Banyak manfaat jika seseorang meneladani makna Ulil Albab salah satunya yang dapat diambil adalah

Ulul albab secara bahasa berasal dari dua kata: ulu dan al-albab. Ulu berarti ‘yang mempunyai’, sedang al albab mempunyai beragam arti. Kata ulul albab muncul sebanyak 16 kali dalam Alquran. Dalam terjemahan Indonesia, arti yang paling sering digunakan adalah ‘akal’. Karenanya, ulul albab sering diartikan dengan ‘yang mempunyai akal’ atau ‘orang yang berakal’. Al-albab berbentuk jama dan berasal dari al-lubb. Bentuk jamak ini mengindikasikan bahwa ulul albab adalah orang yang memiliki otak berlapis-lapis alias otak yang tajam.

Penelusuran terhadap terjemahan bahasa Inggris menemukan arti yang lebih beragam.

Ulul albab memiliki beberapa arti, yang dikaitkan pikiran (mind), perasaan (heart), daya pikir (intellect), tilikan (insight), pemahaman (understanding), kebijaksanaan (wisdom).

Pembacaan atas beragam tafsir ayat-ayat yang mengandung kata ‘ulul albab’ menghasikan sebuah kesimpulan besar: ulul albab menghiasi waktunya dengan dua aktivitas utama, yaitu berpikir dan berzikir. Kedua aktivitas ini berjalan seiring sejalan.

Ulul albab berzikir, atau mengingat Allah, dalam situasi apapun: dalam posisi berdiri, duduk, maupun berbaring (Q.S. Ali Imran 3:191), memenuhi janji (Q.S. Ar-Ra’d 13: 20), menyambung yang perlu disambung dan takut dengan hisab yang jelek (Q.S. Ar-Ra’d 13: 21), sabar dan mengharap keridaan Allah, melaksanakan salat, membayar infak dan menolak kejahatan dengan kebaikan (Q.S. Ar-Ra’d 13: 22). Di sini, zikir dilakukan dengan membangun hubungan vertikal transendental (seperti mendirikan salat) dan hubungan horisontal sosial (seperti membayar infak dan menyambung persaudaraan).

Dalam berpikir, ulul albab melibatkan beragam obyek: fenomena alam, seperti pergantian malam dan siang serta penciptaan langit dan bumi (Q.S. Ali Imran 3:190-191) dan siklus kehidupan tumbuhan yang tumbuh karena air hujan dan akhirnya mati (Q.S. Az-Zumar 39: 21), fenomena sosial, seperti sejarah atau kisah masa lampau (Q.S. Yusuf 12:111).

Sebagai sebuah konsep, ulul albab perlu dioperasionalisasi atau dibumikan. Beberapa strategi berikut terbayang setelah melakukan tadabbur atas beragam ayat di atas, yaitu: (a) meningkatkan integrasi, (b) mengasah sensitivitas, (c) memastikan relevansi, (d) mengembangkan imajinasi, dan (e) menjaga independensi.

Meningkatkan integrasi. Ulul albab menjaga integrasi antara berpikir dan berzikir, antara ilmu dan iman.  Integrasi aspek zikir dan pikir ulul albab diikhtiarkan untuk diimplementasikan ke dalam tiga level islamisasi: (a) islamisasi diri, yang ditujukan untuk menjadi manusia yang saleh, termasuk saleh sosial; (b) islamisasi institusi, dengan menyuntikkan nilai ke dalam pengambilan keputusan dan desain proses bisnis; dan (c) “islamisasi” ilmu, yang sekarang lebih sering disebut dengan integrasi ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai Islam.

Mengasah sensitivitas. Berpikir membutuhkan sensitifitas (Q.S. Yusuf 12: 105-106). Fenomena yang sama dapat memberikan beragam makna jika didekati dengan tingkat sensitivitas yang berbeda. Sensitivitas bisa diasah dengan perulangan, yang sejalan dengan pesan Q.S. Al-Alaq ayat 1-5, bahwa membaca kritis dilakukan berulang (dalam ayat 1 dan 3).  Pembacaan ini pun tetap dibarengi dengan zikir:  didasari dengan ‘nama Allah’ (ayat 1) dan dengan tetap ‘memuliakan Allah’ (ayat 3).

Memastikan relevansi. Proses berpikir harus menghasilkan manfaat. Di sini, isu relevansi menjadi penting. Bisa jadi, kemampuan berpikir manusia belum sanggup membuka tabir dan memahaminya dengan baik alias berpikir fungsional. Tapi bagi ulul albab, semuanya dikembalikan pada kepercayaan bahwa Allah menciptakan semuanya dengan tujuan, tidak sia-sia (Q.S. Ali Imran 3:192).

Sejarah mencatat bahwa ilmu pengetahuan terus berkembang. Apa yang dituliskan dalam Alquran tidak semuanya dapat dipahami dengan mudah pada masa turunnya. Sebagai contoh, ilmu pengetahuan modern menemukan bahwa matahari bersinar (dliya’an) dan bulan bercahaya (nuuran). Pemahaman awam sebelumnya menganggap bahwa bulan pun bersinar. Bulan tidak bersinar tetapi bercahaya karena memantulkan sinar dari matahari (lihat Q.S. Yunus 10:5). Klorofil, atau zat hijau daun, yang diungkap oleh Q.S. Al-An’anm 6: 99 baru diketahui oleh pengetahuan modern jauh setelah ayat ini turun.

Mengembangkan imajinasi. Paduan aktivitas pikir dan zikir seharusnya menghasilkan imajinasi masyarakat dan umat Islam yang lebih maju (Q.S. Al-Hashr 59:18; An-Nisa 4:9). Untuk bergerak dan maju, kita perlu mempunyai imajinasi masa depan dan tidak terjebak dalam sikap reaktif yang menyita energi.  Karenanya, ulul albab harus mengikhtiarkan pikiran yang kritis, kreatif, dan kontemplatif untuk menguji, merenung, mempertanyakan, meneorisasi, mengkritik, dan mengimajinasi. Ciri kritis karakter zikir muncul ketika berhadapan dengan masalah konkret. Berzikir berarti mengingat atau mendapat peringatan. Karenanya, watak orang yang berzikir adalah mengingatkan. Di sini, bisa ditambahkan bahwa obyek berpikir juga termasuk fenomena sosial yang terhubung dengan berbagai kisah rasul (Q.S. Yusuf 12:111) juga menegaskan pentingnya aspek kritis ini karena salah satu tugas rasul adalah memberi peringatan (Q.S. Al-Baqarah 2: 119).

Menjaga independensi. Ulul albab juga seharusnya terbiasa berpikir independen. Tidak dilandasi kepentingan saat ini dan konteks kini. Landasan berpikirnya adalah nilai-nilai perenial atau abadi. Kita diminta mandiri dalam berpendapat (Q.S. Ash-Shaffat 31:102),  hanya akan diminta pertanggunjawaban atas apa yang dilakukannya (Q.S. Al-An’am 6:164), dan diminta hati-hati dalam menilai (Q.S. Al-Hujurat 49:6). Independensi ini menjadi sangat penting di era pascakebenaran ketika emosi lebih mengemuka dibandingkan akal sehat. Di sini kemandirian dalam berpikir menjadi saringan narasi publik yang seringkali sulit diverifikasi kebenaraannya.

—–

Diringkas dari presentasi pada Seminar Moderasi Islam: Memaknai dan Membumikan Konsep Ulil Albab pada 30 Oktober 2018.

ZONABANTEN.com – Ulil Albab merupakan kata yang muncul 16 kali di dalam Al-Qur’an. Ulil Albab secara tata bahasa terdiri dari dua suku kata yakni Ulil dan Albab.

Kata Ulil memiliki arti “yang mempunyai”, sedangkan Albab memiliki banyak penafsiran arti. Salah satu penafsiran dari kata Albab adalah akal.

Jadi secara umum arti kata Ulil Albab yakni “yang mempunyai akal”. Sehingga pada Al-Qur'an orang-orang berakal disebut dengan Ulil Albab.  

Hal tersebut bahkan sudah diterangkan pada Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 191 yang berbunyi:

Baca Juga: Ingin Tahu Lolos atau Tidak? Simak Cara Cek Pengumuman Kartu Prakerja Gelombang 21 

allażīna yażkurụnallāha qiyāmaw wa qu'ụdaw wa 'alā junụbihim wa yatafakkarụna fī khalqis-samāwāti wal-arḍ, rabbanā mā khalaqta hāżā bāṭilā, sub-ḥānaka fa qinā 'ażāban-nār

>

"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (Q.S. Ali 'Imran : 191)

Dalam ayat tersebut digambarkan bahwa orang yang berfikir tentang penciptaan langit dan bumi.

Dari pemikiran tersebut membuat orang yang meresapi ayat tersebut bisa lebih bersyukur atas apa yang sudah diciptakan oleh Allah SWT.

Baca Juga: 14 Tanda Bahwa Kamu Adalah Seorang ‘Deep Thinker’ Menurut Psikologi 

Kapanlagi.com - Ulil albab mungkin jadi satu istilah yang sudah tak begitu asing bagi sebagian umat muslim. Pasalnya, kata ini sering kali muncul dan disebut dalam pengajian-pengajian bahkan juga dalam ayat Al-Qur'an. Mempunyai arti yang mulia, tak sedikit yang juga menggunakan istilah ulil albab sebagai sebuah nama. Secara umum, arti ulil albab ialah orang yang berakal.

Memahami arti ulil albab menjadi hal yang cukup penting. Sebab, ulil albab tak sebatas sebutan orang yang mampu berpikir. Istilah ulil albab mempunyai pemaknaan yang lebih luas dari itu. Bahkan, dengan belajar mendalami arti ulil albab, seorang muslim bisa sekaligus meningkatkan keimanannya pada Allah SWT.

Untuk memahami arti ulil albab ialah orang yang berakal dan beriman pada Allah SWT, simak ulasan berikut yang telah kapanlagi.com rangkum dari berbagai sumber.

(credit: unsplash)

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, secara umum arti ulil albab adalah seseorang yang mampu menggunakan akal sehatnya. Dalam pengertian yang lebih luas, ulil albab merupakan sebutan bagi seorang yang selalu menggunakan akal sehatnya untuk senantiasa beriman kepada Allah SWT. Dengan akal yang dimiliki, wawasan seseorang akan bertambah, begitu pula dengan keimanannya pada Allah SWT.

Atau dengan kata lain, seorang yang tergolong sebagai ulil albab akan menggunakan akal yang dimilikinya untuk memaknai kebesaran Allah SWT. Sehingga, dalam kondisi dan keadaan apapun pikiran orang tersebut akan selalu tertuju pada Allah SWT.

Meski identik dengan pikiran dan akal sehat, seorang ulil albab sejatinya juga tak akan selalu menggunakan hati nuraninya. Sebab, hubungan antara akal dan hati nurani inilah yang membuat keimanan seorang ulil albab menjadi sempurna.

Penjelasan tentang arti ulil albab ialah seorang dengan akal pikiran dan hati yang selalu tertuju pada Allah SWT, terkandung dalam potongan surah Ali Imran, ayat 190-191. Adapun potongan ayat tersebut mempunyai arti sebagai berikut.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi Ulil Albab. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): 'Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka'," (QS. Ali Imran: 190-191)

(credit: unsplash)

Setelah memahami arti ulil albab ialah seorang dengan keistimewaan akal dan hati sperti di atas, tentu kita sepakat bahwa menjadi ulil albab bukanlah hal mudah. Hanya orang dengan akal budi dan hati yang murni yang bisa menjadiseorang ulil albab. Mengenali apakah seseorang tergolong ulil albab juga jadi hal yang susah-susah gampang. Sebab, tak setiap orang menunjukkan apa yang ada di pikiran dan hatinya.

Namun dalam berbagai sumber, seorang ulil albab dipercaya menunjukkan beberapa ciri. Adapun ciri-ciri ulil albab tersebut antara lain sebagai berikut.

1) Seorang ulil albab akan selalu mampu mengambil pelajaran atau pun hikmah dari suatu peristiwa atau kejadian yang dialami.

2) Seorang ulil albab selalu memperoleh petunjuk Allah SWT, termasuk dalam membedakan baik dan buruk.

3) Seorang ulil albab giat dan tekun dalam belajar dan menuntut ilmu.

4) Seorang ulil albab tak pernah segan membagikan ilmu yang dimilikinya

5) Seorang ulil albab selalu mensyukuri apa yang ada dalam hidupnya.

6) Seorang ulil albab selalu bersikap kritis baik dalam perkataan maupun bersikap.

7) Seorang ulil albab hanya takut pada Allah SWT semata.

8) Seorang ulil albab selalu mengingat Allah SWT dalam kondisi apapun.

(credit: unsplash)

Memaknai arti ulil albab ialah sebuah anjuran bagi setiap muslim. Pasalnya, seorang ulil albab dipercaya akan mendapatkan sejumlah keutamaan dalam hidupnya. Mereka yang menjadi ulil albab diyakini mempunyai ketajaman intuisi untuk berpikir dan menerima hidayah dari Allah SWT.

Adapun terkait keutamaan seorang ulil albab tersebut di antaranya dijelaskan dalam surah Al baqarah ayat 269, yang artinya kurang lebih berbunyi sebagai berikut.

"Allah menganugerahkan al-hikmah (pemahaman yang dalam tentang Al-Qur an dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (ulil albab)." (QS. Al baqarah: 269).

Itulah di antaranya penjelasan tentang arti ulil albab ialah seorang dengan keistimewaan akal dan hati untuk beriman kepada Allah SWT. Semoga bermanfaat dan bisa menambah keimanan kalian sebagai seorang muslim. Amiin.

Baca artikel lainnya:

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA