Upaya-upaya berikut yang tidak dilakukan ali bin Abi Thalib menjadi khalifah yaitu

Ukuran Huruf: 

 
 

Roi Nikmatuz Zuhro



Perjuangan Muawiyyah dalam mendirikan sebuah dinasti diwarnai dengan peristiwa-peristiwa yang tidak hanya menegangkan dalam suasana politis, tetapi juga menguras banyak darah dari kaum muslimin. Usaha yang dilakukan Muawiyyah untuk menegakkan kekuasaannya ini merupakan nuansa politik tingkat tinggi seperti halnya jaman sekarang. Untuk memperoleh dukungan dan massa, ia mampu melakukan propaganda terhadap lawan oposisinya yakni Ali Bin AbiThalib, baik itu melalui peperangan maupun diplomasi yang penuh tipu muslihat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimanakah lingkungan pertumbuhan dan perkembangan Muawiyyah? (2) Bagaimanakah kepemimpinan Muawiyyah sebagai gubernur Syiria? (3) Apa yang dilakukan Muawiyyah dalam usaha mencapai kekhalifahan? (4) Bagaimanakah kebijakan Muawiyyah selama memerintah Daulah Umayyah?Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan pendekatan sejarah, yang mempunyai langkah-langkah; (1) Pemilihan topik; (2) Heuristik atau pengumpulan sumber-sumber data. Sumber data ada dua yaitu sumber primer dan sekunder. Sumber-sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari koleksi pribadi dan pinjaman, baik itu dari kolega maupun perpustakaan Universitas negeri Malang serta perpustakaan Universitas Islam Negeri Malang; (3) Kritik yang mempunyai dua kategori yakni kritik ekstern dan intern; (4) interpretasi dan; (5) Historiografi.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Lingkungan pertumbuhan dan perkembangan Muawiyyah, ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang keras pendidikannya. Oleh karena itu membentuk kepribadian yang kuat pada diri Muawiyyah. Sebelum masuk Islam Muawiyyah dan keluarganya adalah termasuk orang yang paling keras menentang ajaran Islam dan paling akhir masuk Islam. Bahkan Abu Sufyan selaku ayah Muawiyyah baru masuk Islam ketika terjadi peristiwa pembebasan kota Makkah, namun setelah keIslaman mereka merupakan aset yang berharga dalam perkembangan Islam selanjutnya. (2) Kepemimpinan Muawiyyah sebagai gubernur Syiria, telah berhasil membawa negeri itu kepada kemakmuran dan mampu mengolah rakyat Syiria menjadi satu kekuatan besar yang mendukung karirnya sebagai penguasa. (3) Upaya yang dilakukan dalam usaha mencapai kekhalifahan meliputi (a) Perang siffin (b) Diplomasi Daumatul Janndal, yang merupakan tindak lanjut dari perang Siffin (c) Melakukan gerakan oposisi yang menekan terhadap kekhalifahan Hasan. (4) Kebijakan yang dilakukan Muawiyyah selama memerintah Daulah Umayyah meliputi (a) Kelahiran Daulah Umayyah dan Muawiyyah sebagai khalifah pertama, pada masa ini Muawiyyah dihadapkan pada beberapa peristiwa yang menimbulkan ketidakstabilan dalam wilayah kekuasaannya (b) Kebijakan Muawiyyah dalam bidang politik, baik itu politik dalam negeri maupun politik luar negeri (c) Kebijakan Muawiyyah dalam bidang sosial budaya, yang menimbulkan heterogenitas dalam negara baik itu dalam bentuk pembangunan fisik maupun pembangunan kultural (d) Kebijakan Muawiyyah dalam bidang ekonomi, yang dalam kurun waktu singkat mampu mengisi kas negara dengan pendapatan negara yang melimpah.Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa Muawiyyah untuk mencapai ambisinya sebagai khalifah telah mengalami berbagai peristiwa yang menimbulkan dua persepsi yaitu persepsi negatif dan positif. Persepsi negatif terkait dengan usahanya yang diwarnai hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam seperti pada gerakannya dalam melawan pemerintahan Ali Bin Abi Thalib. Sedang sisi positifnya terlihat pada terbentuknya suatu negara yang bersatu di bawah pimpinannya, bahkan ia mampu meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan agar pada penelitian selanjutnya, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian-penelitian sejarah Islam klasik khususnya tentang Daulah Bani Umayyah. Dan bagi kaum sejarawan dapat mengkategorikan kepemimpinan Muawiyyah Bin Abu Sufyan ke dalam stereotipe tertentu.


Tiaagustiani23 Tiaagustiani23

Jawaban:

1. pejabat yang kurang cakap masa Khalifah Usman bin Affan

2. mengambil alih tanah milik negara

3. membenahi Baitul mal

4 memajukan bidang ilmu bahasa

5. menjaga stabilitas keamanan dalam negeri

6. pembangunan kota Kufah

Pengangkatan Ali bin Abi Thalib Sebagai Pemimpin Islam

Sepeninggal Rasulullah, Ali bin Abi Thalib merupakan penerus kepemimpinan Islam. Dia menjadi khalifaur rasyidin yang keempat atau yang terakhir. Ali melanjutkan kepemimpinan khulafaur rasyidin dari Abu Bakar ash-Shidiq, Umar bin Khattab, dan Usman bin Affan .

Sebagai khulafaur rasyidin, Ali bertugas memimpin Islam. Selama menjabat, dia memiliki tanggung jawab memperluas syiar agama Islam, serta menyejahterakan kaumnya.

Masa pemerintahan Ali disebut sebagai periode tersulit dalam sejarah Islam karena terjadi perang saudara antar umat kaum Muslimin setelah tragedi terbunuhnya khalifah ketiga, Utsman bin Affan.

Dari sinilah Ali diangkat menjadi seorang pemimpin islam untuk melanjutkan kepemimpinan Utsman bin Affan. Naamun di kepemimpinannya Ali menghadapi banyak sekali permasalahan, karena banyaknya pemberontakan yang terjadi. Oleh karena itu, kebijakan pertama yang diambil Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah melenyapkan bibit reaksi masyarakat, yaitu dengan memberhentikan pejabat-pejabat yang melakukan korupsi.

Pemerintahan Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib

Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib beliau fokus untuk menyelesaikan segala kekacauan pada pemerintahan sebelumnya, berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, seperti :

1. Pengaturan Keuangan Negara atau Baitul Maal

Masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, ia membenahi sistem administrasi Baitul Mal, baik di tingkat pusat maupun daerah hingga semuanya berjalan dengan baik. Baitul Mal pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib mengalami surplus.

2. Pembangunan dan Perbaikan Tata Kota

Era pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib terdapat usaha positif yang dilaksanakannya terutama masalah tata kota. Keputusan menjadikan Madinah sebagai pusat pemerintahan dan politik hanya akan menyebabkan kota Madinah kehilangan sifat-sifat yang telah dibangun rasulullah sejak awal.

3. Zakat, Jizyah, dan Pajak

Selama pemerintahannya Ali bin Abi Thalib juga menetapkan pajak terhadap hasil hutan dan sayur-sayuran. ia menetapkan pajak terhadap para pemilik hutan sebesar 4000 dan mengizinkan Ibnu Abbas, gubernur Kufah, memungut zakat terhadap sayuran segar yang akan digunakan sebagai bumbu masakan. Tentang masalah pembayaran pajak tahunan, Ali bin Abi Thalib mengikuti ketentuan yang sudah ditetapkan Khalifah Umar bin Khattab.

4. Kepemilikan Tanah

Semasa menjabat sebagai khalifah menggantikan Umar bin Khattab, Utsman bin Affan banyak memberikan fasilitas dalam berbagai bidang kepada para kerabatnya. Ketika Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah kebijakan tersebut kemudian dirubah. Ali bin Abi Thalib berusaha menarik kembali semua tanah pemberian Utsman bin Affan kepada keluarga maupun kerabatnya untuk dijadikan milik negara lagi.

4. Meniadakan Pengeluaran Negara Untuk Angkatan Laut

Pengeluaran untuk angkatan laut yang ditambah jumlahnya pada masa Khalifah Utsman dihilangkan karena sepanjang garis pantai Syiria, Palestina, dan Mesir berada di bawah kekuasaan Muawiyah.

5. Melawan Korupsi Dan Menindak Tegas Melawan Korupsi Dan Tindakan Penindasan Serta Mengontrol Pasar Dalam Tindak Penimbunan Barang Dan Pasar Gelap.

Khalifah Ali bin Abi Thalib sangat memerangi pejabat-pejabat negara yang melakukan tindakan korupsi dimesanya, meskipun kebijakan itu sering menimbulkan pergesekan politik Beliau merapihkan dan menyusun rahasia negara, dokumen-dokumen khalifah untuk diamankan dan diselamatkan.

Berakhirnya Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib

Di akhir kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib ini terjadi perpecahan menjadi tiga kelompok, yaitu : Muawiyah Syiah, pengikut Abdullah bin Saba' al-Yahudi yang menyusup barisan tentara Ali bin Abi Talib Al Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi Talib. Hal inilah yang memicu terjadinya Perang Jamal dan Perang Shifin.

Pada Perang Jamal ini dimenangkan oleh Khalifah Ali Bin Abi Thalib, namun ketika Perang Shifin ini Ali mengalami kekalahan dan meninggal pada perang tersebut.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini

Erika

Mahasiswa S1 Administrasi Publik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Thursday, 13 Jan 2022, 08:25 WIB

Thursday, 13 Jan 2022, 08:47 WIB

  Silakan Login untuk Berkomentar

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA