Kopi yang difermentasi oleh hewan luwak adalah kopi

4 menit

Kopi luwak termasuk ke dalam jenis kopi yang memiliki harga paling mahal di dunia. Mengapa bisa? Selengkapnya, baca di sini! Kopi merupakan minuman favorit kebanyakan orang Indonesia. Apakah kamu salah satunya? Namun, pernahkah kamu mencoba kopi luwak yang ‘katanya’ punya cita rasa luar biasa.

Asal Muasal Kopi Luwak

sumber: bagustourservice.com

Kopi luwak berasal dari hewan luwak liar yang mengambil fesesnya untuk dijadikan biji kopi. Feses luwak dibersihkan terlebih dahulu kok sebelum mulai diproduksi. Minuman ini memiliki rasa halus atau ramah di lambung dari kopi biasanya. Hal ini disebabkan karena fermentasi dalam perut luwak. Instingnya yang tajam untuk memakan biji-bijian terbaik mampu memilihkan petani biji kopi yang benar-benar matang dengan kualitas terbaik. Namun, tidak semua orang dapat mengapresiasi keberadaan kopi ini. Alasannya, karena jijik dengan bahan dasarnya hingga punya istilah cat poop coffee yang digunakan salah satu media US. Awalnya, minuman luwak ini ditemukan saat pemerintah kolonial Belanda menerapkan tanam paksa kopi. Masyarakat pun penasaran dengan rasa kopi, sehingga menemukan biji-biji yang masih utuh dalam kotoran seekor hewan mirip musang – Luwak. Mereka pun mengolah biji dari kotoran tersebut, memanggang, hingga menyeduhnya dan terdengar oleh pemerintah Belanda. Mereka kemudian mengumpulkan dan menjual kopi luwak Indonesia dengan sangat mahal.

sumber: britannica.com

Tahukah kamu bahwa harga kopi luwak Indonesia sangatlah mahal? Kemahalannya berasal dari proses kopi luwak yang panjang, kemudian jumlah panennya tidak sebesar biji kopi biasa. Setelah memanen feses hewan luwak, maka para petani harus mencuci lalu mengeringkan biji ini. Dari situlah biji kopi sudah siap dikemas. Lalu, waktu panjang dan lamanya ada di sebelah mana? Jenis kopi ini memerlukan proses fermentasi yang sangat lama. Biasanya kopi biasa melakukan proses fermentasi dengan cara menyimpan dalam wadah kayu atau semen dan ditutupi dengan kain goni basah. Kemudian, dibiarkan selama 12-24 jam. Berbeda dengan biji kopi luwak yang difermentasi di dalam perut hewan luwak. Ada banyak enzim yang berperan di sini, sehingga cita rasanya menjadi unik. Dapat dikatakkan, proses fermentasi di dalam perut Luwak ini merupakan fermentasi paling sempurna untuk biji kopi. Bahkan ada penelitian yang menemukan, proses fermentasi biji kopi di dalam perut luwak sama dengan proses fermentasi kopi biasa yang dilakukan selama 5 hingga 8 tahun. Harga kopi luwak asli di pasaran Indonesia bisa mencapai lebih dari Rp1 juta per kilogram. Berbeda dengan harga di luar negeri yang bisa mencapai 35 USD atau setara dengan Rp518 ribu untu satu cangkirnya. Jika bentuk biji atau bubuk harganya 100-600 USD per 450 gram atau Rp1,4 juta – Rp8,8 juta. Untuk secangkir kopi ini di Jakarta sendiri, bisa dihargai sekitar Rp70 ribu per cangkir, lo.

Baca Juga:

12 Jenis Kopi dan Biji Terbaik Indonesia Hingga Dunia, Sudah Cicipi Satu-Satu?

Dari Masa Panen Hingga Siap Diproduksi

sumber: thingamagift.com

Ciri-ciri buah yang sudah bisa memasuki masa panen untuk dijadikan biji luwak adalah warnanya berubah menjadi kemerahan. Buah yang dimakan dan dicerna oleh hewan tidak akan hancur saat luwak mengeluarkan fesesnya. Hanya daging buah dan kulit arinya saja yang rusak, namun biji akan mengalami proses fermentasi seperti yang sudah dijelaskan di atas. Proses pencucian feses luwak bisa berlangsung hingga 5-7 kali di air yang mengalir untuk menjaga kebersihannya. Setelah bersih, proses berikutnya adalah roasting atau pemanggangan. Proses pemanggangan hanya hingga tingkat medium roast. Alasannya adalah untuk mempertahankan karakter rasa yang unik. Biji yang sudah dipanggang akan dikemas dalam bentuk utuh (whole beans) maupun bubuk. Menurut hasil penelitian Universitas Hasanuddin, tidak ada perbedaan dari jenis zat yang terkandung pada kopi luwak dengan biji biasa. Namun, terdapat perbedaan pada kadar zat yang terkandung antara jenis biji luwak dan biji biasa, yaitu:

  • Presentase kadar kafein biji luwak robusta 1,77% dan luwak arabika 1,74%, sedangkan pada kopi robusta biasa 1,91% dan arabika biasa 1,85%,
  • Presentase protein terkandung dalam luwak robusta 16,23% dan luwak arabika 14,84%, sedangkan pada biji robusta biasa 18,34% dan arabika biasa 16,72%, dan
  • Kadar lemak pada  luwak robusta 18,45% dan luwak arabika 19,76%, sedangkan pada biji robusta biasa 16,41% dan arabika biasa 17,37%.

Kesimpulannya, kadar kafein dan protein pada kopi luwak sedikit lebih rendah dari kopi pada umumnya. Namun, untuk kadar lemaknya sedikit lebih tinggi dibandingkan yang lain.

Mengenal Binatang Luwak

sumber: kopidewa.com

Binatang luwa merupakan hewan omnivora yang termasuk dalam suku musang. Ia disebut juga civet dan lebih penyendiri di alam liar. Jadi jika ada manusia atau hewan lain yang datang mereka dapat langsung lari atau bersembunyi. Nama ilmiah luwak adalah Paradoxurus hermaphroditus. Hewan ini menyukai hutan-hutan sekunder yang berdekatan dengan perkebunan dan permukiman manusia. Luwak banyak ditemukan masuk ke daerah permukiman. Makanan utamanya adalah buah-buahan seperti pepaya, rambutan, mangga, dan pisang. Lainnya ia menyukai hewan kecil dan serangga, misalnya tikus, anak burung, dan kumbang. Binatang luwak mempunyai kebiasaan membuang kotoran di tempat-tempat yang sering dilewatinya, seperti biji-bijian utuh. Salah satu biji-bijian yang kerap dimakan luwak adalah buah kopi.

Baca Juga:

Mengenal Asal-Usul & Keunikan Kopi Joss Jogja | Ternyata Ini Rahasia Di Balik Kenikmatannya!

sumber: longandshort.london

Selain membicarakan rasa kopi luwak hingga prosesnya yang panjang, banyak masyarakat yang memperhatikan isu kesehatan hingga kesejahteraan satwa. Hewan luwak yang susah dicari, membuat beberapa produsen biji luwak membuat penangkarannya secara mandiri. Berikut beberapa kontroversi terkait popularitas biji luwak.

1. Unsur Kesehatan dalam Biji Luwak

Mengingat asal bahan kopi ini adalah feses hewan, banyak pihak yang mempertanyakan kebersihan serta kesehatan pangan tersebut. Kotoran hewan dianggap sebagai tempat berkembang biak mikroba-mikroba yang berbahaya. Namun, dilansir dari Alamtani.com, kekhawatiran ini ditepis oleh tim peneliti BBPP (Balai Besar Pelatihan Pertanian). Dalam laporan tersebut, ditulis bahwa proses pembuatan kopi luwak yang panjang mempengaruhi tingkat keamanan pangan yang dihasilkan. Bila prosesnya dilakukan dengan benar, kopi yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi manusia.

2. Isu Kesejahteraan Hewan Luwak

Masih dilansir dari Alamtani.com, sejumlah supermarket di Inggris memboikot biji luwak yang dijual di sana. Mereka berasal dari kalangan pecinta satwa yang memprotes produksi kopi mengabaikan kesejahteraan hewan luwak. Hewan ini dipaksa memakan biji kopi hanya untuk diambil kotorannya saja. Hal ini dianggap sebagai eksploitasi hewan dan menyiksa para luwak. Namun, pemerintah Inggris menepis hal tersebut karena, tidak ada bedanya dengan sapi yang diambil susunya dengan cara diperah. Dengan adanya kontroversi ini berbagai pihak mengambil sikap berbeda. Ada yang memilih hanya menjual biji luwak liar. Tetapi, ada juga yang memilih memperbaiki proses penangkaran. Seperti, lebih memperhatikan kesejahteraan binatang Luwak tidak dipaksa memakan buahnya secara berlebih. Pakan lain tetap disediakan dan luwak dibiarkan memilih sendiri.

***

Semoga artikel di atas memberikan informasi untukmu. Kunjungi Berita Properti 99.co Indonesia untuk membaca informasi seputar properti lainnya. Sedang mencari rumah murah? Cari di Senen Jaya lewat situs www.99.co/id.

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari fermentasi kopi arabika (coffea arabica) dengan menggunakan inokulum feses luwak terhadap kandungan kimia yaitu kadar air, pH, glukosa, kadar kafein dan Total Asam Terlitrasi (TAT), lalu membandingkan dengan kandungan kimia dari kopi yang difermentasi alami pada hewan luwak. Pada penelitian ini terdapat tiga sampel kopi dengan perlakuan yang berbeda yaitu: R1 (Gelondong), R2 (Kulit tanduk), dan R3 (Kulit ari), masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan sehingga diperoleh 9 (sembilan) sampel. Sebelum diberikan perlakuan, sampel terlebih dahulu disortasi dari kotoran dan benda – benda asing. Selanjutnya dilakukan fermentasi biji kopi arabika sebanyak ±1000 g menggunakan inokulum feses luwak, difermentasi selama 96 jam dalam wadah toples tertutup. Parameter yang dianalisis adalah kadar air, pH, glukosa, kadar kafein dan Total Asam Terlitrasi (TAT), setelah mendapatkan hasil data diolah dengan menggunakan ANOVA. Hasil dari penelitian ini menunjukkan fermentasi dengan menggunakan inokulum feses luwak sangat berpengaruh terhadap karakteristik kimia kopi arabika, dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa hasil yang didapat meningkatkan kualitas biji kapi arabika. Fermentasi kopi arabika dengan menggunakkan inokulum feses luwak, yang paling mendekati kualitas biji kopi luwak asli adalah: pH R1-5,81, TAT R1-1,96%, kadar air R2-9,01%, glukosa R3-4,73% dan kafein R3-0,229%. Karakteristik kimia kopi luwak asli adalah sebagai berikut : pH 5,58, TAT 2,05%, kadar air 9,45%, glukosa 9,21% dan kafein 0,69%. Hasil fermentasi menggunakan inokulum feses luwak dibandingkan dengan kopi non fermentasi menunjukkan hasil yang sama seperti hasil perbandingan dengan kopi luwak asli, hanya berbeda pada TAT R2-0,78%. Karakteristik kimia kopi non fermentasi yaitu : pH 5,08, TAT 0,25%, kadar air 8,5-9,5%, glukosa 9,72% dan kafein 0,9-1,2%.

(Fermentation of Arabica Coffee (Coffea arabica) Using civet Feces inoculum)

Abstract. The purpose of this study was to determine the effect of  arabica coffee Fermentation (arabica coffee) by using civet Feces inoculums on chemical content, which is water content, pH, glucose, caffeine content and Total Titrated Acid (TAT), then making comparisons with the chemical content of fermented coffee natural in civet animals. In this study there were three coffee samples with different treatments, namely: R1 (spindle), R2 (horn skin), and R3 (epidermis), each treatment was carried out as many as 3 replications to obtain 9 (nine) samples. Before being given treatment, the sample is first sorted from dirt and foreign objects. Then fermented arabica coffee beans as much as ± 1000 g using civet feces inoculum, fermented for 96 hours in a closed jar container. The parameters analyzed were water content, pH, glucose, caffeine content and Total Titrated Acid (TAT), after getting the results of the data were processed using ANOVA. The results of this study indicate that the fermentation using civet feces inoculums greatly influenced the chemical characteristics of Arabica coffee, in this study it could be seen that the results obtained improved the quality of Arabica coffee seeds. Fermentation of arabica coffee using civet feses inoculums, the closest to the quality of the original civet coffee beans are: pH R1-5.81, TAT R1-1.96%, water content R2-9.01%, glucose R3-4.73% and caffeine R3-0.222%. The chemical characteristics of the original civet coffee are as follows: pH 5.58, TAT 2.05%, moisture content 9.45%, glucose 9.21% and caffeine 0.69%. The results of fermentation using civet feces inoculum compared with non-fermented coffee showed the same results as the comparison with the original civet coffee, only differing at TAT R2-0.78%. Chemical characteristics of non-fermented coffee are: pH 5.08, TAT 0.25%, moisture content 8.5-9.5%, glucose 9.72% and caffeine 0.9-1.2%. 

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA