Tokoh Alkitab yang disebut sebagai sahabat Tuhan bernama

 10,059 total views,  14 views today

Ivo Simanullang OFMCap | Ketua STFT Santo Yohanes – Pematangsiantar

Umat Bertanya: Tema Ekumene Natal Nasional 2019 adalah “Hiduplah sebagai saudara bagi semua orang”. Bagaimana persahabatan digambarkan dalam Alkitab?

Pastor Menjawab:

Orang-orang yang bersahabat adalah orang-orang yang selalu mencari apa yang berguna untuk saling membangun. Dalam Alkitab terdapat orang yang memiliki persahabatan tulus dan mantap.

Daud dan Yonatan diperkirakan bermusuhan, tetapi tidak. Yonatan adalah putera Raja Saul, yang akan digantikan oleh Raja Daud. Raja Saul ingin menghabisi, membunuh Daud. Akan tetapi, Yonatan bersahabat akrab dengan Daud dan mempertaruhkan hidupnya untuk memberitahukan kepada Daud bahwa ayahnya berencana menghabisinya. Dalam 1 Samuel 18 dikatakan bahwa Yonatan mencintai Daud seperti jiwanya sendiri. Ketika Yonatan mangkat, Daud meratap, menangis dan berpuasa. Bagi orang yang bersahabat, masing-masing mengingini duluan meninggal karena mereka tidak mau hidup sehari pun tanpa yang lain. If you live to be 100 years, I hope I live to be 100 minus 1 day, so I never have to live without you. (Apabila kamu hidup seratus tahun, saya ingin hidup seratus tahun kurang sehari, sehingga aku tak pernah hidup tanpa kamu). Sebaliknya, mereka yang bermusuhan mengingini pihak lain mati duluan.

Musa dan Harun adalah sahabat bagaikan sendok dan garpu. Mereka tim kerja yang solid. Musa sebagai pemimpin bangsa Israel tidak pandai berbicara di depan publik. Karena itulah Harun menjadi juru bicaranya. Ketika Musa keletihan saat perang, Harun dan temannya menopang tangannya. Tim yang solid. Tim yang solid selalu mencari apa yang berguna untuk saling membangun dan menguntungkan.

Ketika suami dan kedua anak Naomi meninggal, dia mengira Tuhan telah melupakannya. Karena itu, dia memutuskan untuk kembali ke Betlehem untuk menghabiskan sisa hidupnya sendirian di sana. Tetapi Rut, menantunya, tidak mau meninggalkannya dengan berkata, “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku (Rut 1:16). Keduanya, mertua dan menantu, tidak terpisahkan dan saling menjaga. Naomi akhirnya mempertemukan Rut dengan Boas dan mereka pun menikah. Rut tetap merawat mertuanya di usia senjanya hingga dia meninggal.

  1. Yesus dan Marta, Maria dan Lazarus

Yesus sangat kental memiliki hubungan dekat dengan Marta, Maria dan Lazarus. Dalam Yohanes 11:5 ditulis bahwa Yesus mencintai Marta dan saudarinya dan Lazarus. Mereka begitu dekat sehingga ketika Lazarus sakit, Marta dan Maria memberitahukannya kepada Yesus melalui pesan singkat. Bahkan Yesus pun menangis  karena kematian Lazarus (Yoh 11:35).

Timotius menjadi sahabat dekat Paulus saat Paulus mewartakan Kristus di kampungnya. Timotius akhirnya menemani Paulus dalam perjalanannya; keduanya menjadi sangat akrab hingga Paulus menyebut Timotius sebagai “anak dalam iman” (1Tim 1:2). Saat di penjara dan beberapa bulan sebelum kematiannya, Paulus menulis surat kepada Timotius. Salah satu di antara keinginan Paulus yang terakhir sebelum dia meninggal adalah bertemu dengan Timotius.

Selain contoh-contoh di atas, dalam Alkitab terdapat juga ungkapan bernas tentang persahabatan.

Amsal 27:17: Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya. Sebagaimana besi menajamkan besi, demikianpun orang menajamkan akal orang. Sebagaimana baja mengasah baja, begitu pula manusia belajar dari sesamanya.

Amsal 16:28: Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib.

Amsal 17:9 : Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib.

Amsal 22:24-25 : Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah, supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri.

Pengkhotbah 4:9-10 : Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!

1 Korintus 15:33 : Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.

1 Petrus 4:10 : Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.

1 Tesalonika 5:11: Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.

Ibrani 10:24- 25 : Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Matius 18:20 : Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.

Roma 12:10 : Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.

Yohanes 15:13 : Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.

Yohanes 15:15 : Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.

Persahabatan adalah relasi yang akrab, terbuka, saling mempercayai dan menguatkan. Kita tidak dapat membayangkan kehidupan tanpa seorang sahabat. Kehidupan menjadi dingin, kehilangan makna, dan rawan konflik. Dalam Alkitab mempersaksikan bahwa Allah berkenan menjadi sahabat. Surat Yakobus menyatakan: karena itu Abraham disebut: “Sahabat Allah” (Yak. 2:23). Melalui kehidupan Abraham kita belajar bagaimana Allah menjadikan Abraham sebagai sahabat-Nya, walau Abraham beberapa kali berjalan mengikuti kehendaknya sendiri. Namun dengan kesetiaan-Nya, Allah membentuk Abraham untuk setia dan taat kepada kehendak-Nya. Di Kejadian 22:1-19, Abraham membuktikan kesetiaan dan sikap imannya kepada Allah dengan kesediaannya untuk mengorbankan Ishak, anak yang sangat dikasihi.

Kita mengetahui bahwa Abraham telah begitu lama sampai usia lanjut mengharapkan kehadiran seorang anak dari benihnya di rahim Sara. Namun setelah Ishak lahir dan tumbuh menjadi remaja, Allah menyuruh Abraham untuk mengorbankan di atas mezbah. Makna utama dari kesaksian Kejadian 22:1-19 adalah Abraham sebagai sahabat Allah memberikan persembahan yang terbaik. Allah dihayati sebagai yang paling utama, sehingga Abraham tidak segan untuk mempersembahkan Ishak. Abraham sangat mencintai Ishak, namun ia tidak mau melekat kepada Ishak. Hanya kepada Allah saja Abraham mau melekat. Dengan demikian makna Abraham sebagai sahabat Allah sangatlah dalam dan luhur. Abraham taat kepada Allah sebagai sahabat, dan bukan taat kepada Allah yang menakutkan sehingga ia tidak memiliki pilihan yang lain. Makna persahabatan yang tulus tidak boleh mengandung intimidasi, ancaman, pemaksaan, dan teror. Sebaliknya makna persahabatan yang sejati selalu mengandung penghargaan, kepercayaan, kasih yang tidak bersyarat, dan pengorbanan yang tulus.

Kegagalan kita memeroleh sahabat disebabkan sikap kita yang mementingkan diri sendiri, tidak dapat dipercaya, memiliki potensi untuk mengkhianati, suka menyakiti perasaan, tidak mampu mengendalikan perkataan, dan menyalahgunakan keakraban. Kita akan bahagia apabila kita memiliki sahabat yang setia dalam suka dan duka, peduli, berempati, dan tidak pernah mengkhianati kita. Kitab Amsal 17:17 berkata, “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” Karena itu sahabat yang baik akan selalu mengingatkan dan menegur agar kita tidak jatuh. Hargailah sikap kritis orang lain yang disampaikan secara langsung kepada kita, siapa tahu dia adalah sahabat yang dapat dipercaya. Sebaliknya kita harus waspada bila kita menjumpai orang yang menyebut kita sebagai sahabatnya, namun saat berada di belakang kita dia menggosipkan hal-hal yang buruk. Nasihat praktis: “segera tinggalkan orang yang suka menggosipkan saudara walau di depan kita dia sering bersikap ramah dan baik.”

Gereja membutuhkan anggota jemaat yang mampu memperlakukan orang lain, para pendeta dan para penatua (atau sebaliknya) sebagai sahabat-sahabat Allah. Tanpa persahabatan yang tulus sebagai landasan hidup persekutuan, gereja akan menjadi sarang para pengkhianat dan orang-orang munafik.

Pdt. Yohanes Bambang Mulyono

MINGGU, 9 OKTOBER 2016,

Persahabatan menunjukkan kedekatan dari relasi yang dijalin, bukan hanya menunjukkan kecocokan melainkan juga kesepakatan. Di sepanjang Alkitab ternyata hanya Abraham yang mendapat sebutan sebagai sahabat Allah Yak2:23, 2Taw20:7. Menjadi sahabat Allah tentunya mendatangkan keindahan yang luar biasa dan tidak dapat dibandingkan dengan keuntungan lainnya yang dapat ditawarkan oleh dunia. Berita baiknya, Allah tidak pernah pilih kasih Rm2:11 dan kesempatan untuk menjadi sahabat-Nya juga diberikan pada semua orang beriman. Melalui teladan hidup Abraham kita dapat belajar bagaimana sikap hidup yang dicari Allah, gaya hidup yang mendatangkan bukan hanya berkat melainkan juga mujizat, suatu cara hidup yang menyenangkan hati Allah dan layak untuk disebut sebagai sahabat Allah!

Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itu Abraham disebut: “Sahabat Allah.” Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. Yakobus 2:21-24

PERCAYA YANG DIPERHITUNGKAN SEBAGAI KEBENARAN

Kisah hidup Abraham dicatat mulai Kejadian 12, tetapi Allah baru memperhitungkan kepercayaan Abraham sebagai kebenaran dalam fatsal 15. Inilah tonggak perubahan kehidupan Abraham! Inilah titik tolak yang membawanya menjadi sahabat Allah. Inilah momen di mana Abraham menunjukkan imannya yang luar biasa sebagai respon atas janji Allah yang diterimanya. Prinsip ini begitu penting sehingga diulang dalam Perjanjian Baru sebanyak 3x!

Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Kejadian 15:6 (Roma 4:3, Galatia 3:6, Yakobus 2:23)

Abraham disebut sebagai bapak orang beriman Gal3:7. Abraham memberikan teladan iman yang begitu kuat dan kokoh. Sebagai orang beriman kita juga harus memiliki kualitas ‘percaya’ yang sama dengan Abraham. Inilah iman yang mendatangkan berkat dan mujizat. Inilah iman yang dicari oleh Allah Luk18:8. Inilah iman yang menyenangkan hati Allah dan layak disebut sebagai sahabat Allah.

Percaya berarti tidak bimbang sedikitpun, orang yang bimbang tidak akan menerima apapun dari Tuhan karena hal itu tidak menyenangkan hati-Nya Yak1:6-8. Janji Allah pada Abraham sebenarnya adalah janji yang diberikan di tengah kemustahilan. Abraham sudah tahu dengan tepat bahwa istrinya mandul Kej11:30 namun Allah berjanji untuk memberikan anak kandung yang akan menjadi ahli warisnya bahkan juga keturunan sebanyak bintang di langit Kej15:4-5. Pada momen itu Abraham percaya dengan segenap hatinya, tidak bimbang sedikitpun dan Tuhan memperhitungkannya sebagai kebenaran!

Orang yang percaya pada Tuhan akan dijagai dengan damai sejahtera! Percaya yang benar akan mendatangkan kedamaian Yes26:3-4. Selama masih ada keraguan dan kekhawatiran maka berarti kondisinya masih bagaikan gelombang laut yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Mari belajar untuk percaya sepenuhnya dan jangan menyisakan tempat sedikitpun untuk kebimbangan. Janji Tuhan yang diberikan pada kita dijamin 100% karena Dia adalah Gunung Batu yang kekal. Tuhan Yesus berulang kali mengatakan, “Percayalah kepada-Ku” Yoh4:21, 10:38, 12:35, 14:1, 20:27. Menjadi sahabat Allah berarti mau mempercayai perkataan Tuhan dengan segenap hati kita. Sikap inilah yang akan menjadikan kita sebagai sahabat Allah dan akan terus menjaga hubungan persahabatan kita dengan Allah.

PERCAYA DAN MELAKUKAN

Iman yang hidup akan nyata melalui tindakan yang kita lakukan. Orang yang mengatakan ‘percaya’ namun tidak melanjutkannya di dalam tindakan disamakan dengan kondisi iman yang mati Yak 2:26. Abraham tidaklah demikian! Abraham percaya terhadap janji-janji Allah dan dia melakukan hal-hal yang menunjukkan kepercayaannya. Itulah kualitas iman yang harus dimiliki oleh seorang sahabat Allah! Sahabat Allah berarti harus sepakat, bukan hanya dalam perkataan melainkan juga nyata dalam tindakan. Iman yang ditunjukkan Abraham adalah iman yang bekerja sama dengan perbuatan. Iman akan menjadi sempurna apabila nyata dalam perbuatan.

Tuhan Yesus ingin menjadikan kita sebagai sahabat-sahabat-Nya, yaitu orang-orang yang mau berbuat apa yang diperintahkan pada kita Yoh15:14, namun bukan terpaksa seperti seorang hamba, melainkan dengan hati penuh cinta dan sepakat sebagai seorang sahabat.

Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Yohanes 15:14-15

Menjadi sahabat Allah berarti memiliki iman yang hidup. Menjadi sahabat Allah berarti menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar saja Yak1:25. Menjadi sahabat Allah berarti membangun rumah di atas dasar batu karang yang kokoh Mat7:24-25.

Melakukan Firman Allah membawa konsekuensi menyakiti kedagingan kita. Seringkali kebenaran Firman Allah terasa manis ketika sampai di mulut namun menjadi pahit ketika mulai dicerna dan dilakukan Why10:9-10. Sekalipun pahit bagi daging namun seorang sahabat Allah harus tetap berkomitmen untuk melakukannya.

Ketika Tuhan menguji Abraham untuk menyerahkan anaknya yang tunggal ternyata Abraham tetap taat dan melakukannya. Imannya bergerak dari kemustahilan kepada kemustahilan. Yang dulu dihadapinya adalah kemandulan namun yang sekarang dihadapinya adalah kematian. Namun demikian Abraham tetap taat karena imannya juga telah bergerak semakin dekat pada Tuhan. Abraham percaya bahwa Tuhan yang telah membangkitkan kematian rahim istrinya juga sanggup untuk membangkitkan anaknya yang akan menjadi ahli warisnya Ibr11:17-19. Abraham tidak lari dari perintah Allah, Abraham melakukannya dengan sepenuh hati.

BERKAT BAGI SAHABAT

Tuhan mencari orang-orang yang mau menjadi sahabat-Nya, yaitu yang mau percaya dengan sepenuh hati dan melakukannya dalam tindakan. Tuhan tidak membiarkan sahabat-Nya bergumul sendirian. Tuhan akan menuntun sahabat-sahabat-Nya dalam memilih jalan yang harus dipilih. Tanda khas dari persahabatan adalah komunikasi yang baik, lancar, dan limpah. Tuhan ingin memberitahukan segala rencana-Nya pada sahabat-sahabat-Nya.

Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi. TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka. Mazmur 25:12-14

Ada kebahagiaan yang melimpah bagi orang-orang yang bergaul karib dengan Tuhan. Ada mujizat tersedia bagi yang mau menjadi sahabat Allah. Bahkan berkat itu tidak hanya berhenti dalam hidup juga tetapi juga dicurahkan sampai generasi anak cucu kita, karena seorang sahabat akan mengimpartasikan janji Allah dan jalan-jalan Allah pada anak-anak dan keturunannya Kej18:19. Mari meraih berkat Abraham yang disediakan bagi sahabat-sahabat Allah Gal3:9. AMIN.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA