Mempelajari dan membaca alquran dengan tartil dan menghayati isi kandungannya disebut

UV Dhafi Quiz

Find Answers To Your Multiple Choice Questions (MCQ) Easily at uv.dhafi.link. with Accurate Answer. >>


Ini adalah Daftar Pilihan Jawaban yang Tersedia :

  1. membaca al-Qur`an
  2. tadarus al-Qur`an
  3. hafidz Qur`an
  4. tartil Qur`an

Jawaban terbaik adalah B. tadarus al-Qur`an.

Dilansir dari guru Pembuat kuis di seluruh dunia. Jawaban yang benar untuk Pertanyaan ❝Membaca al-Qur`an dengan tartil dan menghayati isi kandungan Al-Qur`an disebut ... .❞ Adalah B. tadarus al-Qur`an.
Saya Menyarankan Anda untuk membaca pertanyaan dan jawaban berikutnya, Yaitu Tadarus berasal dari kata `darasa` artinya ... . dengan jawaban yang sangat akurat.

Klik Untuk Melihat Jawaban

Apa itu uv.dhafi.link??

uv.dhafi.link Merupakan situs pendidikan pembelajaran online untuk memberikan bantuan dan wawasan kepada siswa yang sedang dalam tahap pembelajaran. mereka akan dapat dengan mudah menemukan jawaban atas pertanyaan di sekolah. Kami berusaha untuk menerbitkan kuis Ensiklopedia yang bermanfaat bagi siswa. Semua fasilitas di sini 100% Gratis untuk kamu. Semoga Situs Kami Bisa Bermanfaat Bagi kamu. Terima kasih telah berkunjung.

www.griyaquran.org- Dewasa iniperkembangan pembelajaran Al Qur’an memang mulai membahagiakan. Meski demikian, orang-orang masih dibingungkan istilah tartil dan tilawah. Lalu, apa itu tartil dan tilawah? Dan apa perbedannya? Mari kita simak ulasan di bawah ini.

Membaca, menghayati serta mengamalkan isi Al Qur’an sudah kewajiban bagi seorang muslim. Karena, Al Qur’an bukan hanya sekadar kitab suci, namun juga pedoman dalam menjalani hidup. Syafaat yang didapat dari membacanya secara rutin pun sangat banyak.

Salah satunya dapat menjadi syafaat ketika hari kiamat tiba. Seperti dalam Hadits Riwayat Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bacalah Al Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para pembacanya di hari kiamat.”

Cara membaca Al Qur’an pun sekarang ini makin banyak. Namun, yang umum dilakukan adalah membaca dengan tartil dan tilawah.

Membaca Al Qur’an dengan Tartil

Dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib dalam Syarh Mandhumah al Jazariyah, tartil adalah mentajwidkan huruf-hurufnya dan mengetahui tempat berhentinya. Lalu, menurut Abu Ishaq dalam Lisan al Arab, tartil adalah membaca dengan jelas. Hal ini tidak bisa dilakukan jika membaca terburu-buru. Membaca Al Qur’an dengan jelas hanya bisa jika menyebut semua huruf, dan memenuhi cara pembacaan huruf dengan benar.

Membaca dengan tartil ternyata juga dianjurkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain itu, dalam ayat Al Qur’an sendiri membaca dengan tartil juga dianjurkan oleh Allah. Dalam Al Qur’an surat al Muzammil: 4 berbunyi, “Dan bacalah Al Qur’an itu dengan tartil.”

Inti dari membaca dengan tartil adalah membaca dengan pelan-pelan, jelas setiap hurufnya, tanpa berlebihan, demikian dikutip dari Kitab al Adab as Syalhub.

Membaca Al Qur’an dengan Tilawah

Tilawah atau taghanni bukan hal baru dalam membaca Al Qur’an. Dalam kamus bahasa Arab, taghanni artinya bernyanyi dengan suara merdu. Istilah ini dapat dimaknai dengan mengeraskan dan membaguskan suara bacaan Al Qur’an dengan khusyuk.

Bahkan dalam Muttafaqun ‘Alaihi disebutkan, “Tidaklah Allah mendengarkan sesuatu sebagaimana Dia mendengarkan Nabi-Nya membaguskan bacaan Al Qur’an dan mengeraskan suaranya.”

“Semua ulama sepakat bahwa membaca Al Qur’an dengan suara yang indah merupakan amalan yang dianjurkan,” ungkap pakar Islam Turki, Mehmet Paksu dalam ulasannya Reciting the Koran with Taghanni.

Sementara itu, Imam Nawawi berpendapat bahwa cara membaca seperti ini diperbolehkan dalam batas-batas tertentu. Batas-batasnya seperti tidak mengabaikan tajwid, tidak menambahi atau mengurangi huruf, dan lain-lain. Jika batas ini dilanggar, maka bacaan ini haram hukumnya.

Dari ulasan singkat tersebut, dapat kita ketahui bahwa cara membaca dengan tartil dan tilawah jelas berbeda. Jika tartil dibaca dengan pelan dan jelas, sedangkan tilawah membaca Al Qur’an dengan menyanyikan tanpa mengabaikan aturan-aturan dalam membaca huruf-hurufnya. (ipw)

tartil al-quran

Akibat terlalu semangat ingin membaca dalam jumlah banyak maupun memahami Al-Quran, banyak umat muslim mengabaikan tata cara yang baik dalam membaca Al-Quran. Salah satunya adalah membaca Al-Quran dengan tartil. Tartil adalah membaca Al-Quran secara perlahan, tidak tergesa-gesa dan sesuai kaidah tajwid sebagaimana dalam firman-Nya warattilil qurana tartilan. Dewasa ini, membaca Al-Quran secara tartil agaknya diabaikan oleh beberapa – untuk tidak menyebut sebagian bahkan mayoritas – kalangan.

Padahal membaca Al-Quran dengan tartil sangat dianjurkan dalam syariat Islam. Tidak sekadar karena Al-Quran menggunakan Bahasa Arab, tapi karena seperti itulah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Bahkan Nabi Muhammad sendiri yang asli orang Arab dan disebut-sebut paling fasih dalam mengucapkan huruf dhad, berulang kali dipergoki membaca Al-Quran secara tartil. Beliau membaca Al-Quran dengan pelan serta berhati-hati, jauh dari seperti membaca seenaknya sendiri sebab beliau adalah orang Arab.

Anjuran Membaca Al-Quran Dengan Tartil

Tartil maknanya adalah perlahan-lahan. Sedang membaca Al-Quran secara tartil, mengutip keterangan Imam A-Zarkasyi, berarti membaca Al-Quran dengan memperjelas setiap huruf, membaca dengan fasih disertai menghayati makna, teratur nafasnya tatkala membaca, serta tidak melipat-lipat huruf (Al-Burhan/1/449). Allah swt berfirman.,

اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ

atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. (Q.S. Al-Muzzammil [73]: 4)

Dalam hadis yang diriwayatkan dari Ya’la ibn Mamlik yang menceritakan bagaimana Ummi Salamah menceritakan salat Nabi, disebutkan:

ثُمَّ نَعَتَتْ قِرَاءَتَهُ فَإِذَا هِىَ تَنْعَتُ قِرَاءَةً مُفَسَّرَةً حَرْفًا حَرْفًا

Ummi Salamah lalu menggambarkan cara membaca Nabi Muhammad. Saat itu Ummi Salamah mempraktikan membaca dengan memperjelas setiap satu persatu huruf. (H.R. Imam At-Tirmidzi)

Baca juga: Memahami Kalimat Ta’awwudz Sebelum Membaca Al-Quran dengan Metode Tadabbur

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah ibn Mughaffal disebutkan:

رَأَيْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – يَقْرَأُ وَهْوَ عَلَى نَاقَتِهِ وَهْىَ تَسِيرُ بِهِ وَهْوَ يَقْرَأُ سُورَةَ الْفَتْحِ قِرَاءَةً لَيِّنَةً يَقْرَأُ وَهْوَ يُرَجِّعُ

Aku melihat Nabi Muhammad salallahualaihi wasallam membaca Al-Quran sementara ia di atas untanya. Si unta berjalan dan Nabi membaca Surat Al-Fath dengan lembut. Nabi membaca dengan mengulang-ulang suara (HR. Imam Bukhari).

Dalam riwayat lain disebutkan, Nabi Muhammad membaca basmalah dengan memanjangkan “bismillaah”, memanjangkan “ar-rahmaan”, dan memanjangkan “ar-rahiim”. Nabi juga membaca Al-Quran dengan memotong ayat per ayat, tidak menggandengkan ayat satu dengan ayat lain dengan sekali nafas.

Berbagai keterangan di atas menunjukkan, membaca Al-Quran secara tartil dianjurkan dalam Islam. Oleh karena itu, para ulama melarang secara ceroboh membaca Al-Quran secara cepat. Sahabat Ibn ‘Abbas berkata: “Membaca satu surat dengan tartil lebih aku sukai daripada membaca Al-Quran seluruhnya”. Imam Mujahid menyatakan, bila ada dua orang dalam waktu yang sama, yang satu hanya membaca Al-Baqarah dan yang satu membaca Al-Baqarah serta Ali Imran, maka yang hanya membaca Al-Baqarah sajalah yang lebih baik menurutnya (At-Tibyan/71).

Baca juga: Mana yang Lebih Utama, Membaca Al-Quran dengan Hafalan atau dengan Melihat Mushaf?

Keutamaan Tartil Bagi Yang Tidak Memahami Bahasa Arab

Imam An-Nawawi dalam At-Tibyan mengutip keterangan para ulama yang menjelaskan, tartil dianjurkan untuk tujuan menghayati makna Al-Quran maupun selainnya. Para ulama juga menjelaskan, tartil juga dianjurkan bagi orang non Arab yang tidak mengerti makna Al-Quran. Hal ini disebabkan membaca Al-Quran secara tartil lebih mendekatkan pada mengagungkan serta memuliakan Al-Quran, dan lebih mengena pada hati (At-Tibyan/71).

Maka tak tepat bila menyimpulkan bahwa untuk apa membaca tartil, kalau tidak memahami makna Al-Quran? Tartil tidak semata-mata memberi kesempatan pembacanya untuk memahami kandungan setiap ayat yang ia baca. Tartil juga mendorong hati untuk senantiasa memuliakan Al-Quran. Sehingga keyakinan akan keagungan Al-Quran dapat tertancap dalam hati meski tanpa melalui perantaraan memahami makna Al-Quran. Wallahu A’lam.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA