Mengapa kita harus memperhatikan narasumber saat melakukan wawancara

Ilustrasi wawancara kerja. ©2014 Merdeka.com/Shutterstock/BlueSkyImage

JABAR | 3 Agustus 2021 15:00 Reporter : Andre Kurniawan

Merdeka.com - Bagaimana sikap kita saat melakukan wawancara? Kalimat tersebut selalu menjadi pertanyaan umum saat seseorang hendak melakukan wawancara kerja.

Wawancara sendiri merupakan bagian dari proses seleksi karyawan. Pada tahap wawancara, pihak manajemen dapat menentukan apakah kandidat cocok dengan visi dan misi perusahaan saat ini.

Dan bagi calon karyawan, tahap wawancara menjadi kesempatan untuk menunjukkan kepribadian mereka dan memberikan kesan positif pada calon atasan. Oleh karena itu, memiliki sikap optimis selama wawancara dapat memengaruhi keputusan dari pihak manajemen.

Perusahaan tentu menginginkan orang-orang yang optimis dan cenderung cocok dengan bos, rekan kerja, dan klien mereka. Bahkan jika Anda telah memenuhi syarat dan memiliki sejumlah prestasi, sikap negatif dapat merusak peluang untuk mendapatkan pekerjaan.

Dilansir dari laman thebalancecareers.com, kami akan memberikan tips untuk menjawab pertanyaan di awal, bagaimana sikap kita saat melakukan wawancara. Dengan begitu, Anda dapat meningkatkan keterampilan wawancara Anda dan meningkatkan peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.

2 dari 6 halaman

©2014 Merdeka.com/shutterstock.com/Tom Wang

Siapkan Penampilan Terbaik

Bagaimana sikap kita saat melakukan wawancara? Langkah pertama yaitu dengan memperhatikan penampilan Anda. Ketika Anda terlihat baik, Anda akan merasa baik. Jadi ingatlah hal ini saat memilih pakaian untuk wawancara. Setrika baju dan celana panjang, poles sepatu, potong dan sisir rambut Anda. Lakukan apa pun yang akan membuat Anda tampak rapi, sopan, dan percaya diri saat menghadapi wawancara.

Berpikir Positif

Jika Anda pergi ke wawancara dan berpikir bahwa Anda tidak akan mendapatkan pekerjaan itu, atau Anda memiliki pikiran negatif lainnya, akan sulit bagi Anda untuk terlihat yakin di hadapan pewawancara. Sebelum Anda masuk ke ruangan wawancara, luangkan waktu beberapa menit untuk mengingat momen keberhasilan, entah saat mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, berhasil saat di perkuliahan, atau pencapaian-pencapaian yang pernah Anda raih. Menghadapi wawancara dengan citra positif dari diri Anda akan membantu Anda menyampaikan sikap percaya diri kepada pihak manajemen.

3 dari 6 halaman

©Pixabay/Tumisu

Jabat Tangan

Bagaimana sikap kita saat melakukan wawancara? Saat Anda sudah bertemu pewawancara, sapalah mereka dengan jabat tangan yang tegas (tetapi tidak terlalu tegas). Dan lakukan kontak mata saat Anda mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Jangan sampai uluran tangan tampak lemas. Jabat tangan yang lemas dan lemah tidak akan membuat kesan baik sehingga hanya akan mengurangi ketertarikan manajemen terhadap diri.

Fokus pada Postur

Postur adalah bentuk komunikasi nonverbal yang penting dalam menyampaikan perasaan Anda tentang diri sendiri. Jika Anda membungkuk, menghindari kontak mata atau memalingkan tubuh dari pewawancara, Anda akan terlihat apatis atau kurang percaya diri.

Sebaliknya, bersikaplah tegak (atau duduk tegak) dengan bahu ke belakang, dan tatap mata pewawancara. Postur ini akan membuat Anda terlihat percaya diri bahkan sebelum Anda mengucapkan sepatah kata pun.

Jadilah Pendengar Aktif

Jika Anda banyak berpikir negatif selama wawancara, Anda bisa terjebak dalam pikiran negatif tersebut sehingga Anda sulit untuk fokus. Berlatih mendengarkan secara aktif untuk memastikan Anda tetap fokus pada pewawancara dan memahami apa yang dia katakan.

Tatap mata pewawancara saat mereka berbicara, ajukan pertanyaan klarifikasi, dan ulangi apa yang mereka katakan untuk memastikan (“Jadi, apa yang Anda katakan adalah …”). Mendengarkan secara aktif menunjukkan bahwa Anda terlibat dan tertarik dengan pekerjaan itu.

4 dari 6 halaman

©©2012 Shutterstock/Robert Kneschke

Dalam wawancara, pastikan Anda memiliki (dan mempertahankan) kontak mata yang tepat. Bukan kontak mata yang menyeramkan dan dengan menatap tanpa berkedip. Berikan kontak mata yang hangat dan langsung yang akan membuat pewawancara merasa nyaman dengan Anda. Pertahankan kontak mata yang baik selama wawancara, dan pastikan wajah Anda menunjukkan emosi seperti minat dan gairah.

Wawancara Video

Lalu, bagaimana sikap kita saat melakukan wawancara video? Wawancara video tentu saja berbeda. Dalam prosesnya Anda tidak perlu berjabat tangan, tetapi Anda perlu melakukan kontak mata. Alih-alih berbicara dengan monitor, berbicaralah dengan kamera. Dengan begitu, orang yang menonton video wawancara dapat merasakan kontak mata yang sama ketika menatap mata seseorang.

5 dari 6 halaman

Sebelum wawancara, buat daftar kualitas dan pengalaman Anda yang berhubungan dengan persyaratan pekerjaan yang Anda lamar, bahkan Anda tidak memenuhi beberapa persyaratan, atau tidak cocok dengan pekerjaan yang dilamar. Dengan cara ini, jika pewawancara bertanya mengapa Anda cocok untuk pekerjaan itu, Anda memiliki sejumlah alasan dan contoh yang berguna.

Bahkan jika pewawancara bertanya apakah Anda memiliki pengalaman dengan tugas yang tidak Anda ketahui, sebutkan kurangnya pengalaman Anda, namun dengan tambahan minat dan antusiasme untuk mempelajari sesuatu yang baru. Meskipun memiliki keterampilan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan itu penting, sikap positif dan sikap can-do juga sangat membantu.

Senyum

Tersenyum, bahkan ketika Anda tidak merasa bahagia, sebenarnya dapat mencerahkan suasana hati Anda. Jadi, jika Anda sedang merasa sedih tentang permasalahan pribadi Anda, tetaplah tersenyum saat masuk dan keluar perusahaan. Ini akan membuat Anda dan pewawancara Anda dalam suasana hati yang baik.

Jangan Berlebihan

Bagaimana sikap kita saat melakukan wawancara? Sebagian orang akan menjawab bahwa kita harus yakin dan percaya diri. Meski percaya diri itu perlu, tapi jika Anda terlalu ramah atau berlebihan bisa membuat pewawancara merasa tidak nyaman. Pewawancara ingin melihat bahwa Anda sebagai pribadi yang nyata.

Tujuan Anda adalah tampil positif dan percaya diri, tanpa berlebihan. Berpura-pura dalam suasana hati yang baik mungkin sedikit lebih mudah jika Anda sudah siap untuk wawancara. Luangkan waktu untuk meneliti perusahaan sehingga Anda memiliki beberapa pertanyaan untuk ditanyakan kepada pewawancara Anda.

6 dari 6 halaman

©2012 Shutterstock/StockLite

Saat Anda meninggalkan ruangan wawancara, pastikan Anda memperhatikan sopan santun Anda. Ucapkan selamat tinggal kepada setiap orang di ruangan itu. Jabat tangan mereka, dan lakukan kontak mata saat Anda melakukannya. Dan jangan lupakan senyum Anda.

Sapa atau ucapkan selamat tinggal pada resepsionis atau penjaga, dan jika perlu, tahan pintu untuk karyawan lain yang mungkin hendak keluar saat Anda berada di sana. Pertanyaan terkiat bagaimana sikap kita saat melakukan wawancara tidak berhenti begitu Anda meninggalkan ruangan wawancara. Anggap diri Anda dalam wawancara sampai Anda tidak terlihat dari lokasi wawancara.

(mdk/ank)


Ilustrasi Wawancara

Wawancara menjadi bagian penting dalam repostase atau peliputan jurnalistik. Jurnalis bisa mencari dan mendapatkan data lewat wawancara narasumber yang kredibel. Wawancara bukan soal bertanya dan menjawab saja. Dalam wawancara ada etika yang harus dipatuhi seorang jurnalis.

Dalam Kode Etik Jurnalistik (KEJ) juga disebutkan beberapa poin tentang etika wawancara, seperti pasal 2 yaitu, “Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik dan pada pasal 9, “Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.”

Wawancara yang baik dilakukan dengan cara yang baik juga. Dengan wawancara yang baik, akan mendatangkan banyak keuntungan bagi jurnalis, seperti bisa menambah informasi dan juga menambah relasi. Untuk itu, persiapan wawancara juga harus diperhatikan, seperti:

  1. Melakukan riset kecil untuk mengetahui latar belakang narasumber. Selain itu menggali keterkaitan narasumber dengan informasi yang hendak dicari, jurnalis juga bisa membangun kedekatan dengan narasumber.
  2. Untuk wawancara yang terencana, jurnalis harus membuat daftar pertanyaan yang akan ditanyakan saat wawancara. Ini akan membantu jurnalis mengarahkan narasumber dalam menjawab agar tidak melebar.
  3. Kesiapan fisik dan mental yang baik. Ketika hendak berangkat wawancara, jangan lupa untuk menjaga kesehatan dan penampilan. Dengan kondisi yang baik, akan membangun suasana wawancara menyenangkan dengan narasumber.

Selain tips persiapan wawancara di atas, jurnalis juga harus menerapkan etika wawancara sesuai dengan jenis wawancara yang dilakukan. Misalnya, wawancara langsung, baik tatap muka maupun lewat telepon, wawancara doorstop atau wawancara saat konferensi pers. Jurnalis harus mampu menempatkan diri saat wawancara tanpa harus kehilangan tujuan utamanya. Berikut etika yang harus diperhatikan jurnalis saat wawancara:

Etika Wawancara Langsung

Wawancara langsung bisa dilakukan dengan tatap muka, atau lewat sambungan telepon. Sebelum melakukan wawancara, jurnalis harus mencari narasumber yang relevan dengan isu yang akan ditanyakan. Setelah menemukan narasumber yang pas, segera hubungi dengan cara yang sopan, salah satunya lewat email atau pesan singkat. Jangan lupa untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum menyampaikan tujuan.

Saat menghubungi narasumber, pastikan dengan bahasa yang sopan dan jelas. Setelah itu, lakukan lobbying untuk menentukan waktu dan tempat wawancara. Jika sudah ada kesepakatan, pastikan untuk datang tepat waktu.

Etika wawancara juga dibutuhkan saat sudah melakukan wawancara. Pastikan untuk tidak memotong penjelasan narasumber, tapi jika terpaksa harus memotong, lakukanlah dengan sopan dan tidak menyinggung. Jurnalis juga harus menghormati jawaban dan privasi narasumber. Jangan langsung membantah jawaban narasumber jika tidak setuju. Lakukan dengan sesopan mungkin.

Etika Wawancara Press Conference

Tak jauh berbeda dari wawancara langsung, etika wawancara saat konferensi pers juga harus memperhatikan kesopanan. Sebelum datang ke konferensi pers, pastikan Anda sudah memahami isu yang akan disampaikan. Riset kecil juga diperlukan agar jurnalis mampu mengulik lebih dalam mengenai isu terkait.

Sedangkan saat menyampaikan pertanyaan, jangan lupa untuk menyebutkan nama dan asal media. Setelah itu, sampaikan pertanyaan dengan singkat dan jelas. Saat sesi tanya jawab, jurnalis akan dipersilakan bertanya, namun terkadang dibatasi karena masalah waktu. Jika itu terjadi, jangan ngotot untuk terus bertanya.

Etika Wawancara Doorstop

Wawancara cegat atau doorstop, kerap dilakukan dalam kondisi genting. Walau begitu, jurnalis tidak boleh melupakan etika wawancara yang baik. Jika memang memerlukan wawancara doorstop, jurnalis harus mempersiapkan diri, tak hanya pertanyaan tapi juga fisik, karena harus berdesakan dengan rekan media lain.

Saat hendak bertanya, jurnalis bisa langsung menanyakan pertanyaan kepada narasumber tanpa harus memperkenalkan diri. Asalkan, jurnalis sudah menunjukkan identitasnya dengan ID Card atau atribut pers lainnya. Sampaikan pertanyaan dengan singkat, jelas dan padat.

Selain etika wawancara tersebut, ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan saat wawancara, yaitu merekam dan mencatat poin penting saat wawancara. Jika narasumber meminta off the record, jurnalis harus menghormatinya. Jangan lupa juga etika jurnalisme harus dijaga, yakni akurasi, independensi, objekivitas, berimbang, dan mementingkan kepentingan publik. Berikut prinsip inti jurnalisme yang harus dianut dan dikembangkan oleh seorang jurnalis, menurut Committee of Concerned Journalist:

  1. Jurnalisme adalah pada kebenaran.
  2. Loyalitas pada masyarakat.
  3. Disiplin melakukan verifikasi.
  4. Memiliki kebebasan untuk menentukan sumber yang diliput.
  5. Mengemban tugas bebas dari kekuasaan.
  6. Menyediakan forum untuk kritik dan komentar publik.
  7. Membuat yang penting menjadi menarik dan relevan.
  8. Menjaga berita proporsional dan konprehensif.
  9. Memiliki kewajiban utama terhadap suara hatinya.

Satu lagi yang harus diingat jurnalis ketika melakukan wawancara, yakni tidak menerima suap.

Selamat melakukan wawancara!

Baca juga : Badan Siber dan Sandi Negara Akan Gandeng BIN, TNI, Polri

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA