Mengapa bakteri Mycobacterium tuberculosis?

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang menyerang sistem pernapasan tepatnya di paru-paru. Jika tidak menjalani pengobatan TBC, penyakit ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh yang lainnya, seperti ginjal, tulang belakang, dan otak.

Penyebab penyakit TBC adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini memiliki kekerabatan dekat spesies mikobakterial lainnya yang juga bisa menyebabkan tuberkulosis, yaitu M. bovis, M. africanum, M. microti, M. caprae, M. pinnipedii, M. canetti, dan M. mungi. Namun sebagian besar kasus tuberkolosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.

Kemunculan bakteri ini memang masih belum diketahui secara pasti, tapi diperkirakan berasal dari hewan-hewan ternak.

Penularan TBC terjadi ketika seseorang menghirup udara yang telah terkontaminasi Mycobacterium tuberculosis. Setelah masuk ke dalam tubuh, bakteri akan mulai menginfeksi paru-paru, tepatnya di bagian alveoli, yaitu kantong udara yang menjadi tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.

Infeksi Mycobacterium tuberculosis

Saat masuk ke dalam tubuh, sebenarnya sebagian dari jumlah bakteri telah berkurang berkat perlawanan sel makfrofag, yakni bagian sel darah putih yang menjadi bagian dari sistem imun. Sebagian bakteri yang lolos dari perlawanan makrofag kemudian berkembang biak di alveoli paru.

Melansir penjelasan CDC, dalam waktu 2-8 minggu berikutnya sel-sel makrofag akan mengelilingi bakteri yang tersisa untuk membentuk granuloma atau dinding perekat. Granuloma berfungsi menjaga perkembangan Mycobacterium tuberculosis di paru-paru tetap terkendali. Dalam kondisi ini dapat dikatakan bakteri tidak aktif menginfeksi.

Ketika ada bakteri yang masuk ke dalam tubuh, tapi tidak aktif menginfeksi disebut dengan TB laten. Bakteri yang tidak dapat berkembang biak tidak merusak sel-sel sehat di paru. Itu sebabnya, penderita TB laten tidak mengalami gejala TBC. Mereka juga tidak dapat menyebarkan infeksi bakteri ke orang lain.

Apabila sistem imun tubuh ternyata tidak dapat menahan perkembangan bakteri, infeksi akan kembali aktif dan jumlah bakteri akan bertambah banyak dalam waktu cepat. Akibatnya, dinding granuloma akan runtuh dan bakteri akan menyebar dan merusak sel-sel sehat di paru-paru.

Pada tahap ini, penderita merasakan gejala TBC sehingga disebut juga dengan penyakit TB paru aktif. Penderita TB aktif dapat menularkan bakteri ke orang lain.

Jika jumlahnya terus bertambah, bakteri penyebab TBC bisa memasuki aliran darah atau sistem getah bening yang berada di seluruh tubuh. Ketika terbawa inilah, bakteri bisa mencapai organ-organ tubuh lainnya, seperti ginjal, otak, kelenjar getah bening, serta tulang. Infeksi Mycobacterium tuberculosis yang menyerang organ di luar paru-paru menyebabkan kondisi TB ekstra paru.

Bakteri penyebab TBC yang bermutasi (bisa disebabkan oleh tidak patuhnya pengobatan), juga bisa membuat tuberkulosis memburuk sehingga mengalami TBC resistan obat (TB MDR). TB MDR adalah kondisi di mana bakteri tuberkulosis yang ada di dalam tubuh kebal terhadap reaksi obat TBC. Bila TBC resisten obat terlambat dideteksi, hal ini menyebabkan penyakit semakin sulit untuk disembuhkan.

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang paru-paru, namun tidak jarang pula bakteri dapat memengaruhi bagian tubuh lainnya. Bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang organ tubuh selain paru-paru perlu dibedakan dengan TBC biasa. Pada tuberkulosis biasa, bakteri hanya menyerang paru.Sementara itu, ketika bakteri menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal, tulang, sendi, kelenjar getah bening, atau selaput otak, kondisi tersebut dinamakan dengan tuberkulosis ekstra paru.Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit TBC bisa berakibat fatal. Pengobatan penyakit ini biasanya membutuhkan waktu beberapa bulan untuk melawan infeksi dan mencegah risiko terjadinya resistensi antibiotik.

TBC adalah salah satu dari 10 penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada tahun 2018, 10 juta orang terserang penyakit ini, dan 1,5 juta kehilangan nyawa akibat penyakit ini. 251.000 orang di antaranya adalah penderita HIV/AIDS. Selain itu, menurut World Health Organization (WHO), penyakit ini lebih sering ditemukan di negara-negara berkembang. Lebih dari 95% kasus tuberkulosis terjadi di negara berkembang. Orang-orang yang memiliki sistem imun buruk serta kekurangan nutrisi lebih rentan terserang infeksi Mycobacterium tuberculosis. Namun, angka kejadian penyakit ini terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Sejak tahun 2000 hingga 2018, diperkirakan sekitar 58 juta nyawa telah diselamatkan dengan pengobatan medis yang ada untuk mengatasi penyakit ini.TBC adalah penyakit yang dapat diatasi dengan cara mengendalikan faktor-faktor risiko yang ada.

Gejala-gejala yang perlu Anda waspadai dan memerlukan perhatian khusus adalah: berat badan menurun drastis, berkeringat berlebihan di malam hari, batuk terus-menerus. Tubuh masing-masing penderita menunjukkan tanda-tanda dan gejala yang bervariasi. Agar mendapatkan penanganan yang paling tepat dan sesuai dengan kondisi kesehatan Anda, periksakan apapun gejala yang muncul ke dokter atau rumah sakit terdekat.

Dalam rangka pengendalian kasus TBC di Indonesia, WHO dan Kementrian Kesehatan Subdit TB melakukan Kegiatan Piloting Software Sistem Informasi TB (SITB) pada tanggal 5-7 Agustus 2019. Untuk kegiatan ini, WHO memilih Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara dan Jakarta Barat Provinsi DKI. (SITB) adalah aplikasi yang digunakan oleh semua pemangku kepentingan mulai dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, Dokter Praktek Mandiri, Klinik, Laboratorium, Instalasi Farmasi,dll), Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi dan Kementrian Kesehatan, untuk melakukan pencatatan dan pelaporan kasus TB Sensitif, TB Resistan Obat, laboratorium dan logistik dalam satu platform yang terintegrasi.

Salah satu inovasi penjaringan kasus TBC di fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang adalah membuat POS TB pada setiap desa di wilayah kerja Puskesmas Karang Anyar Kecamatan Beringin. Inovasi POS TBC bertujuan untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan khususnya pasien terduga tuberkulosis dengan cara mendekatkan masyarakat penderita TBC dengan pelayanan kesehatan sehingga dapat ditemukan dengan cepat dan diberikan pengobatan sesuai standar. Upaya ini dilakukan untuk memutus mata rantai penularan penyakit TBC dan sebagai wujud  amanah dari PP Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal dan Permenkes Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

TOSS TBC

Salam Deli Serdang SEHAT!

Penyebab TBC adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyerang paru-paru dan dapat memengaruhi organ tubuh lainnya. Selain itu, ada pula faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit ini, mulai dari gaya hidup tidak sehat hingga sistem imun yang lemah.

Tuberkulosis atau TBC merupakan satu dari 10 penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahunnya ada sekitar 1,5 juta orang di dunia yang meninggal akibat menderita TBC.

Secara global, Indonesia merupakan salah satu negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat, pada tahun 2022 sendiri, ada sekitar 842 ribu penduduk Indonesia yang menderita TBC.

Karena tingginya kasus TBC di Indonesia, penting bagi Anda untuk mengetahui penyebab TBC dan faktor apa saja yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit ini. Tujuannya adalah agar Anda bisa melakukan upaya pencegahan TBC secara lebih optimal.

Penyebab TBC dan Faktor Risikonya

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, TBC disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri penyebab TBC ini umumnya menyerang paru-paru dan bisa menyebar ke orang lain melalui percikan air liur yang dilepaskan ke udara saat penderitanya bersin, batuk, atau meludah.

Meski dapat menyebar melalui udara, penularan penyakit TBC tidak semudah penyebaran flu atau batuk. Proses penularan bakteri TBC membutuhkan kontak yang cukup dekat dan lama dengan penderita. Misalnya, tinggal atau kerja bersama dan sering melakukan interaksi dalam kesehariannya.

Kemungkinan Anda tertular TBC jika sekadar duduk di sebelah orang yang terinfeksi, misalnya di bus atau kereta, akan sangat kecil. Selain itu, penderita TBC yang telah mengonsumsi obat antituberkulosis setidaknya selama 2 minggu juga berisiko lebih kecil menularkan penyakitnya ke orang lain.

Meski begitu, ada beberapa kelompok orang yang lebih mudah tertular TBC, di antaranya:

  • Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, seperti bayi, anak-anak, lansia, atau penderita HIV/AIDS, diabetes, kanker, dan gagal ginjal stadium akhir
  • Perokok aktif
  • Orang yang tinggal atau bekerja di lingkungan berisiko tinggi, misalnya panti jompo atau tempat penampungan tunawisma
  • Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh
  • Petugas medis yang merawat pasien TBC
  • Orang yang tinggal dengan penderita TBC
  • Orang dengan gaya hidup buruk, seperti menyalahgunakan narkoba atau mengonsumsi alkohol
  • Orang yang sedang menjalani pengobatan yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti kemoterapi
  • Orang yang mengonsumsi obat imunosupresan, misalnya penderita kanker, lupus, rheumatoid arthritis, dan penyakit Crohn

Pada sebagian besar kasus, penyakit TBC memang dapat sembuh selama obat yang diresepkan dokter digunakan dengan benar dan sesuai arahan. Namun, penting bagi Anda untuk mengetahui penyebab TBC dan faktor risikonya, sehingga Anda bisa lebih waspada terhadap penyebaran penyakit ini.

Umumnya, pengobatan TBC memerlukan waktu setidaknya 6 bulan agar bisa sembuh total. Tanpa pengobatan yang rutin dan tepat, akan jauh lebih sulit bagi penderita untuk sembuh.

Jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter apabila Anda berisiko tinggi terkena TBC, terlebih jika sudah mengalami beberapa gejalanya. Dokter akan menyarankan beberapa pemeriksaan, termasuk tes Mantoux, untuk mendeteksi apakah Anda menderita TBC atau tidak. Semakin cepat penyebab TBC terdeteksi, semakin cepat pula Anda untuk bisa sembuh.

Terakhir diperbarui: 10 Juni 2022

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA