Tantangan yang dihadapi Gereja dalam mewujudkan multikulturalisme

Academia.edu no longer supports Internet Explorer.

To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.

Pertanyaan Lain: B. Daerah

B. Daerah, 02.02.2017 14:12, anjani1747

Tuliskan 3 jenis alat yang menyebabkan burung dapat terbang

Jawaban: 1

B. Daerah, 27.08.2017 04:27, sabrinarihamazhara

Nalika para pramuka kemah ana ngantang prasasat kodanan sadina

Jawaban: 1

B. Daerah, 25.07.2015 07:37, padil5344

Apa bahasa daerah 'rumah' di daerah kalian?

Jawaban: 2

B. Daerah, 24.08.2019 02:55, Aguncs111

Tembung dandang gula iku anggitane

Jawaban: 1

Pertanyaan:

Bersamakristus.org – Tantangan gereja masa kini. Saat ini kita telah hidup di zaman yang jauh berbeda dengan zaman ketika Alkitab diturunkan. Pertanyaan yang kerap muncul adalah apakan Alkitab tetap relavan?

Jawabannya sudah pasti ya, sebab Alkitab memang ditulis agar bisa digunakan oleh umat manusia sebagai petunjuk hidup yang kekal dan abadi. Pastinya, apa yang ditulis di Alkitab relevan hingga masa kini.

Namun mungkin kesulitannya adalah ada beberapa tantangan gereja yang kerap terjadi sehingga keyakinan-keyakinan dan nilai mereka dalam menjawab tantangan logis masa kini kerap tidak maksimal.

Secara garis besar ada berbagai jenis tantangan dalam gereja di masa kini, mulai dari tantangan eksternal, internal, dan individualisme. Tapi mungkin tak banyak yang menyadarinya sehingga tidak tahu.

Maka dari itu pada kesempatan ini kami ingin menjelaskan dan membagikan kumpulan daftar hal-hal yang menjadi tantangan gereja di masa sekarang. Anda bisa menyimak ulasan lengkapnya di bawah ini.

Daftar Tantangan Gereja pada Masa Kini

Berikut di bawah ini adalah sejumlah tantangan dalam gereja yang mungkin tidak kita sadari lengkap dengan cara mengatasinya. Simak ulasannya pada pembahasan di bawah.

1. Tantangan Eksternal

Zaman postmodern pada masa sekarang telah berperan banyak untuk menghidupkan moralitas baru dengan standar pribadi, seperti jalinan sesama dan poligami. Standar tersebut bahkan tampak menjadi agama baru menggantikan kekristenan. Hal ini bertentangan bersama rencana Tuhan di dalam penciptaan Manusia [Kejadian 2:18].

Banyak pula propaganda, isu radikalisme agama, seperti propaganda, maupun beragam gerakan yang dijalankan oleh sekelompok orang yang tega melakukan tindakan ekstrim. Hal ini seolah-olah menyudutkan tiap-tiap gereja. Ini juga menghidupkan tanda-tanda intoleransi dan fanatisme agama serta ekslusivisme yang terlalu berlebih di dalam jalinan sosial keagamaan di masyarakat.

Saat ini, banyak pemuda–pemudi Kristen mudah terjerat pada kesesatan informasi, provokasi, dan berita palsu yang menjadi viral di sarana sosial. Sehingga mereka sanggup menjadi sasaran utama rekrutmen grup radikal yang mengembangkan jaringan, sebagai berikut

  • Maraknya beragam ajaran sesat dan bidat yang memiliki aliran-aliran sesat, seperti Gnostik, Mormonisme, Christian Science, Saksi Yehova dan sebagainya. Hal ini bertentangan bersama peringatan Yesus pada murid-muridNya [Matius 24:3-14; 1 Timotius 1:3; Roma 16:17]
  • Penganiayaan pada orang-orang Kristen dianggap sebagai antisosial dan penyebab kerusuhan. Seperti yang dikisahkan berkenaan penganaiyaan pada Stefanus [martir Kristen] dan sejumlah jemaat Yerusalem [Kisah Para Rasul 7:54-8:3].
  • Manusia yang tambah pintar dan hidup jadi seakan-akan tidak ulang perlu Tuhan. Hal ini bertentangan bersama tekad Allah [Roma 12:16 “tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!”].
  • Kehampaan hidup seringkali terjadi, meski diisi bersama beragam kecanggihan peradaban dunia. Contohnya adalah banyak gereja mencerminkan dunia bersama secara pragmatis menghalalkan segala cara. Hal berikut bertentangan bersama jemaat di Sardis udah menjaga reputasi mereka bersama langkah kompromi [Wahyu 3:4-6].

2. Tantangan Internal

Perpecahan gereja karena persoalan uang, beda penafsiran, perbedaan keperluan grup dan sebagainya [1 Korintus 3: 3]. Perpecahan harus berjalan untuk menyaksikan siapakah yang tahan uji. Tetapi, jangan hingga kitalah yang menjadi sumber perpecahan itu. Kita harus ingat memang Yesus tidak berharap perpecahan [Matius 12:25].

3. Tantangan Individualisme

Kadang manusia sangat sibuk dengan dunianya, contohnya adalah generasi milenial sering tergantung pada dunia maya. Sehingga gadget sudah menjadi ‘berhala’ jenis baru. Terlihat berasal dari tiap-tiap jemaat jarang mempunyai printed bible karena Alkitabnya udah menjadi digital bible di HP atau Ipad.

Bahkan lebih menyedihkan selama kebaktian berlangsung, mereka selamanya bermain sarana sosial, seperti Facebook, Instagram, dan sebagainya. Inilah permulaan hedonisme dan materialisme yang sering dijalankan oleh orang Kristen [Yakobus 4:1-5:6; 1 Yohanes 2 : 15-17].

Tidak tersedia kasih persaudaraan yang pengaruhi kompetisi individu apalagi antar bangsa. Contohnya adalah perzinahan dan perceraian. Banyak yang tidak pikirkan pada sesama dan tidak berkomitmen untuk memprioritaskan Alkitab sebagai pedoman utama di dalam hidup mereka.

Cara Melakukan Transformasi Hati

Kita sebagai anak Tuhan harus jalankan transformasi hati yang cocok bersama pandangan John Stott yang berisi “The heart of human gangguan is the gangguan of the human heart”. Caranya untuk jalankan transformasi hati, diantaranya:

  • Perlu kerelaan hati untuk ulang dibentuk oleh Tuhan walau prosesnya tidak mudah. Kita harus berdiam diri di hadapan Tuhan untuk berharap Tuhan mengubah hati kita. Meskipun kita sebagai gereja memiliki cacatnya, tetapi kita akan dibentuk ulang oleh Roh Kudus pada selagi kita berkunjung kepada Tuhan. Harus mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun [Roma 14:19].
  • Memberitakan Injil kepada siapa saja yang belum percaya. Memberitakan Injl adalah sebuah keharusan dan kewajiban bagi orang percaya untuk kemuliaan Tuhan bukan untuk kemegahan diri [1 Korintus 9:16] supaya kita sanggup tahu maksud dan rencana Tuhan [Matius 28: 19].
  • Harus bersatu dan sehati sepikir bersama pelayan – pelayan yang lain [1 Korintus 1:10-17; 1 Korintus 3:9]. Tetapi pergunakanlah karunia yang tersedia pada kita untuk membangun tubuh kristus. Untuk membangun jemaat, kita adalah tubuh Kristus dan Kristus adalah kepalanya [1 Korintus 12:27; Efesus 5:30; 2 Timotius 2:24].
  • Gereja harus tidak dulu jenuh untuk konsisten mengingatkan jemaatnya di mana tiap-tiap manuasi harus berperilaku yang benar atas gadget, yaitu secara regular dan indah jikalau kita menghalau gadget dan berkomunikasi verbal bersama keluarga kita di rumah atau bersama sesama di area lain.

Walaupun susah dan tantangan yang sering dihadapi, kita harus selamanya setia mobilisasi perintah-Nya bersama memiliki hati yang peka pada sesama dan memiliki jiwa yang tulus supaya siapa saja ingin bertobat dan diselamatkan lantas meraih keselamatan, yang merupakan anugerah Tuhan [Yohanes 3:16; 1 Timotius 2:4; 2 Petrus 3:9].

Akhir Kata

Demikian ulasan pembahasan tentang tantangan gereja pada masa kini. Mudah-mudahan kita bisa memahaminya sekaligus mengantisipasinya dalam kehidupan bergereja sehari-hari.

Baca:

136 Buku Guru Kelas XII SMASMK

G. Beberapa Tantangan yang Dihadapi Gereja dalam Mewujudkan Multikulturalisme

Berikut beberapa tantangan yang dihadapi gereja dalam mewujudkan multikulturalisme. • Di kalangan gereja tertentu warisan kolonial yang bersifat anti budaya lokal masih mempengaruhi gereja dalam mewujudkan multikulturalisme. Oleh karena itu, dibutuhkan waktu dan pencerahan untuk mengubah pola pikir gereja-gereja seperti itu. • Berbagai prasangka terhadap orang-orang dari kalangan suku, budaya dan daerah tertentu. • Individualistik. Berbagai tantangan dan beban hidup yang berat menyebabkan banyak orang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri maupun kelompok. Akibatnya kepentingan orang lain maupun kelompok lain tidak penting lagi. Namun, pada sisi lain, masyarakat masa kini yang mengglobal memiliki satu ikatan solidaritas yang diikat oleh media sosial, misalnya twitter, facebook, instagram, dan lain-lain. Masyarakat dunia akan cepat memberi reaksi dan simpati terhadap peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang dimuat di youtube ataupun media sosial lain. Contoh ketika terjadi tsunami di Aceh pada tahun 2010, bantuan datang dari berbagai belahan dunia. Di Yahoo ada cerita satu keluarga di Tiongkok yang miskin dan menderita memperoleh pertolongan dari berbagai tempat karena ceritanya dimuat di media sosial lihat buku teks untuk peserta didik.

H. Penjelasan Bahan Alkitab

™ Efesus 2:11-21 Melalui surat Efesus, nampak jelas Paulus menekankan pentingnya persatuan di dalam tubuh gereja karena jika gereja terpecah karena perbedaan yang ada, maka hal itu sama sekali tidak berguna. Gereja adalah persekutuan orang-orang percaya yang di dalamnya tidak ada lagi pembedaan meskipun adanya perbedaan merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri. Gereja adalah tubuh Kristus. Semua anggota gereja, baik orang Yahudi maupun non Yahudi dipersatukan oleh kasih Kristus dengan darahnya yang kudus. Gereja dipanggil menjadi alat Tuhan yang menyaksikan kasih Kristus di tengah dunia. Paulus menyadari jika Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri 137 berbagai perbedaan atau keberagaman dijadikan alasan untuk tidak saling bekerja sama maka pekerjaan pelayanan tidak akan dapat dilaksanakan, demikian pula persekutuan akan hancur, sehingga gereja seharusnya menghargai perbedaan. Paulus melihat dan menggambarkan keragaman sebagai dasar untuk membentuk satu kesatuan. Keragaman dalam jemaat bukan untuk membuat anggota jemaat membandingkan diri satu dengan yang lain, bukan juga untuk menciptakan persaingan dan perpecahan, melainkan membentuk kesatuan yang dianalogikan sebagai satu tubuh Kristus. Tugas Gereja, yakni bersekutu, bersaksi dan melayani akan semakin bertumbuh dan berkembang jika seluruh umat Kristen tidak mempersoalkan perbedaan-perbedaan yang ada namun memaknai perbedaan itu sebagai satu kekuatan yang sangat berguna bagi orang lain. Dan pada akhirnya, gereja yang sejati adalah gereja yang meletakkan Kristus sebagai batu penjuru, penopang yang membuat ”bangunan” tersebut dapat kokoh berdiri. ™ Kitab Galatia 3:26-28 Menurut Wikipedia, surat Galatia ditulis oleh Paulus dengan alasan tertentu. Paulus diberitahu bahwa jemaat di Galatia dikacaukan oleh pengajaran yang sesat. Surat Paulus ini juga ditulis di tengah-tengah hangatnya pergumulan di komunitas Yahudi pada saat itu. Orang-orang Yahudi ingin men-yahudi-kan segala jemaat dan mereka memasuki juga jemaat yang didirikan oleh Paulus. Hal ini pun mendapat perlawanan dari Paulus karena ia adalah orang yang menghargai berbagai perbedaan latar belakang. Baginya, keberagaman bukanlah halangan untuk membangun kebersamaan. Orang Yudais mencoba meyakinkan orang-orang Galatia bahwa keselamatan harus dikerjakan dengan jalan menaati Hukum Taurat. Paulus pun mendapat cobaan dan tantangan dalam hal ini. Mereka sengaja melakukan hal tersebut untuk menghasut orang-orang Galatia untuk melawan Paulus. Paulus memang tidak diteguhkan oleh rasul terdahulu secara formal menjadi rasul dan dia juga tidak menjadi murid Yesus ketika Yesus hidup. Bahkan Paulus tidak pernah melihat Yesus dengan mata kepalanya sendiri. Hal inilah yang dipertanyakan oleh orang yang menghasut untuk mempertanyakan dan meragukan kerasulan Paulus. Membaca isi surat Galatia ini, kita dapat menyimpulkan bahwa usaha tersebut hampir berhasil. Oleh karena itu, Paulus bereaksi dengan tegas, ia marah tetapi 138 Buku Guru Kelas XII SMASMK kemudian mengemukakan argumen yang kuat mengenai kerasulannya dan apa artinya menjadi pengikut Kristus tidak hanya berdasarkan keturunan tapi berdasarkan iman. Paulus berpendapat bahwa tuntutan agar orang-orang bukan Yahudi yang telah bertobat tunduk terhadap Taurat telah merusak pesannya bahwa manusia dibenarkan karena imannya di dalam Kristus, bukan karena melakukan Taurat. Paulus dalam Surat Galatia dan Roma mengatakan bahwa Allah menganggap orang yang percaya kepada Kristus sebagai orang benar hanya karena imannya, sekalipun ia adalah orang berdosa. Kebenaran diberikan kepadanya, ia dinyatakan sebagai orang benar oleh karena anugerah Allah, sekalipun ia tetap berdosa. Paulus menolak paham yang menekankan Hukum Taurat. Para penentang Paulus menekankan agar orang-orang non-Yahudi yang menerima Yesus sebagai Mesias harus terlebih dahulu menjadi orang Yahudi dan menaati hukum-hukum yang dipaparkan dalam Kitab Suci. Adapun Paulus mempertahankan bahwa cerita Kitab Kejadian mengenai Abraham menunjukkan bahwa yang dituntut dari keturunan Abraham terutama adalah iman. Bagi orang-orang non-Yahudi yang bertobat, iman itulah yang mempersatukan mereka dalam Kristus. Kemudian apa kaitannya teks ini dengan multikulturalisme yang sedang dibahas dalam pelajaran ini? Sikap Paulus menyiratkan bahwa Allah tidak menolak keberagaman dan bahwa anak-anak Abraham yang artinya orang beriman bukan hanya mereka yang lahir dari keturunan Abraham secara biologis namun semua orang beriman. Artinya semua orang beriman dari berbagai latar belakang dan multikultur berbeda adalah keturunan Abraham. Sikap Paulus merupakan dukungan terhadap adanya keberagaman dalam jemaat Kristen mula-mula.

I. Kegiatan Pembelajaran

Pengantar Mengarahkan peserta didik pada proses pembelajaran serta memberikan penekanan pentingnya belajar topik ini. Pada bagian pengantar dijelaskan mengenai kaitan antara pelajaran yang lalu dengan pelajaran ini. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri 139 Kegiatan 1 Berbagi Pengalaman Peserta didik berbagi pengalaman dengan teman sebangku mengenai pengalaman hidup dalam keluarga maupun teman yang multikultur, yaitu berbeda suku, budaya, daerah asal maupun agama. Apa saja pengalaman mereka dalam pergaulan itu? Apakah mereka menyukai bergaul dengan saudara atau teman yang berbeda latar belakang dengannya? Setelah peserta didik selesai diskusi dengan teman sebangku, guru memberi waktu bagi peserta didik yang ingin menyampaikan pengalamannya di depan kelas. Guru memperhatikan dan mencatat pengalaman yang disampaikan oleh peserta didik di depan kelas. Mungkin ada yang mengatakan merasa tidak terlalu nyaman bertemu, bergaul dengan saudara, teman dan orang lain yang memiliki latar belakang berbeda. Guru tidak boleh menyalahkan peserta didik yang masih memiliki pandangan seperti itu. Kemungkinan peserta didik diasuh dalam lingkungan keluarga yang eksklusif dan itu mempengaruhi sikap mereka. Tugas guru membimbing peserta didik untuk mengubah cara berpikir yang eksklusif sehingga mereka mau berubah. Kegiatan 2 Mendalami Multikulturalisme dalam Alkitab Peserta didik mendalami kenyataan keberagaman dalam dunia Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pendalaman ini penting supaya peserta didik mengetahui bahwa kenyataan multikultur bukan hanya baru terjadi di zaman kini namun sudah dialami oleh bangsa Israel dan umat Kristen di zaman dahulu. Dalam pendalaman ini mereka juga dibimbing untuk mempelajari bagaimana Yesus menghadapi keberagaman. Kegiatan 3 Mendalami Teks Alkitab Peserta didik mendalami bagian Alkitab yang menjadi acuan pembelajaran. Kegiatan ini merupakan pencerahan bagi peserta didik dalam hal menggali, memahami serta mengaitkan teks dengan topik yang sedang dibahas. Minta peserta didik mengumpulkan hasil pendalaman mereka untuk dinilai oleh guru. Guru membimbing peserta didik, contoh catatan teks Alkitab ada dalam penjelasan bahan Alkitab. 140 Buku Guru Kelas XII SMASMK Kegiatan 4 Pendalaman Materi Peserta didik mempelajari Gereja Kristen di Indonesia yang multikultur. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultur, demikian pula gereja-gereja di Indonesia umumnya dibangun berdasarkan latar belakang suku, budaya dan geograis yang berbeda-beda. Kemudian dikemukakan mengenai beberapa fakta yang menjadi indikator gereja- gereja Kristen mewujudkan multikulturalisme meskipun masih ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Kegiatan 5 Peserta didik diminta untuk merancang sebuah kegiatan yang menjangkau masyarakat multikultur. Mereka dapat merancang berbagai kegiatan dalam bentuk ibadah yang mengakomodir berbagai budaya, pelayanan bagi masyarakat umum tanpa memandang suku, budaya agama, dan lain-lain. Guru membimbing peserta didik sesuai dengan bentuk proyek yang ingin dikerjakannya. Ada contoh kerangka proyek dalam buku teks untuk peserta didik. Guru dapat mempelajarinya atau membuat kerangka baru yang sesuai dengan kemampuan peserta didik, situasi dan kondisi sekolah. Jika peserta didik memilih pentas seni maka mereka harus memilih beberapa unsur budaya, seni tari, lagu ataupun alat musik dari beragam suku untuk ditampilkan. Jika mereka memilih bentuk ibadah dalam format budaya tertentu maka bahasa liturgi dapat memakai bahasa-bahasa dari suku-suku tertentu, demikian pula lagu dan pakaian adat masing-masing. Jika mereka memilih proyek pelayanan masyarakat, maka kegiatan itu harus menjangkau orang dari latar belakang suku, budaya, agama yang berbeda. Kegiatan 6 Belajar dari Sikap Yesus Peserta didik mendalami materi bagaimana sikap Yesus terhadap multikultur. Yesus menjadikan multikultur sebagai wacana perjumpaan antarmanusia yang dapat bergaul dan bekerja sama dalam kasih. Guru menjelaskan beberapa pokok pikiran dari Hope S.Antone yang tercantum dalam buku guru. Dilanjutkan dengan tantangan yang dihadapi gereja dalam mewujudkan multikulturalisme. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri 141 Kegiatan 8 Membuat Slogan Peserta didik diminta membuat slogan berupa ajakan pada sesama remaja untuk mewujudkan multikulturalisme dalam kehidupan. Slogan dapat dibuat dalam bentuk spanduk, atau ditulis di kertas karton ataupun di lembar buku gambar, sesuaikan dengan kemampuan peserta didik, situasi dan kondisi sekolah.

J. Penilaian

Video yang berhubungan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA