Bagaimanakah proses membuat api dan apa manfaatnya bagi masyarakat praaksara

Tim | CNN Indonesia

Jumat, 19 Feb 2021 09:16 WIB

Fakta tentang zaman praaksara di Indonesia (Jejak Peninggalan Manusia Purba di Leang Petta Kere - Foto: iStockphoto/marvin.foucher)

Jakarta, CNN Indonesia --

Saat melihat kehidupan di era modern seperti ini, apakah Anda pernah bertanya-tanya bagaimana kehidupan manusia terdahulu dan bagaimana perkembangannya?

Zaman praaksara sering disebut sebagai masa nirleka yaitu saat manusia purba belum mengenal tulisan.

Di Indonesia, masa praaksara ditandai dengan dua zaman, yakni zaman batu dan zaman logam.


Berikut 10 fakta tentang zaman praaksara di Indonesia dengan merunut alur sejarahnya, dikutip dari berbagai sumber:

1. Disebut juga masa nirleka

Sebutan 'zaman praaksara' menggantikan istilah 'masa prasejarah' dianggap kurang tepat karena meskipun belum mengenal tulisan, manusia purba yang hidup pada masa tersebut sudah memiliki sejarah serta telah menghasilkan kebudayaan.

2. Dimulai dari zaman batu

Zaman praaksara di Indonesia kemungkinan dimulai zaman batu yang terbagi dalam 4 zaman, yaitu paleolitikum, mesolitikum, neolitikum, dan megalitikum.

3. Jenis manusia purba

Foto: CNNIndonesia/Windratie
Ilustrasi Fakta Zaman Praaksara di Indonesia: Manusia purba homo floresiensis yang ditemukan di desa Liang Bua, Kecamatan Ruteng Utara, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Zaman paleolitikum dimulai sejak 50.000-10.000 tahun SM. Ahli sejarah mengungkapkan, pada saat itu manusia yang meninggali wilayah nusantara antara lain Meganthropus paleojavanicus, Pithecantropus erectus, dan Homo erectus.

4. Persebaran manusia pendukung

Selain itu, ada juga Homo wajakensis di Tulungagung, Jawa Timur; Homo florensiensis di Flores, NTT; dan Homo soloensis di Pulau Jawa.

5. Sistem atau cara hidup

Manusia yang hidup di zaman paleolitikum ini hidup dekat sungai dan menggantungkan hidup pada alam.

Apabila sumber makanan habis, mereka akan berpindah dan mencari tempat tinggal lain. Cara hidup berpindah-pindah ini dikenal dengan sebutan nomaden.

6. Hasil kebudayaan

Foto: Wikipedia
Ilustrasi Fakta Zaman Praaksara di Indonesia: Contoh kapak batu dari zaman batu

Manusia di zaman paleolitikum menggunakan alat-alat sederhana dari batu untuk berburu dan bertahan hidup, seperti kapak, alat serpih (flakes), serta tulang dan tanduk hewan.

7. Ras baru

Kemudian di zaman mesolitikum, ditemukan ras baru di nusantara, yakni mongoloid dan austromelanesoid.

Ada hipotesis yang menyebut, pada masa mesolitikum ini Meganthropus paleojavanicus, Pithecantropus erectus, Homo wajakensis dan soloensis punah lantaran tak mampu beradaptasi dengan kehidupan yang semakin kompleks.

Hal tersebut diperkuat dengan tidak ditemukannya jejak aktivitas, artefak, maupun perkembangan perkakas untuk mendukung mereka bertahan hidup.  

8. Kemunculan manusia modern

Ras mongoloid dan austromelanesoid lantas menguasai daratan Nusantara, yang kemudian digolongkan sebagai jenis manusia modern atau homo sapiens.

Pada masa ini, manusia mulai tinggal menetap dan mengolah makanan lantaran telah menemukan api dari batu yang digesekkan. Mereka juga telah mengenal pembagian tugas, yakni pria berburu dan wanita mengasuh anak.

Tidak hanya mengumpulkan makanan, manusia di zaman ini juga mulai melakukan kegiatan bercocok tanam sederhana untuk mengusahakan makanannya.

9. Mulai menganut sistem kepercayaan

Seiring waktu, manusia purba pada zaman praaksara di Indonesia ini mulai mengenal sistem kepercayaan. Terdapat tiga sistem kepercayaan yang berkembang yaitu animisme, dinamisme, dan totemisme.

- Animisme adalah kepercayaan yang memercayai pengaruh roh nenek moyang bagi kehidupan.

- Dinamisme mempercayai kekuatan suatu benda dalam memengaruhi kehidupan.

- Totemisme memercayai kekuatan benda atau makhluk selain manusia yang dianggap suci. Biasanya, totem berupa ikan, burung, kura-kura, tumbuhan, atau benda lain yang berfungsi sebagai lambang atau simbol yang dihormati dan bernilai mistik.

10. Penemuan fosil di Indonesia

Foto: CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari
Ilustrasi Fakta Zaman Praaksara di Indonesia: Di situs Sangiran telah ditemukan 100 fosil manusia purba (Homo erectus) yang ada di Indonesia.

Di Indonesia, ditemukan fosil dari tiga jenis manusia purba, dengan ciri fisik sebagai berikut:

a. Meganthropus paleojavanicus

Manusia purba paling tua di Jawa ini memiliki tubuh besar dan kekar. Rahangnya besar, tulangnya tebal, dan keningnya menonjol.

Meganthropus paleojavanicus hidup kira-kira dua juta tahun sebelum masehi. Fosilnya ditemukan dan diteliti oleh Dr. G.H.R. Von Koenigswald pada 1936 dan 1941 di Sangiran, Solo.

b. Pithecanthropus erectus

Jenis manusia purba kedua di Indonesia adalah Pithecanthropus erectus. Manusia purba satu ini merupakan manusia kera yang berjalan tegak.

Tingginya sekitar 165-180 sentimeter sama dengan manusia zaman sekarang. Fosilnya ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil, dekat Bengawan Solo.

c. Homo

Manusia purba ini lebih sempurna dibandingkan dengan kedua pendahulunya. Ada tiga jenis Homo di Indonesia:

Homo soloensis ditemukan di Solo. Fosilnya ditemukan oleh Ir. Oppenorth di Ngandong. Tinggi badannya yaitu 180 sentimeter dan tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus erectus.

Ditemukan oleh Van Reitschoten pada 1889 di Wajak, Jawa Timur. Manusia purba ini memiliki tinggi badan sekitar 130-210 sentimeter dengan tengkorak yang bulat.

Mereka juga dapat berjalan tegak serta memiliki keahlian untuk membuat peralatan dari batu, kayu, dan tulang-belulang.

Manusia purba generasi terakhir ini memiliki ciri-ciri fisik yang menyerupai manusia modern masa sekarang.

Itulah fakta tentang zaman praaksara di Indonesia. Dengan mengetahui zaman praaksara tersebut, kita dapat mengetahui bagaimana kehidupan manusia yang ada di masa lampau.

(din/fef)

Saksikan Video di Bawah Ini:

Berdasarkan beberapa sumber, api telah ditemukan pertama kali oleh manusia purba sejak 400 ribu tahun yang lalu. Manusia purba pertama kali yang menemukan ialah spesies Homo Erectus. Para manusia purba tersebut mendapatkan ide tentang mencari api karena merasa kedinginan dengan cuaca pada waktu itu.

Selain menghangatkan tubuh ketika cuaca dingin, api tersebut mempunyapii fungsi untuk menghadang binatang buas yang akan menyerangnya. Di samping itu, api tersebut juga difungsikan sebagai penerang ketika berada di kegelapan. Pembuatan api pertama kali dihasilkan dari benturan dua batu keras yang memercikkan api.

Kemudian percikan api tersebut dikenakan pada daun kering atau bahan lainnya yang mudah terbakar. Selain menggunakan batu keras, manusia purba dulu juga menggunakan kayu sebagai alat untuk menghasilkan api. Kayu yang dipilih untuk menghasilkan api ialah kayu keras yang digesekkan pada kayu lainnya.

Dua kayu tersebut diputar secara berulang-ulang sehingga kayu tersebut menghasilkan api. Api digunakan manusia purba untuk bisa bertahan hidup. Selain menggunakan api yang sangat sederhana, manusia purba juga mempunyai kebiasaan yang dilakukan untuk bertahan hidup.

Kebiasaan tersebut ialah berburu dan bepindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Terdapat beberapa ciri-ciri yang menunjukkan bahwa manusia purba melakukan perburuan dan selalu berpindah tempat. Diantaranya ialah kebutuhan makanan dan minuman tergantung pada alam.

Sehingga ketika di satu tempat sudah habis stok makanannya, maka mereka berburu ke tempat yang lain. Pada saat itu, manusia purba belum mengenal bercocok tanam dan masih menggunakan alat yang terbuat dari batu yang masih kasar untuk melengkapi aktifitas keseharian mereka.

Mereka juga melakukan nomaden yakni hidup berkelompok dan berpindah-pindah. Manusia purba terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Meskipun membutuhkan proses yang lama, nenek moyang di Indonesia sudah mengenal peradaban.

Peradaban bangsa indonesia berbeda dengan peradaban bangsa lain. Teori yang menyebutkan ini disebut teori nusantara. Teori yang lain juga ada seperti teori out of Africa, teori Yunan, dan teori out of Taiwan.

Penemuan Api

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA