa ASI. Sebaiknya hindari pemberian garam dan gula karena tidak memberikan tambahan nutrisi, dan hanya memperkenalkan suatu standar rasa enak pada lidah. Selain itu, pemberian garam pada makanan bayi akan membuat ginjal bekerja lebih berat untuk menyaring, sedangkan pemberian gula pada makanan atau minuman bayi akan mengakibatkan kerusakan pada gigi. Sebagai penggugah selera berikan kaldu atau berbagai bumbu alami dalam jumlah sedikit seperti daun salam, daun bawang, seledri, bawang putih, dan kayu manis.

    14. Anak saya lebih suka bubur instan daripada bubur buatan sendiri yang dilengkapi sayur dan lauk pauk segar. Bagaimana mengatasinya?

    Campur bubur instan Anda dengan bahan makanan alami yang menjadi favoritnya terlebih dahulu. Selanjutnya coba ganti makanan tersebut dengan bahan makanan lain. Caranya: tambahkan satu persatu secara bergantian. Anda harus bersiap jika bayi menolak. Maka bersabarlah dan jangan menyerah untuk terus mencoba. Bila dia sudah mulai mau dengan makanan instan yang dicampur dengan bahan alami, coba juga untuk memberikan makanan alami tanpa bubur instan. Variasikan rasa dengan cara menambahkan makanan yang berbeda.



    15. Apa yang harus diperhatikan sebelum memberi makanan bayi instan pada anak?
    1. Perhatikan keutuhan kemasan makanan dan tanggal kadaluwarsa.2. Cermati keragaman bahan makanan. Pastikan dari MPASI instan bayi tetap mendapat variasi makanan seperti aneka tepung (tepung beras putih, tepung beras merah, tepung maizena, tepung jagung), buah-buahan (apel, pisang, aprikot, avokad), sayur-sayuran (wortel, bayam, kentang, labu, tomat), dan aneka produk hewani (ayam, daging, ikan).3. Cermati kadar garam MPASI instan -di label kemasan biasanya ditulis ‘natrium’ atau ‘sodium’-  kadar gula, dan zat-zat gizi yang difortifikasi ke dalam MPASI instan.

    Kenalkan Fresh Food

    Meskipun tambahan vitamin dan mineral pada makanan bayi instan cukup membantu Anda memenuhi kebutuhan zat gizi bayi, namun Anda tetap harus mengenalkan anak pada makanan segar. Anda bisa mengenalkannya sejak pertama kali Anda mengenalkan makanan padat. Pengenalan makanan segar sejak awal akan direkam oleh bayi. Hal inilah yang menghindarkan anak menjadi pemilih makanan kelak. Rasa alami dari bahan makanan segar juga membuat lidah anak tidak menciptakan standar rasa enak yang berlebihan. Selain itu, Anda juga perlu memperhatikan tesktur makanan yang akan diberikan sesuai dengan usia bayi. Tingkatkan tekstur makanan menjadi lebih kasar seiring dengan bertambahnya usia.

    KONSULTASI Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS, ahli Teknologi Pangan dan Gizi dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, Bogor.

    (CA/ERN)

    Video yang berhubungan

    Postingan terbaru

    LIHAT SEMUA